Heboh Fenomena ''Topi Awan'' di 4 Gunung, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Sejumlah warganet mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah warganet mengunggah foto yang menampilkan fenomena gunung bertopi awan yang nampak di dekat daerah mereka baru-baru ini.
Salah satunya seperti unggahan dari akun Twitter Merapi News, @merapi_news yang mengunggah empat foto gunung bertopi awan, yakni Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Arjuno, dan Gunung Merbabu.
Sebelumnya, sekumpulan awan yang membentuk topi juga terjadi di puncak Gunung Lawu pada Kamis (3/10/2019) sekitar pukul 05.22 WIB dan menjadi perbincangan di media sosial.
Baca: Suami Ditangkap Karena Narkoba, Dhawiya Zaida Masih Dilarang Keluarga Ketemu Suami: Masih Syok
Baca: Dokter Kandungan Irish Bella Ungkap Kondisi Terakhir Jabang Bayi Ammar Zoni Sebelum Meninggal Dunia
Baca: 13 Orang Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Kerusuhan Wamena, 3 DPO Disebut Miliki Peran Sentral
"Tidak hanya Gunung Lawu, tapi Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Arjuno juga diselimuti awan lenticular di puncaknya tadi pagi," tulis akun Merapi News dalam twitnya.
Menanggapi keseragaman fenomena awan topi yang terbentuk di waktu yang sama ini, astronot amatir Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi karena gunung menghadapi terpaan angin lokal.
"Awan ini disebut awan lentikular. Mereka terbentuk bersamaan karena pada saat yang sama, gunung-gunung itu menghadapi terpaan angin lokal pada situasi udara yang relatif lembab dan bersuhu lebih dingin," ujar Marufin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/10/2019).
Marufin mengungkapkan, awan lentikular merupakan awan stasioner (tak bergerak/menetap di satu tempat) yang terbentuk saat aliran udara menubruk satu penghalang besar, sehingga membentuk pusaran stasioner.
Baca: Ada Kabar Bank Pelat Merah Diminta Selamatkan Muamalat, Ini Kata BTN
Baca: Ayah Irish Bella Luapkan Kesedihan Cucu Kembarnya Meninggal, Mertua Ammar Zoni Tulis Curhatan Pilu
Adapun penghalang yang dimaksud bisa berupa puncak gunung, bisa berupa kawasan dengan tekanan udara lokal lebih tinggi.
"Di pusaran itulah awan terbentuk, yang bisa bertahan mulai beberapa jam hingga berhari-hari kemudian," ujar Marufin.
Pertanda badai
Tak hanya itu, Marufin juga mengungkapkan bahwa pada umumnya awan lentikular terbentuk saat pagi hari atau sore hari, di mana udara cenderung lebih dingin.
Namun, awan lentikular pun bisa terjadi pada siang hari asal kondisi pembentukannya terpenuhi.
Kemudian, ia menyampaikan bahwa suhu dingin ini tidak ada batasan ketat, selama udara tersebut lebih dingin dari kadar normal.
"Karena lebih dingin, jadi lebih mudah berkondensasi (mengembun)," ujar Marufin.
Selain itu, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra mengatakan, awan jenis lentikular atau altocumulus lenticular ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama.
Sebab, adanya dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan yang terkondensasi dan menghasilkan awan.
Meski terlihat indah, awan lentikular dinilai berbahaya.
Pasalnya, kehadiran awan ini di puncak gunung menandakan sedang terjadi embusan angin setaraf badai.
Bagi pesawat, pusaran angin yang membentuk awan lentikular ini berbahaya, karena bersifat turbulance yang membuat pesawat terguncang hingga kehilangan altitude dengan cepat.
Meski begitu, Agie mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki, karena tidak terjadi badai di sekitar awan tersebut.
Tetapi, ia mewaspadai suhu udara yang cenderung lebih dingin dari biasanya menjadi salah satu penyebab pembentukan awan lentikular ini.
Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.