Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Angin Kencang di Lereng Merapi Dipicu Oleh Anomali Aliran Angin Lembah

Angin kencang melanda kawasan Merapi, pada Minggu (20/10/2019) lalu. Angin kencang di lereng Merapi dipicu anomali aliran angin lembah

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Angin Kencang di Lereng Merapi Dipicu Oleh Anomali Aliran Angin Lembah
Twitter/BPPTKG
ILUSTRASI - visual Gunung Merapi pada Sabtu 31 Agustus 2019 sekitar pukul 06.00 WIB via PGM Selo. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Angin kencang melanda kawasan Merapi, pada Minggu (20/10/2019) lalu.

Sumber BPBD DIY dan BPBD Magelang menjelaskan angin kencang tersebut berdampak banyak atap rumah beterbangan dan pohon tumbang di Kecamatan Pakis, Sawangan, Ngablak dan Kajoran Kabupaten Magelang.

Angin kencang kembali terjadi pada Senin (21/10/2019) pukul 10.00 WIB di Kecamatan Selo Boyolali, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang dan di lereng sebelah barat-barat daya dan tenggara Merapi.

Dampaknya debu-debu tebal beterbangan hingga menutupi pandangan mata.

Penyebab Angin Kencang di Lereng Merapi

Analisa BMKG menyebutkan kejadian hujan intensitas sedang-lebat disertai angin kencang pada Minggu malam 20 Oktober 2019 dipicu oleh anomali aliran angin lembah (angin mengalir dari lembah ke arah gunung) yang membawa udara dingin dan lembab sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) di lereng pegunungan.

Warga di Lereng Merapi Mengungsi
Warga dari sejumlah dusun di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis terpaksa mengungsi ke balai desa Ketundan setempat pada Senin (21/10/2019) karena angin kencang yang tak kunjung reda. (TRIBUNJOGJA.COM/Rendika Ferri)

Angin lembah ini biasanya terjadi siang hari saat bagian dengan dataran yang lebih luas dan lebih rendah telah mendapat pemanasan matahari yang cukup.

Berita Rekomendasi

Di areal pegunungan, di mana secara umum puncak gunung suhu udara permukaan biasanya lebih dingin di bandingkan daerah di lereng, maka sirkulasi udara lokal cenderung bergerak turun dan menyebabkan angin gunung.

"Tetapi pada saat kondisi di tempat lebih panas di bagian atas, maka sirkulasi lokal itu dapat berbalik sehingga menyebabkan angin lembah (dari atas ke bawah) menjadi lebih kuat dari biasanya," ujarnya.

Pada topografi tertentu, pengaruh bentuk lereng dan permukaan pegunungan, angin lembah itu dapat membentuk pusaran pusaran angin pada area dan skala yang lebih kecil.

Hal itu seperti yang terjadi di Kecamatan Selo Boyolali pada Senin 21 Oktober 2019 pagi.

Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan mengatakan meski angin kencang baru terjadi di wilayah Merapi namun pihaknya tetap mewaspadai potensi angin kencang di wilayah Sleman secara keseluruhan.

Baca: Sri Mulyani Tetap Jadi Menkeu, Analis: Pasar Menaruh Harapan Kawal Kebijakan Fiskal

Baca: Syahrul Yasin Limpo Dipanggil Jokowi ke Istana, Menjadi Calon Menteri Kabinet Kerja Jilid II?

Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, hampir seluruh wilayah di Sleman mengalami potensi angin kencang.

"Kalau persiapan kita 24 jam siap untuk menghadapi angin kencang. Di mana potensi ancaman pohon tumbang, terutama perindang dan baliho," jelas Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas.

Angin Bersifat Lokal

Reni menambahkan angin kencang di kawasan Merapi yang terjadi di wilayah Kabupaten Magelang, Boyolali dan Sleman bersifat sangat lokal.

Selain mengacu kepada konsentrasi wilayah kerusakan, kecepatan anginnya pun berbeda dengan dataran rendah lainnya dimana di lereng Merapi mencapai 80 km/jam (skala fujita) sedangkan pengukuran di Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta 16 km per jam.

"Kasus kejadian di lereng Merapi di mana angin berhembus cukup kencang secara lokal, lebih kencang di malam hari, ada dugaan peningkatan aktivitas Merapi turut andil memicu kejadian bencana lokal angin kencang ini," jelasnya.

Warga dari sejumlah dusun di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis terpaksa mengungsi ke balai desa Ketundan setempat pada Senin (21/10/2019) karena angin kencang yang tak kunjung reda. (TRIBUNJOGJA.COM/Rendika Ferri)
Warga dari sejumlah dusun di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis terpaksa mengungsi ke balai desa Ketundan setempat pada Senin (21/10/2019) karena angin kencang yang tak kunjung reda. (TRIBUNJOGJA.COM/Rendika Ferri) (TRIBUNJOGJA.COM/Rendika Ferri)

Peningkatan aktivitas Merapi berupa Erupsi awan panas pada tanggal 14 Oktober diikuti guguran lava pada tanggal 15 Oktober 2019 telah menyebabkan peningkatan suhu permukaan di Kawasan Puncak Merapi.

Hal itu menyebabkan tekanan udara di wilayah ini menjadi cukup rendah.

"Sebagaimana kita tahu, bahwa dalam skala tertentu, tekanan udara permukaan berbanding terbalik dengan suhu udara permukaan. Suhu yang lebih panas akibat erupsi Merapi dan guguran lava yang terjadi dalam waktu yang cukup lama, akan mampu menurunkan tekanan udara permukaan sehingga udara mengalir ke wilayah dengan suhu lebih panas tersebut," terangnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Angin Kencang di Lereng Merapi Dipicu Anomali Aliran Angin Lembah

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas