Kominfo Gelar Dialog Publik 'Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri'
“Politik itu permainan elite, kita gak usah baper. Wong sekarang elitnya rangkul-rangkulan,” ujarnya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah, menggelar dialog publik “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri” di Hotel Fox Harris Bandung, Rabu (6/11/2019).
Dialog ini dimaksudkan untuk membangkitkan semangat kebersamaan di tengah keberagaman bangsa, terutama pasca-Pilpres 2019.
Staf Ahli Kominfo RI Henri Subiakto yang hadir sebagai pembicara, mengapresiasi Suara Muhammadiyah, sebagai representasi dari salah satu ormas islam terbesar di Indonesia yang turut berkolaborasi menyatukan keberagaman masyarakat Indonesia. Henri pun menyoroti komposisi Menteri dan wakil Menteri di Kabinet Indonesia Maju yang menurutnya sudah cukup mewakili keberagaman Indonesia.
“Di kabinet (Indonesia Maju), sudah cukup menggambarkan betapa besarnya keberagaman yang kita miliki. Ada Menteri dari Muhammadiyah, dari NU (Nahdatul Ulama), dari Indonesia Timur, Papua, Manado dan daerah Indonesia lain,” kata Henri.
“Artinya Indonesia sudah mengakomodir keberagaman lewat perwakilan Menteri-menteri,” sambungnya.
Ia berharap, dengan begitu persatuan Indonesia di tengah keberagaman tetap terpelihara.
Apalagi menurutnya sebagai bangsa yang besar, Indonesia sering dilanda cobaan terkait dengan isu keberagaman yang berpotensi memecah belah integrasi bangsa.
“Kita sering lupa mengakomodir keberagaman yang kita miliki, karena saking banyaknya suku dan agama di Indonesia. Kemarin di pertarungan Pilpres contohnya, hampir saja memecah belah kita sebagai bangsa. Inilah upaya kita, Suara Muhammadiyah dan Kominfo mencoba merekatkan kembali,” tegasnya.
Ia pun menghimbau agar bangsa Indonesia tidak cepat “baper” dengan situasi politik tanah air. Perpecahan warga hanya karena persoalan perbedaan pilihan politik hanya akan merugikan bangsa.
“Politik itu permainan elite, kita gak usah baper. Wong sekarang elitnya rangkul-rangkulan,” ujarnya.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, tokoh Muhammadiyah Syafiin Maarif juga menegaskan tujuan dari kegiatan dialog publik ini adalah untuk memperkuat integrase nasional ditengah serbuan ideologi-ideologi dari luar, terutama dari negara-negara yang tengah mengalami perang saudara.
“Perbedaan itu dikelola agar bersatu. Bangsa ini (Indonesia) tengah berproses sehingga banyak masalah yang dihadapi. Jangan sampai ada ideologi dari luar merusak kebhinekaan kita,” kata Buya Syafii.
Sementara salah satu narasumber, Irfan Amalee yang merupakan penulis dan CoFounder PeaceGenID bicara tentang penanganan hoax.
Menurutnya, setiap manusia mempunyai pemikiran yang berbeda. Berita-berita hoax akan menggiring pemikiran manusia untuk menpercayainya sehingga dapat memberikan pengaruh buruk.
Karenanya ia meminta kepada seluruh masyarakat penggiat komunikasi publik untuk menandingi berita hoax dengan konten-konten positif agar berita hoax tersebut tidak bertambah luas tersebar.
Senada dengan Irfan, Direktu Harian Umum Republika Heri Ruslan mengakui di media online saat ini lebih banyak beredar berita hoax atau berita yang tidak benar yang berpengaruh buruk terhadap masyarakat. Menurutnya, di sinilah letak tugas media massa yang berfungsi sebagai filter penjernih agar berita hoax bisa terklarifikasi menjadi berita yang benar.