Bangkai Babi Dibuang ke Sungai, Danau Siombak Pun Tercemar Bakteri E coli
Disebutkan Mustika, setelah virus hog cholera yang menyerang babi menyebar dan viral di media sosial,
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Merebaknya virus kolera babi yang menjangkiti hewan ternak babi hingga akhirnya mati dan dibuang oleh peternak di aliran sungai, ternyata berdampak luas di masyarakat.
Bangkai babi yang dibuang secara sembarangan itu turut membuat tempat rekreasi Desa Wisata Danau Siombak yang biasanya dibanjiri pengunjung menjadi sepi.
Pengelola Desa Wisata Danau Siombak, Hj Mustika Guna Hasibuan mengatakan bahwa sudah tiga minggu terakhir bangkai babi meneror masyarakat khususnya mereka sebagai pengelola Desa Wisata Danau Siombak.
"Jadi berita soal bangkai babi ini baru seminggu ini viral di medsos.
Tapi sudah tiga Minggu ini, kami mengevakuasi sendiri bangkai-bangkai babi tersebut," kata Mustika di Desa Wisata Danau Siombak, Selasa (12/11/2019).
Baca: Puluhan Bangkai Babi Mengapung di Danau Siombak
Baca: Waspada, 10 Penyakit Ini bisa Mematikan Tak Lebih dari 24 Jam
Disebutkan Mustika, setelah virus hog cholera yang menyerang babi menyebar dan viral di media sosial,
berdampak kepada jumlah pengunjung di Desa Wisata Danau Siombak.
Pengunjung menjadi berkurang. Karena baunya cukup menyengat dan
sudah berapa hari. Hingga dari hari ke hari baunya semakin menyengat dan busuk.
"Jumlah pengunjung yang berkurang ada sekitar 30 persen. Untuk pengunjung biasa di hari minggu bisa mencapai 1.500 pengunjung.
Kalau tidak ada bookingan sekitar 1.100 pengunjung," ujarnya.
"Setelah ada wabah bangkai babi pengunjung turun. Sekarang rata-rata hanya sekitar 800-an pengunjung," sambungnya.
Seperti ada yang sudah memesan tempat malah membatalkan.
Ada sekitar 10 orang yang sudah memesan tempat dan dibatalkan lantaran takut akan terkena virus hog cholera dari bangkai babi yang berada di Danau Siombak.
"Jadi ada 10 kegiatan yang cancel. Tapi, Alhamdulillah mereka mau membantu untuk kerugian yang capai Rp 1 juta. Mereka banyak yang pindah lokasi," sebutnya.
Dijelaskan Mustika, informasi yang beredar memang benar, tapi banyak juga yang dilebih-lebihkan.
Pertama memang ada bangkai babi dan telah tiga minggu.
Lalu menyebar kabar dampak dari bangkai babi bisa menyebabkan flu monyet dan lainnya.
Karena tentu akan sangat mengerikan kalau terkena virus tersebut.
"Semalam ada yang memberitahu kami, bahwa ada yang datang dari Dinas Pertanian sudah menguji air ke lab dan kadarnya Escherichia coli (E. coli) cukup tinggi. Tapi tidak sampai membuat penyakit langsung," urainya.
Mustika pun bermohon agar salah seorang pekerjanya mendapat apresiasi.
Karena sudah tiga minggu dia evakuasi bangkai babi sendirian.
Karena hanya dia yang berani dan yang lain tidak tahan dan banyak yang muntah akibat tidak tahan mencium bau bangkai babi yang menyengat.
“Harapan saya kepada pemerintah dan gubernur, tolong di serius kan untuk menanggulangi bangkai babi.
Karena yang saya lihat, mohon maaf banyak yang kurang. Terlebih soal evakuasi. Karena yang mengevakuasi saat ini kami masih secara pribadi dalam tiga minggu terakhir," pungkas Mustika. (M Andimaz Kahfi)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Dampak Wabah Bangkai Babi, Pengelola Wisata Danau Siombak Merugi hingga 30 Persen