Atalia Praratya Ridwan Kamil: Jangan Lagi Ada Kasus Stunting pada 2023 di Jawa Barat
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Danone Indonesia memulai inisiatif pencegahan stunting di 14 kabupaten/kota prioritas di Jawa Barat.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Danone Indonesia memulai inisiatif pencegahan stunting di 14 kabupaten/kota prioritas di Jawa Barat.
Kerjasama ini sebagai tindaklanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemprov Jabar dan Danone Indonesia pada hari Selasa (12/11/2019) yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional.
Kerjasama ini mencakup program terpadu dan berkelanjutan, dengan proyek pertama dilakukan di Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonoedes, Kabuoaten Sukabumi, Jawa Barat.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya Ridwan Kamil menyambut baik kerjasama pencegahan stunting dengan berbagai sektor.
"Kami sangat menghargai permulaan kolaborasi dengan Danone Indonesia. Ini adalah tugas kita bersama agar tidak ada lagi kasus baru gizi buruk atau stunting pada 2023 di Jawa Barat. Kami berharap kegiatan hari ini dapat disebarluaskan ke seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat," ungkap Atalia Praratya Ridwan Kamil.
Sementara itu, Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto mengatakan suatu kehormatan bagi Danone Indonesia dapat berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menggabungkan seluruh kegiatan terkait nutrisi, edukasi, dan sanitasi yang sudah saling terintegrasi di satu daerah di Posyandu dan PAUD Desa Kebonpedes.
"Khusus di Kabupaten Sukabumi, kami telah melakukan peningkatan kapasitas terhadap 35 kader Posyandu dan tenaga kesehatan, edukasi pola gizi seimbang Isi Piringku dan Ayo Minum Air, serta mengajarkan masyarakat untuk #BijakBerplastik," kata Vera.
Vera menambahkan program terpadu yang akan direalisasikan bersama Pemprov Jabar adalah peningkatan kemandirian dan kemampuan tenaga kesehatan, kader untuk mengevaluasi status gizi balita dan menangani anak terindikasi stunting secara cepat, seksama melalui program Aksi Cegah Stunting. Kemudian melakukan sosialisasi dan edukasi gizi seimbang Isi Piringku serta hidrasi sehat Ayo Minum Air (Amir).
"Kami juga akan melakukan edukasi nutrisi dan stimulasi serta dukungan 33.000 akses nutrisi pertumbuhan yang dikumpulkan dari berbagai lapisan masyarakat untuk sekitar 8.000 anak. Hal ini juga menandai puncak dari gerakan sosial Aksi Nutrisi Generasi Maju oleh SGM Eksplor yang telah berjalan sejak awal tahun 2019," kata Vera.
Kerjasama juga mencakup pembangunan sarana prasarana air bersih dan sanitasi, serta edukasi Perilaku Hidup Bersih Sehat melalui WASH (Water and Sanitation Hygiene) serya edukasi pilah sampah Bijak Berplastik.
"Dengan integrasi ini, kami berharap program dapat dilakukan secara berdampingan, menyasar target yang sama dalam waktu bersamaan, dan diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik kepada masyarakat," tutur Vera.
Stunting pada anak memiliki dampak yang buruk bagi bangsa Indonesia. Dampak permanen dari kondisi stunting dapat menghambat visi pemerintah Indonesia dalam memajukan kualitas sumber daya manusia.
Hal ini disebabkan karena anak stunting beresiko lebih tinggi terkena penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, dan lainnya di masa depan. Untuk menghindari dampak tersebut, kegiatan pencegahan yang dilakukan lintas sektor merupakan hal yang paling efektif untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.