Penjelasan BMKG soal Pengukuran Tsunami Setinggi 10 cm dan 6 cm di Bitung dan Ternate
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono menjelaskan semua itu bisa pihaknya lakukan dengan menggunakan metode pengukuran yang kompleks.
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam akun Twitter resmi @infoBMKG mengabarkan terjadi tsunami di tiga wilayah akibat guncangan gempa magnitudo 7.1, Kamis (14/11/2019) .
Tiga wilayah yang dilanda tsunami tersebut meliputi:
1. Kota Ternate, Maluku Utara pada pukul 23.43 WIB dengan ketinggian 0.06m atau 6 sentimeter.
2. Kota Jailolo, Halmahera Barat pada pukul 23.43 WIB dengan ketinggian 0.09m atau 7 sentimeter.
3. Kota Bitung, Sulawesi Utara pada pukul 00.08 WIB WIB dengan ketinggian 0.10m atau 10 sentimeter.
Baca: Tak Semua Gempa Picu Tsunami, Ini Daftar Tingkatan Gempa Beserta Kerusakan yang Ditimbulkan
Melihat cuitan ini, ada sebagian masyarakat bertanya bagaimana cara kerja BMKG dapat mengukur ketinggian gelombang tsunami.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono menjelaskan semua itu bisa pihaknya lakukan dengan menggunakan metode pengukuran yang kompleks.
"Caranya dengan melihat sumber gempa, ilmu batimetri, melihatkan dasar laut dan relief. Jadi Pengukuran pemodelannya kompleks sekali," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Jumat (15/11/2019) pagi.
Menggunakan cara tersebut, BMKG juga memberikan tingkat peringatan dini BMKG berbeda-beda sesuai dengan hasil pengukuran.
"Masyarakat bisa melihat estimasi kita apa waspada, siaga atau awas," lanjutnya.
Baca: Update Terbaru, Pasca Gempa M 7,1 di Maluku Utara dan Sulawesi Utara Aktivitas Warga Kembali Normal
Daryono menambahkan ada beberapa faktor tertentu sebagai pemicu awal gelombang tsunami.
"Pertama lokasi gempa di dasar laut yang dangkal, kurang dari 30 km lah. Kemudian gempa di atas magnitudo 7," katanya.
Daryono melanjutkan tidak semua gempa memicu terjadinya gelombang tsunami.
"Tidak semua gempa terjadi seperti itu (tsunami), tapi merusak," tegasnya.
Penyebab Gempa di Sejumlah Wilayah Indonesia Kamis (14/11/2019)
Daryono juga menjelaskan penyebab gempa yang hampir terjadi secara bersamaan di beberapa wilayah Indonesia.
Diketahui sebelumnya, terjadi gempa di barat daya pesisir selatan Sumatera Barat, Bali, timut laut Poso, timur laut Ambon, Maluku dan Sulut.
Gempa-gempa tersebut terjadi sejak Kamis (14/11/2019) malam hingga Jumat (15/11/2019) dini hari tadi.
Menurut Daryono, wilayah Indonesia memiliki banyak sumber gempa, medan dan akumulasi energi penyebab gempa masing-masing.
"Memang wilayah kita banyak sumber gempa," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews.com lewat sambungan telepon, Jumat (15/11/2019) pagi.
Saat ditanya kenapa terjadi hampir bersamaan, Daryono menjawab itu hanya terjadi secara kebetulan.
"Kebetulan rilis energinya hampir bersamaan," jawabnya.
Baca: Situasi Sudah Aman, Masyarakat Masih Panik saat Gempa Susulan Terjadi di Sulut
Ia juga melihat beberapa wilayah di Indonesia merupakan daerah yang memiliki sumber gempa aktif.
Seperti di wilayah Lombok, Ambon, Maluku Utara dan Bali.
Daryono meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menafsirkan secara berlebihan atas kejadian ini.
"Jadi tidak ada yang perlu ditakuti secara berlebihan karena ada peningkatan serentak. Tidak terjadi kejadian sesuatu yang lebih besar," terangnya.
Baca: 5 Fakta Menarik Entis Sutisna alias Sule yang Sedang Berulang Tahun Hari Ini
Lebih lanjut, Daryono menjelaskan penyebab gempa yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dengan rincian sebagai berikut:
1. Gempa di wilayah Lombok terjadi akibat patahan naik Flores.
2. Gempa di wilayah Palu terjadi akibat patahan Palu Koro.
3. Penyebab gempa di wilayah Ambon masih dalam identifikasi pihak BMKG.
4. Penyebab gempa di wilayah Maluku dan Sulut terjadi karena patahan di dalam Lempeng Maluku.
5. Penyebab gempa di wilayah Bali akibat patahan naik belakang Bali.
Daryono menambahkan masih ada kemungkinan terjadi gempa di beberapa wilayah di Indonesia.
"Gak bisa memprediksi, kemungkinan masih banyak," kata Daryono.
Ia juga mengimbau masyarakat, terlebih yang ada di pesisir pantai untuk melakukan aktivitas seperti biasa.
"Peringatan dini tsunami sudah diakhiri," tutupnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)