Anies Baswedan Dijuluki 'Gubernur Indonesia' di Reuni 212, Dua Pengamat Beri Penilaian Berbeda
Pengamat menilai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dianggap sebagai ikon perlawanan politik dalam Reuni Akbar 212 di Monumen Nasional (Monas).
Editor: Noorchasanah A

TribunSolo.com/Adi Surya Samodra
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mendapat sambutan meriah dari para peserta Reuni Akbar 212.
Kedatangannya mendapat sambutan gema takbir.
Bahkan, Anies juga mendapat sebutan sebagai 'Gubernur Indonesia' dari para peserta Reuni Akbar 212.
Pengamat politik dan agama Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Hermanu, menilai sebutan itu kurang tepat disematkan kepada Anies.
Hermanu menilai apa yang dilakukan Anies hingga saat ini dapat dilihat sebagai upaya membangun suatu narasi politik.
"Apa yang dilakukan oleh Anies, dia mempunyai keinginan untuk membangun narasi untuk kepentingan dia pada 2024," kata Hermanu kepada TribunSolo.com, Senin (2/12/2019).
Narasi yang dibuat Anies menunjukkan ia ingin berkontestasi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Itu jelas sekali dia ingin berkontestasi, berhadapan dengan figur baru, ketika itu setelah Jokowi turun tidak menjadi Presiden," terang Hermanu.
Hermanu menjelaskan, itu bisa ditelusuri dari langkah-langkah politis yang dilakukan Anies.
"Anies ketika jadi rektor Paramadina, kemudian dia bergabung dengan Demokrat untuk mendapatkan tiket kontestasi presiden dan ternyata dia gagal," jelas Hermanu.
"Kemudian dia menyebrang ke Jokowi, kemudian membantu jokowi mendapat tiket Menteri Pendidikan," tambahnya.
Saat menjabat menteri, Anies dinilai kurang menampilkan performa yang baik hingga akhirnya diganti.