Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Festival Budaya Sawahan, Acara yang Akan Pecahkan Rekor MURI Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang

Acara yang akan pecahkan Rekor MURI Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang, di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta

Penulis: Inza Maliana
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Festival Budaya Sawahan, Acara yang Akan Pecahkan Rekor MURI Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang
Tribunnews.com/Istimewa
Warga Sawahan sedang membuat sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI, Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jum'at (27/12/2019) di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. 

TRIBUNNEWS.COM - Festival Budaya Sawahan adalah acara yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Sawahan (IKS).

Acara tersebut terselenggara dalam rangka reuni ke-10, dan ulang tahun ke-50 IKS.

IKS adalah organisasi di tingkat dusun yang berada di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.

IKS adalah suatu ikatan dari orang-orang asli Sawahan yang sudah merantau lama di seluruh penjuru Indonesia.

Mereka mengadakan reuni setiap tiga tahun sekali, dan pada tahun ini, bertepatan dengan ulang tahunnya ke-50.

Ada berbagai rangkaian acara yang temanya adalah budaya.

Satu di antaranya adalah membuat sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI.

Warga Sawahan sedang membuat sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI, Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jum'at (27/12/2019) di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Warga Sawahan sedang membuat sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI, Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jum'at (27/12/2019) di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Tribunnews.com/Istimewa)
Berita Rekomendasi

Rekornya adalah Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jumat (27/12/2019).

Sebenarnya tidak hanya itu saja, ada rangkaian acara Wayang Kulit Dalang Ki Seno Nugroho, Campursari dan Karawitan.

Juga ada kuliner, Film Budaya, Temu Kangen, Senam, Penyerahan Penghargaan dan Bantuan Buku, Ziarah Kubur, dan Pengajian.

Acara tersebut diadakan di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Dan untuk pemecahan Rekor MURI nya merupakan rangkaian dari Festival Budaya Sawahan 2019.

Tri Suharjanto (47) adalah penggagas pemecahan Rekor MURI sekaligus Wakil Ketua Umum Panitia.

Ia mengatakan nama Festival Budaya Sawahan baru diadakan pada tahun ini.

"Karena pada reuni kali ini akan dibuat agak besar," ujarnya kepada Tribunnews.com, Rabu (25/12/2019).

Menurut Tri, sebelumnya, IKS hanya mengadakan acara seperti biasa yakni campursari dan temu kangen antar warga.

Warga Sawahan sedang memperlihatkan sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI, Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jum'at (27/12/2019) di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Warga Sawahan sedang memperlihatkan sarang untuk persiapan Pemecahan Rekor MURI, Kenduri 2.510 Nasi dalam Sarang yang akan dilaksanakan pada Jum'at (27/12/2019) di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Tribunnews.com/Istimewa)

Namun atas saran dari Bupati Gunung Kidul, Badingah, acara IKS dibuat lebih besar untuk melestarikan budaya gunung Kidul.

"Biasanya kenduri itu jumlahnya hanya ratusan, tetapi atas saran Ibu Bupati, untuk melestarikan budaya dan menarik wisatawan datang ke Gunung Kidul, akan diadakan Kenduri yang dicatat MURI," ujar Tri.

Tri Suharjanto juga menjelaskan arti dari kendari dan sarang yang akan dibuat menjadi Rekor MURI.

"Kenduri itu kalau orang-orang kampung memperingati panen itu mengumpulkan nasi, di suatu tempat, nanti orang-orang yang datang dari kampung lain dikasih sarang (anyaman daun kelapa sebagai wadah nasi), lalu sarang tersebut dibagikan kepada warga," ujarnya.

Lebih lanjut, Tri juga memberi pesan khusus diadakannya Rekor MURI.

"Pemecahan Rekor MURI ini, bukan untuk gaya-gayaan tetapi murni sebuah upaya melestarikan budaya," ungkapnya.

"Meningkatkan cinta desa, dan peningkatan sektor pariwisata di Kabupaten Gunung Kidul," kata Tri.

Untuk diketahui, dalam KBBI, Kenduri adalah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya.

Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Selamatan atau Kenduren telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.

(Tribunnews.com/Maliana) 

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas