Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dua Minggu Empu Wijoyo Guno Ukir Batu Prasasti Keraton Agung Sejagat

"Saya kerja serabutan, tapi kanjeng Sinuhun yang meminta saya membuatkan ukiran ini sehingga saya membuat, soal design berasal dari

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Dua Minggu Empu Wijoyo Guno Ukir Batu Prasasti Keraton Agung Sejagat
TRIBUN JATENG/PERMANA PUTERA SEJATI
Aparat Kepolisian mengamankan tempat Keraton Agung Sejagat yang berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (14/1/2020). Pimpinan kelompok tersebut Totok Santosa Hadingrat bersama istrinya telah diamankan aparat karena dianggap meresahkan masyarakat. TRIBUN JATENG/PERMANA PUTERA SEJATI 

Laporan wartawan tribun jateng, Permata Putra Sejati
TRIBUNNEWS.COM,PURWOREJO-Empu Wijoyo Guno menjelaskan makna batu prasasti atau ukiran batu di Kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) atau Kerajaan Agung Sejagat Purworejo. Empu Wijoyo Guna adalah orang yang mengukir batu berukuran kurang lebih tinggi 1,5 meter.

Baca: Raja Keraton Agung Sejagat Sempat Ingin Jadi Youtuber

Pada batu tersebut terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Empu Wijoyo mempunyai maknanya. "Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Baca: FOTO Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Pasca-Ditangkap, Sinuhun Totok Terus Tertunduk

Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'."Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun.Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.Sedangkan di dalam cakra itu terdapat 9 dewa.Ada pula ukiran Trisula yang menurutnya memiliki makna keilmuan.Kemudian ada gambar telapak kaki yang bermakna sebagai tetenger atau penanda.

"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya.

Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti milik kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) hanya dalam waktu 2 minggu. Batu tersebut diukir sekitar 3 bulan yang lalu.

Baca: Terancam 10 Tahun Penjara, Pendiri Keraton Agung Sejagat Tarik hingga Rp 30 Juta untuk Jadi Pengikut

Fungsinya batu adalah sebagai penanda atau prasasti. Menurut Empu Wijoyo, tulisan Jawa yang tertera pada batu memiliki arti sebuah pertanda bahwa ini adalah soko atau kaki atau tanda peradaban dimulai. "Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.

BERITA REKOMENDASI

Seperti halnya punggawa-punggawa lainnya, Wijoyo menjelaskan jika kekuasaan seluruh dunia berada di bawah naungan KAS. "Negara-negara di dunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.

Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Di mana ada kehidupan di situ ada bumi," ujarnya.

Konteks yang dijelaskan oleh Wijoyo sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram. Dia sendiri hanyalah sebatas empu atau tukang, sehingga konsep itu sendiri berasal dari Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Baca: Keraton Agung Sejagat Datangkan Batu Besar Dini Hari, Pengikutnya Lakukan Hal Aneh di Malam Hari

Pada batu itu terdapat pula logo ukiran simbol siang atau malam, hitam atau putih, atau juga sperma, yang melambangkan kehidupan. Ada pula gambar simbol dua macan sebagai simbol penjaga serta ukiran empat penjuru mata angin, dan logo kerajaan Majapahit.

Pada bagian bawah batu ada gambar baruna naga yang artinya lautan. Dia sebelum ikut menjadi punggawa atau anggota KAS memang berprofesi sebagai tukang relief yang sering membuat pahatan.


"Saya kerja serabutan, tapi kanjeng Sinuhun yang meminta saya membuatkan ukiran ini sehingga saya membuat, soal design berasal dari Sinuhun itu sendiri," ungkapnya.

Baca: Keraton Agung Sejagat jadi Tempat Selfie Warga

Keberadaan batu besar membuat sejumlah warga merasa takut dan heran sekaligus penasaran. Di sekitar batu itu tidak lupa ada berbagai macam sesaji dan dupa-dupa. Selain itu, para pengikut pada waktu Subuh sudah hadir dan menghadap ke selatan seperti seakan memuja batu besar tersebut.

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas