Viral Postingan Desain Struktur Kepengurusan BEM UNJ, Pegiat Gender Berikan Komentar
Instagram sempat dihebohkan dengan desain postingan struktur kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa di dua fakultas berbeda di UNJ
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Pengguna media sosial Instagram sempat dihebohkan dengan desain postingan struktur kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di dua fakultas berbeda Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Desain poster struktur kepengurusan tersebut mulai menjadi perbincangan setelah di-capture dan diunggah kembali oleh akun Instagram @space.unj.
Dari postingan bertanggal 9 Februari 2020 ini diketahui poster-poster tersebut dimiliki oleh BEM Fakultas Teknik dan BEM Fakultas MIPA.
Diduga poster-poster tersebut mendiskriminasi kaum perempuan.
Ini terlihat dari desain yang membedakan antara pengurus perempuan dan laki-laki.
BEM Fakultas Teknik menampilkan desain seperti struktur kepengurusan pada umumnya.
Baca: Viral Video 2 Oknum Guru di Medan Duel di Dalam Kelas, Saling Adu Jotos hingga Ditonton Para Siswa
Pembedanya terletak di foto-foto sejumlah pengurus perempuan yang dibuat berbeda.
Sedangkan, di BEM Fakultas MIPA, foto-foto pengurus perempuan diganti dengan gambar animasi.
Tak khayal kedua desain poster struktur kepengurusan ini mendapat berbagai respon dari pengguna media sosial.
Salah satunya yang mengecam apa yang dilakukan kedua BEM tingkat fakultas ini.
Dari pantuan Tribunnews.com, Rabu (12/2/2020) siang , BEM Fakultas Teknik dan BEM Fakultas MIPA telah menghapus poster-poster tersebut.
Keduanya pun telah memberikan klarifikasi atas kegaduhan yang terjadi.
Dikutip dari Instagram @bemftunj, Ketua BEM FT, Ibrahim Katoni Baurekso membantah jika poster tersebut merendahkan derajat kaum perempuan.
"Bahwa tidak benar adanya foto BPH perempuan diblur, melainkan diturunkan opacitynya"
"Tidak benar adanya feminisme, patriarki, sexisme di BEM FT UNJ seperti yang ditujukan kepada kami," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya.
Ibrahim menjelaskan dibedakannya foto antara pengurus laki-laki dan perempuan merupakan hasil kesepakatan bersama.
Baca: Viral, Alumni UI Bikin Poster Acara Unik, Ditulis dalam Bentuk Soal Integral dan Koordinat
Awalnya ada pihak dari BPH perempuan yang tidak menginginkan fotonya untuk dipublikasikan.
Di sisi lain, terdapat sejumlah PBH yang tetap menampilkan foto mereka.
"Akhirnya timbul kesepakatan anatar BPH perempuan untuk tetap mempublikasikan foto mereka dengan syarat untuk menurunkan opacity-nya," lanjut Ibrahim.
Terakhir Ibrahim negaskan, BEM FT menjunjung tinggi nilai-nilai perbedaan, baik gender, suku,agama, ras, dan antar golongan.
Dipantau dari Instagram BEM Fakultas MIPA UNJ, @bemf_mipaunj juga telah memberikan klarifikasi yang senada.
Intinya mereka juga mengedepankan dan menerapkan kesetaraan gender dalam berorganisasi, serta menentang semua bentuk diskriminasi.
Namun dalam klarifikasinya, mereka tidak menjelaskan secara detail alasan mengganti foto pengurus perempuan menjadi gambar animasi.
Baca: Viral Penjual Mie Lidi Berpakaian Bak Karyawan, Banting Setir Meski Dapat Jabatan: Awalnya Canggung
Komentar Aktivis Feminis
Terlepas dari pemberitaan di atas, pegiat pengarusutamaan gender di perguruan tinggi dari Student Crisis Centre (SCC) Ulul Albab, Kota Malang, Indayu Sri Mulyani memberikan komentarnya.
Indayu menjelaskan, kejadian tersebut membuktikan masih rendahnya implementasi pemahaman kesetaraan gender di lingkungan perguruan tinggi.
"Ini kok mem-posting, bagan struktur organisasi yang stereotipnya diskriminasi gender," kata Indayu saat dihubungi Tribunnews.
Ia melihat diskriminasi tersebut terlihat dari pola-pola desain dari postingan struktur kepengurusan kedua BEM tingkat fakultas ini.
"Ada beberapa point yang membuat kita menyimpulkan. Kok ada desain, penempatan yang berbeda"
"Lah kok jadi gini? Perempuan tidak disama kan dengan laki-laki, imbuhnya.
Baca: Pria Berusia 50 Tahun Rudapaksa Bocah Kelas 4 SD di Tangerang
Meskipun telah ada klarifikasi, Indayu tetap menyangkan hal tersebut bisa terjadi.
Menurutnya, meskipun tidak ada niatan untuk diskriminasi perempuan tetap saja opini publik mengarah ke sana.
"Meskipun tidak ada niat untuk diskriminasi perempuan, tetap saja opini publik akan selalu reaksioner"
"Apalagi ini diunggah di sosial media yang selalu under responsif dan menimbulkan oponi-opini yang beragam ada yang tidak peduli dan acuh dan ada yang tidak sepakat atau menolak perilakunya," beber Indayu.
Indayu terakhir meminta semua pihak untuk belajar dari kejadian tersebut.
Ia menekankan jika antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama di masyarakat, termasuk di dalam lingkungan kampus.
"Semua orang berhak dirinya eksis di ranah sosial, entah lewat media, atau wacana yang lain"
"Ayok lah merealisasikan pendidikan di perguruan tinggi responsif gender sesuai Inpres nomor 9 tahun 2000 " tutupnya.
Inpres nomor 9 tahun 2000 sendiri berisi tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional terutama di Bidang Pendidikan, yang juga dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pekaksaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan.
Lebih spesifik telah diatur dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 6 poin (b) yang berbunyi:
"Bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan dengan prinsip demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan dan kesatuan bangsa"
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)