4 Aksi Kekerasan di Sekolah: Siswa di Malang Harus Diamputasi hingga Siswi Disabilitas Dipukuli
4 aksi kekerasan di lingkungan sekolah yang terjadi pada awal 2020. Siswa di Malang harus rela amputasi tangan hingga siswi disabilitas yang dipukuli
Penulis: Rica Agustina
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Pada awal tahun 2020 ini telah terjadi beberapa aksi kekerasan di lingkungan sekolah.
Korban dari aksi kekerasan yakni siswa, semetara itu pelaku berasal dari kalangan guru atau sesama teman korban.
Di Kota Malang, Siswa SMP di Malang yang berinisial MS menjadi korban perundungan teman-temannya.
Aksi perundungan berupa kekerasan secara fisik, di mana korban diangkat beramai-ramai kemudian dibanting di atas lantai paving.
Akibat aksi kekerasan tersebut korban mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya hingga jari tangannya harus diamputasi.
Baru-baru ini juga terjadi kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru yang berinisial F di SDN Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur.
Pelaku geram kepada korban lantaran anak didiknya yang berinisial R tidak mengindahkan F saat ditegur agar tidak bermain bola di lapangan sekolah.
Berikut ini deretan aksi kekerasan di lingkungan sekolah yang dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber.
1. Kasus Bully di SMP di Malang
MS (13) korban bullying atau perundungan harus dirawat di rumah sakit setelah mendapatkan sejumlah kekerasan fisik yang dilakukan oleh teman sekolahnya.
Kabar perundungan MS mencuat pada Jumat (31/1/2020) setelah video yang menanyangkan ia merintih kesakitan beredar di media sosial.
Diketahui, korban diangkat bersama-sama oleh tujuh pelaku lalu dijatuhkan ke lantai paving.
Bukan hanya satu kali, korban kembali diangkat oleh mereka lalu dijatuhkan di dekat pohon.
Akibat aksi kekerasan tersebut, korban terluka di bagian tubuhnya hingga jari tengahnya harus diamputasi lantaran sudah tidak berfungsi, Selasa (4/2/2020).
Baca: Soal Bullying di SMPN 16 Malang, KPAI Minta Pemerintah Penuhi Hak Rehabilitasi Korban dan Pelaku
Meski demikian, para pelaku menyatakan tindakannya hanyalah sekedar iseng.
Buntut dari aksi kekerasan ini kepala sekolah dan wakil kepala sekolah diberhentikan dari jabatannya.
Keduanya dianggap telah melakukan kelalaian di lingkungan sekolahnya.
"Tidak usah menunggu waktu. Sekarang sudah ditarik. Kepala sekolah sudah ditarik, begitu juga dengan waka (wakil kepala sekolah)," kata Wali Kota Malang Sutiaji di Balai Kota Malang, Senin (10/2/2020) dikutip dari Kompas.com.
Bahkan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang yang sebelumnya sempat memberikan pernyataan tidak ada unsur kekerasan dalam kasus itu mendapatkan peringatan dari Sutiaji.
2. Siswi Disabilitas SMP di Purworejo Dipukul dan Ditendang Kakak Kelas
Tiga siswa SMP Muhammadiya Butuh, Purworejo, Jawa Tengah, TP, DF, dan UHA tega memukul dan menendang adik kelasnya yang berkebutuhan khusus (disabilitas).
Sebelum kejadian, ketiga pelaku meminta sejumlah uang kepada korban, kemudian korban melaporkan aksi pemalakan itu kepada guru.
Mengetahui hal itu, ketiga pelaku yang telah ditetapkan sebagai tersangka ini tak terima lalu menganiaya korban.
"Sebelumnya memang ada satu peristiwa di mana tiga orang tersebut (pelaku) meminta sejumlah uang kepada korban."
"Kemudian korban melaporkan kepada gurunya," ujar Kapolres Purworejo AKBP Rizal Marito dilansir dari kanal YouTube Tvonenews, Kamis (13/2/2020).
AKBP Rizal Marito mengungkapkan, setelah dilakukan visum diketahui korban mengalami luka lebam di sekitar pinggang kananya.
Bukan hanya mengalami luka lebam, kini korban juga takut ke sekolah.
Kasus ini menyita perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Baca: Ganjar Bujuk Siswi Korban Bullying di Purworejo Pindah ke SLB: Semua Biaya dari Kami
Orang nomor satu di Jawa Tengah ini pun telah meminta pejabat sekolah dan pemerintah setempat untuk menangani kasus ini.
Ganjar Pranowo juga memberi santunan kepada keluarga korban dan berencana akan memindahkan CA ke sekolah berkebutuhan khusus.
"Rayuan kita sampai tadi malam Insya Allah 80 persen berhasil. Saya kepengen karena korban ini berkebutuhan khusus sekolahnya yang bisa memfasilitasi itu." ujar Ganjar Pranowo dikutip dari Kompas.com.
3. Guru Pukuli Siswa di Depan Ratusan Anak Didiknya
Guru yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah di SMA di Bekasi, Idiyanto dinonaktifkan dari jabatannya.
Penonaktifan yang dilakukan oleh pihak sekolah ini dilakukan setelah sang guru kedapatan memukul dua anak didiknya di hadapan ratusan siswa.
Idiyanto memukul keduanya karena terlambat dan tidak memakai lengkap atribut sekolah.
Sementara yang menyaksikan kejadian tersebut adalah 172 siswa yang juga turut terlambat masuk sekolah.
Meski demikian, saat SK penonaktifan Idiyanto keluar dan sang guru hendak pergi, para murid menangisi keperkiannya.
Baca: Siswa Gelar Demo, Tak Terima Guru yang Pukuli Siswanya di Bekasi Dinonaktifkan
Bahkan para siswa melakukan aksi unjuk rasa lantaran tidak rela Idiyanto tidak mengajar lagi.'
Salah satu anak didik Idiyanto menyebut, gurunya sebenarnya adalah sosok yang baik hati.
"Pak Idi itu baik sebenarnya. Cuma gara-gara satu kesalahan. Dia cuma tegas, biar kita disiplin, biar kita tertib," papar salah satu siswi SMA di Bekasi yang tidak diketahui namanya.
"Itu (pemukulan) karena kesalahan kita sendiri. Kita sudah telat, padahal kita sudah dikasih akses mudah, kita sudah dikasih zonasi supaya kita datang lebih awal," lanjutnya, dilansir dari kanal YouTube Kompastv, (13/2/2020).
4. Guru SD Pukul Siswanya
Seorang oknum guru, R diduga melakukan kekerasan terhadap seorang siswa Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kelurahan Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur.
R memukul siswa kelas 6-nya yang berinisial F lantaran korban tidak mengindahkan teguran dari sang guru.
F dan teman-temannya bermain bola di halaman sekolah setelah mengikuti try out, sementara R meminta mereka untuk berhenti.
Akibatnya, mata kanan korban mengalami luka lebam.
Baca: Disdik DKI Bakal Periksa Kejiwaan Oknum Guru yang Hajar Murid SD di Matraman Hingga Mata Bengkak
Kepala sekolah SD tersebut, Tatang membenarkan peristiwa pada Selasa (11/2/2020) lalu ini dan menyebut F sedang lepas kontrol.
"Menurut oknum sendiri itu yang pertama jelas lepas kontrol," kata Tatang di lokasi, Kamis (13/2/2020) dikutip dari Kompas.com.
Adapun permasalahan itu kini telah diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan. "Dari kejadian itu kami sudah menempuh upaya mediasi secara musyawarah antara oknum pendidik dengan pihak keluarga yang bersangkutan dan sudah ada kata mufakat sepakat masalah ini diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan," ujar Tatang.
(Tribunews.com/R Agustina, Kompas.com/Andi Hartik/Riska Farasonalia/Dean Pahrevi)