Pengakuan Tersangka Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Saat Ditanya Alasan Gelar Kegiatan Susur Sungai
Saat ditanya awak media apakah siswa SMPNN Turi berjalan di tengah sungai saat susur sungai, IYA mengatakan para siswa tidak berjalan di tengah sungai
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Kepolisian Polres Sleman menghadirkan tiga tersangka pembina pramuka SMPN 1 Turi yang menewaskan 10 siswi SMPN I Turi saat kegiatan pramuka susur Sungai Sempor, Selasa (25/2/2020).
Mereka adalah IYA kelahiran Sleman 11 April 1983 status PNS guru SMPN 1 Turi Sleman, DDS Kelahiran Sleman 24 Januari 1963 dan R Kelahiran Sleman 1962 status PNS.
Pada kesempatan itu, IYA mengakui latihan susur sungai pada dasarnya dilaksanakan untuk pengenalan karakter.
"Supaya mereka bisa memahami sungai, kemudian anak sekarang kan jarang yang main di sungai atau menyusuri sungai, jadi kita kenalkan, ini lo sungai," kata tersangka IYA.
Saat ditanya awak media apakah siswa SMPN N Turi berjalan di tengah sungai saat susur sungai, IYA mengatakan para siswa tidak berjalan di tengah sungai.
"Tidak, mereka berjalan di pinggir, " ujarnya didampingi polisi.
Sementara saat disinggung mengapa mereka tak menggunakan alat bantu pengaman saat susur sungai, tersangka mengatakan karena waktu itu air cuma selutut dan cuaca belum seperti saat kejadian.
"Pukul 13.30 saya berangkatkan cuaca masih belum hujan, saya ikuti saya cek di atas, di jembatan itu air juga tidak deras, kemudian saya kembali ke tempat pemberangkatan," ujarnya.
Namun alam berkata lain, setelah itu air datang dari atas kemudian menerjang para siswa yang berjalan di Sungai Sempor.
Sebagian selamat namun ada juga tak terseret arus Sungai Sempor.
Baca: Banjir Jakarta Sampai Istana, DPRD Sebut Pemprov DKI Ogah-ogahan Tangani Banjir: Banyak Alasan
Baca: Semakin Tegar Usai Berduka atas Kematian Ashraf Sinclair, Bunga Citra Lestari Bertekad Bangkit
Mbah Diro Bantu Selamatkan Siswa
Warga yang berada di sekitar lokasi ikut terjun membantu menyelamatkan para siswa, satu di antaranya adalah Mbah Diro.
Meski usianya tak muda, Sudiro (71) terjun ke Sungai Sempor untuk menolong siswa SMPN 1 Turi yang hanyut saat susur sungai, Jumat (22/02/2020) lalu.
Pada saat kejadian, warga Dukuh, Donokerto, Turi tersebut sedang membersihkan makam yang tak jauh dari Sungai Sempor.
Ia mendengar teriakan siswa-siswa dari kejauhan.
"Saya baru membersihkan makam. Saya sudah mau memperingatkan supaya naik saja karena cuaca tidak mendukung. Lalu sudah dengar anak-anak minta tolong. Anak saya langsung menghampiri, katanya anak-anak kintir (hanyut terbawa arus)," ungkapnya, Senin (24/2/2020).
Tanpa pikir panjang, ia pun langsung bergegas menuju sungai.
Ia pun ikut masuk ke sungai membantu Kodir (37) yang lebih dulu di lokasi kejadian.
Dengan tubuhnya yang renta, Mbah Diro berusaha membantu sebisanya.
Ia merangkul anak-anak yang hanyut ke tepi sungai.
Baca: BCL Absen di Grand Final Indonesian Idol, Anang Hermansyah: Tapi Minggu Depan Dia Akan Hadir
Baca: Peluncuran Crowdfunding Website dan Forum Ormas Lembaga Perempuan Indonesia untuk Palestina
Bahkan ia menggendong anak-anak yang mulai tak berdaya dan ketakutan.
"Arusnya memang cukup deras. Mungkin daerah atas sudah hujan deras, dan tiba-tiba air langsung tinggi. Itu yang membuat anak-anak terbawa arus. Ya cuma membantu sebisa saya saja. Ada yang cuma dipegangi saja, ada yang digendong," terangnya.
Tubuhnya yang tak kuat menahan beban itu pun sempat hanyut terbawa arus.
Beruntung ia bisa berpijak pada batu dan berpegangan pada tangga panjang yang dibawanya.
"Saya sempat ikut hanyut, anak masih di punggung saya. Saya bisa pegangan, tetapi karena batu licin, jadi terpeleset, kaki kena luka," kata dia sambil menunjukkan luka di telapak kakinya.
Hampir 30 anak diselamatkan olehnya dan Kodir, juga dengan warga yang lain.
Tak ada rasa takut yang menghantuinya. Ia hanya berpikir bagaimana cara menyelamatkan anak-anak yang hanyut.
"Saya sedih sekali melihat anak-anak terluka. Ada yang kena bebatuan, dahinya lecet-lecet dan berdarah," ujarnya.
Atas keberaniannya, Mbah Diro mendapat tali asih dari Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.
Baca: Banjir Sorak Penonton, Momen Ahmad Dhani Akui Cinta Kan Membawamu untuk Maia Estianty, Puas?
Baca: Bukan 7 Orang, Hanya 4 Orang yang Dampingi Susur Sungai Siswa SMP di Sleman, hingga jadi Tersangka
Tak hanya Mbah Diro. Kodir pun mendapat tali asih sebagai apresiasi dan ucapan terimakasih.
"Mereka sudah mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan anak-anak. Bahkan mereka juga bisa hanyut saat menyelamatkan, tetapi dengan berani mereka tetap membantu. Jangan dilihat dari nilainya, tetapi ini tanda kasih dan ucapan terimakasih saya sebagai ibu anak-anak Sleman," kata Sri Muslimatun.
Sikap PGRI
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) akan memberikan pendampingan hukum kepada tersangka.
Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi saat berkunjung ke SMPN 1 Turi Senin (24/2/2020) menjelaskan, kedatangannya hari itu selain mengungkapkan belasungkawa juga ingin mendengar bagaimana persoalan ini terjadi dan langkah penyelesaiannya.
"Kami berharap tidak ada judgement sepihak bahwa guru melakukan (kesalahan) itu, (kegiatan susur sungai) ini semua terencana dengan baik. Kita tidak dapat perkirakan (jatuh korban). Yang namanya susur sungai niatnya membersihkan ini juga sudah dari 2017," tuturnya.
Ia memaparkan, bahwa peristiwa ini harus menjadi refleksi agar ke depan tidak ada laha kejadian serupa. Semua pihak harus memperhitungkan faktor cuaca dan lainnya baik itu kegiatan indoor atau outdoor.
Baca: Ramalan Zodiak Besok, Rabu 26 Februari 2020: Leo akan Terkejut, Hari yang Baik bagi Pisces
Baca: Jalur Rel di Tiga Stasiun Terendam Banjir, Beberapa Rute KRL Hanya Sampai Manggarai
"Yang utama adalah keselamatan dan keamanan anak-anak kita dan para guru," imbuhnya.
Ia menekankan bahwa PB PGRI siap memberikan pendampingan hukum pada guru yang dinilai bertanggung jawab atas kecelakaan yang telah terjadi.
Ketua Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Pengurus Besar (LKBH PB) PGRI Pusat, Akhmad Wahyudi menuturkan bahwa pihaknya akan melakukan penelusuran secara prosedural dari hulu ke hilir.
"Setelah kami telusuri secara prosedural, kegiatan ini terencana melalui RKS (Rencana Kegiatan Sekolah) yang sudah di sahkan menjadi APBS (Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah). Terdokumentasi dengan baik. Baik anggaran, kegiatan secara prosedur sudah tepat dan benar," ujarnya.
Hanya saja, dari sisi lain, kejadian ini dinilainya diluar dari jangkauan dan kemampuan pembina. Ia menekankan bahwa di balik peristiwa ini tidak ada unsur kesengajaan atau keteledoran dari pihak sekolah karena program sudah terencana dengan baik.
Namun saat disinggung tentang adanya kelalaian, Wahyudi mengatakan bahwa hal tersebut akan diserahkan kepada pihak penyidik
"Tentang kelalaian ini, yang bisa mengukurnya kan penyidik, kami gak berani karena itu wilayah hukum. Hulu hilirnya tentang prosedurnya, perencanaan administrasinya yang di permukaan sudah benar, termasuk pembina sudah ditunjuk dan diputuskan melalui SK sekolah. Itu sudah benar," paparnya. (Tribunjogja.com|Santo Ari)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul PENGAKUAN Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Ditanya Alasan Gelar Susur Sungai