Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ramai Bullying di Sekolah, Pengamat Jelaskan Cara Antisipasi Agar Anak Tak jadi Pelaku Bully

Pengamat pendidikan sebut ada tiga cara mendidik anak agar tak jadi pembully di sekolah.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
zoom-in Ramai Bullying di Sekolah, Pengamat Jelaskan Cara Antisipasi Agar Anak Tak jadi Pelaku Bully
Facebook Uun Unaini dan pixabay.com
Video yang ramai di media sosial dan ilustrasi bullying 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus perundungan yang marak terjadi akhir-akhir ini membuat sejumlah masyarakat khawatir.

Pasalnya aksi perundungan yang menjadi ramai, lebih banyak ditemukan di lingkungan sekolah.

Padahal, sekolah merupakan tempat 'kedua' yang seharusnya bisa membuat anak menjadi lebih terdidik dan berkarakter baik.

Tak hanya sekali, kasus perundungan yang marak terjadi di sekolah menimbulkan kecurigaan.

Sebenarnya apa yang terjadi dan apa penyebab seorang anak menjadi pembully?

Persoalan bully-membully memang kompleks dan rumit.

Setiap anak yang menjadi pelaku bullying, bisa mempunyai alasan yang berbeda-beda, mengapa ia membully.

Berita Rekomendasi

Untuk itu faktor penyebab seorang anak menjadi pembully juga bisa bermacam-macam.

Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. turut menanggapi persoalan tersebut.

4 aksi kekerasan di lingkungan sekolah yang terjadi pada awal 2020.Di Malang, jari korban harus diamputasi, siswi disabilitas SMP di Purworejo dipukul dan ditendang.
4 aksi kekerasan di lingkungan sekolah yang terjadi pada awal 2020.Di Malang, jari korban harus diamputasi, siswi disabilitas SMP di Purworejo dipukul dan ditendang. (Kompas.com dan TribunJateng)

Baca: Maraknya Aksi Perundungan atau Bullying di Sekolah Coreng Dunia Pendidikan, Psikolog Ungkap Penyebab

Joko, sapaannya, membenarkan jika ada banyak faktor yang bisa dilihat mengapa seorang anak menjadi pembully.

Namun, yang ia tekankan adalah bagaimana upaya mengantisipasi supaya anak tidak menjadi pembully.

Joko yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di UNS itu mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan.

Yakni bagaimana memperlakukan anak atau treatment, membuat lingkungan yang kondusif dan memberi keteladanan baik.

"Yang pertama ada treatment atau perlakuan," tutur Joko kepada Tribunnews.com, Rabu (26/2/2020).

Penerapan langsungnya adalah orangtua mengajari dan memberitahu kepada anak bagaimana sikap yang baik.

Poin kedua yang ditekankan Joko, membentuk lingkungan yang baik dalam keluarga dan di masyarakat sekitar.

"Seorang anak yang setiap hari orangtuanya bertikai dirumah, itu artinya terbentuk lingkungan yang tidak bagus," ujar Joko melalui sambungan telepon.

Video viral dugaan perundungan (bullying) terhadap siswa STM di Bekasi
Video viral dugaan perundungan (bullying) terhadap siswa STM di Bekasi (Facebook/Yuni Rusmini)

Baca: Maraknya Kasus Bullying di Sekolah, Begini Seharusnya Mendidik Anak Supaya Tahan Banting

Sedangkan poin ketiga adalah faktor keteladanan.

Di dalam poin keteladaan, ada dua faktor yang bisa mempengaruhi seorang anak, yakni faktor internal dan eksternal.

Dalam faktor internal, orangtua yang seharusnya memberi sikap yang 'teladan' bagi anaknya.

Sedangkan faktor eksternal, anak bisa melihat figur orang lain yang ia amati sendiri.

Untuk itu orangtua wajib untuk melakukan pengawasan terhadap apapun yang dilakukan anaknya.

Terlebih jika tontonan yang ia saksikan bisa memberi dampak negatif atas sikapnya kedepan.

Joko pun memberikan contoh suatu faktor keteladaan yang dapat mempengaruhi seorang anak.

"Faktor keteladaan apa yang orangtua ingin memperlihatkan kepada anaknya," lanjutnya.

"Misalnya para publik figur saat tampil dilayar kaca lalu berdebat tanpa memperhatikan etika berdialog, itu memberi contoh yang tidak baik kepada anak," ungkap Joko.

Selain itu, ketiga cara mendidik itu sangat berkaitan.

"Treatment tidak ada gunanya kalau kondisi lingkungan anak tersebut tidak mendukung."

"Contohnya di sekolah sudah diberi pengajar yang bagus, ternyata lingkungan sekitarnya, masyarakat yang maling atau koruptor," katanya.

Joko juga menekankan kehati-hatian media dalam memberitakan aksi perundungan.

Karena pemberitaan yang negatif bisa membuat anak ikut terpengaruh.

"Banyaknya pemberitaan yang negatif dalam media massa juga bisa mempengaruhi seorang anak untuk melakukan hal yang sama," tegas Joko.

Terakhir joko menuturkan mendidik seorang anak kembali lagi kepada jati diri pendidikan.

Yakni pendidikan dalam keluarga menjadi yang utama.

"Kembali lagi kepada jati diri pendidikan, karena pendidikan yang utama dan pertama itu ada di dalam keluarga."

"Kalau di dalam keluarga sudah mendidik dengan benar, maka anak akan menjadi benar," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas