Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kesaksian Ketua Dewan Penggalang SMPN 1 Turi: Hujan Lebat saat Long March hingga Keberadaan Pembina

Seorang siswa SMPN 1 Turi yang juga menjadi Ketua Dewan Penggalang kegiatan pramuka di sekolahnya, mengungkapkan persiapan sebelum susur sungai.

Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Kesaksian Ketua Dewan Penggalang SMPN 1 Turi: Hujan Lebat saat Long March hingga Keberadaan Pembina
TRIBUN JOGJA/HO/Hasan Sakri/PUSDALOPS BPBD DIY
Tiga tersangka kasus tewasnya peserta susur sungai Sempor SMPN 1 Turi Sleman Yogyakarta 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang siswa SMPN 1 Turi yang juga menjadi Ketua Dewan Penggalang kegiatan pramuka di sekolahnya, mengungkapkan persiapan sebelum kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2/2020) lalu.

Siswa bernama Abisa itu mengatakan, peserta susur sungai terdiri dari siswa-siswi kelas 7 dan 8 SMPN 1 Turi.

Kegiatan dimulai dengan pelaksanaan outbond sekira pukul 13.00 WIB, dilanjutkan long march ke wisata outbond Lembah Sempor pukul 14.00 WIB.

Namun, saat apel dirinya sempat bertanya pada guru pembina pramuka terkait cuaca yang mulai mendung.

“Saat itu mendung gelap, geludug (petir) tak henti-henti terdengar di utara (lereng Merapi)."

"Saya tanya, 'Pak, cuaca begini apa tetep mau diteruskan?'” tanya Abisa, dikutip dari TribunJogja.com, Sabtu (29/2/2020).

“Dia menjawab, cuaca begini biasa, lanjut,” ujarnya menirukan jawaban guru tersebut.

Baca: Reaksi Anggota DPR Lihat 3 Tersangka Kasus Susur Sungai Digunduli: Mereka Pendidik Bukan Begal

Baca: Solidaritas Guru untuk Tersangka Tragedi Susur Sungai, Diharapkan Mengajar Lagi, Ajukan Penangguhan

Berita Rekomendasi

Namun, dirinya masih belum puas atas jawaban tersebut.

Abisa kembali bertanya pada seorang pembina yang lain terkait cuaca yang mendung tersebut.

"Dibilang, nanti lihat situasi di sungai,” ujarnya.

Setelah kegiatan apel selesai, peserta outbond berangkat dengan jalan kaki sekira 3 kilometer.

“Di perjalanan hujan lebat mengguyur, kita semua basah kuyup. Tapi perjalanan terus dilanjutkan," ungkapnya.

"Guru pembina naik motor mengawal,” jelas Abisa.

Ia mengatakan, saat long march pembina yang ditetapkan sebagai tersangka yakni IYA tak terlihat.

Padahal, saat kegiatan apel IYA masih terlihat tengah menenteng pengeras suara.

Menurutnya, IYA saat itu mengenakan kaus dan celana training.

Sesampai di lokasi start lembah Sempor, Abisa juga mengaku tak melihat sosok IYA.

Seminggu berlalu sejak tragedi Kali Sempor, Jumat (21/2/2020), seorang siswa SMPN 1 Turi, Sleman, mengungkap kisah lain jelang petaka yang merenggut 10 nyawa itu.
Seminggu berlalu sejak tragedi Kali Sempor, Jumat (21/2/2020), seorang siswa SMPN 1 Turi, Sleman, mengungkap kisah lain jelang petaka yang merenggut 10 nyawa itu. (Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumaro)

3 Tersangka Tak Dampingi Susur Sungai

Diberitakan sebelumnya, Wakapolres Sleman, Kompol M Kasim Akbar Bantilan mengatakan, tersangka berinisial IYA (36), R (58), dan DDS (58) tak ikut mendampingi kegiatan susur sungai.

"Ketiga orang ini penentu dan ide, lokasi ada pada mereka, terutama IYA. Tetapi mereka justru tidak ikut turun," ungkap Kasim dalam jumpa pers, Selasa (25/2/2020), dikutip dari Kompas.com.

Menurut Kasim, ketiga tersangka telah memiliki sertifikat Kursus Mahir Dasar (MKD) Pramuka.

Baca: Fakta Tersangka Tragedi Susur Sungai, Keluarga Alami Perundungan, Tolak Penangguhan Penanganan

Baca: Tolak Penangguhan Penahanan, PGRI Harap Tersangka Susur Sungai Mengajar Lagi Setelah Dihukum

Dalam kegiatan susur sungai tersebut, hanya ada empat pembina yang mendamping para murid, yakni dua laki-laki dan dua perempuan.

"Bisa dibayangkan 249 siswa hanya diampu oleh empat orang dewasa yang perannya sebagai pembina dan pengerak di situ," jelasnya.

Keberadaan 3 Tersangka

Kasim mengatakan, IYA meninggalkan para siswa dengan alasan untuk transfer uang.

"Yang bersangkutan IYA tidak ikut turun (mendampingi siswa susur sungai)," ujar Kasim dalam jumpa pers, Selasa (25/2/2020), dikutip dari Kompas.com.

"Yang bersangkutan pergi karena ada urusan yang dikerjakan. Jadi yang bersangkutan ada keperluan mentransfer uang di bank," jelasnya.

Lalu, untuk dua tersangka lainnya, R dan DDS juga tidak ikut turun ke Sungai Sempor.

Saat itu, R berada di sekolah untuk menjaga barang-barang siswa.

Video 3 tersangka minta maaf dan ungkap alasan nekat gelar susur sungai: anak sekarang kan jarang main di sungai.
Video 3 tersangka minta maaf dan ungkap alasan nekat gelar susur sungai: anak sekarang kan jarang main di sungai. (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI)

Sementara, DDS saat kegiatan susur sungai menunggu di finish.

"Para siswa jalan hanya diampu oleh empat pembina," tambahnya.

Kasim menyebut, IYA kembali ke sungai saat tragedi maut itu telah terjadi.

"Ya kembalinya ya setelah kejadian. Setelah kejadian baru ikut gabung melakukan langkah-langkah pertolongan dan lain-lain," ungkapnya.

Baca: Ingin Bertanggung Jawab atas Tragedi Susur Sungai, 3 Tersangka Tolak Ajukan Penangguhan Penahanan

Baca: Pengorbanan Hidup Mati Mbah Diro Selamatkan Ratusan Siswa Korban Susur Sungai, Sempat Ikut Hanyut

Ia mengatakan, pembina-pembina yang mendampingi para siswa juga turut terseret banjir Sungai Sempor.

"Pembina-pembina yang dewasa tersebut yang seharusnya melindungi, menjaga ikut terseret sampai 50 meter."

"Mengurus diri sendiri saja tidak bisa, apalagi membawa 249 siswa siswi," katanya.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJogja.com/Setya Krisna Sumargo) (Kompas.com/Wijaya Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas