Cerita Sopir Pengantar Jenazah Pasien Covid-19 di Blitar: Habis Tugas Baju Langsung Dibuang
Tak hanya cukup mengantar sampai ke tujuan, tetapi dia sekaligus terlibat proses pemakaman jenazah orang yang terkena corona.
Editor: Sanusi
Galih mengisahkan awal mula dipercaya menjadi sopir ambulans, yang khusus mengantarkan jenazah corona.
Dia mengaku ingin menunjukkan pengabdian kepada profesinya.
Memang, ia bukan satu-satunya sopir ambulans di rumah sakit itu, namun pimpinan menunjuknya karena dianggap yang 'paling berani'.
"Saat pertama kali mengantarkan jenazah (korban Corona), saya ya deg-degan. Sebab, selain pertama kali, juga penyakit berbahaya, pikiran saya saat itu," ujarnya.
Namun, karena tugas, dirinya tak boleh mundur apalagi menolaknya.
Katanya, siapa lagi, yang akan mengantarkan jenazah itu, kalau bukan dirinya.
Akhirnya, dengan pakaian standar medis atau APD (alat pelindung diri), ia tancap gas ambulans untuk membawa jenazah pasien corona.
"Selama membawa jenazah korban (corona), saya membaca (doa) sebisa-bisanya. Seperti bacaan salawat (Nabi Muhammad). Mulai berangkat sampai tujuan, saya baca terus, sehingga membuat saya kian tenang," ungkapnya.
Karena jenazah korban corona itu tak boleh dibawa ke rumah duka, sehingga langsung diantarkan ke pemakaman.
Di pemakaman, dirinya bersama tujuh petugas medis, memakamkan.
Selama berlangsung pemakaman, ada standar khusus, di antaranya disaksikan petugas kepolisan, yang sekaligus mengantipasi jika ada warga yang mendekat.
"Tak ada pengalaman khusus selama memakamkan jenazah korban corona. Cuma, nggak menyangka kalau dirinya sampai terlibat pemakaman (jenazah korban Corona)" ujar pria yang mengaku punya hobi memancing.
Karena penyakit ini pandemi dan korbannya begitu banyak, maka ia harus selalu siapa.
Meski lagi off, misalnya di rumah, ia tetap stand by, terutama telepon selulernyanya selalu on karena siap-siap kalau sewaktu-waktu dihubungi RS, untuk mengantarkan pasein corona.