Pabrik Gula Gondang Sragen hingga Rumah Angker Dijadikan Tempat Karantina ODP yang Ngeyel
Kompleks bekas pabrik gula Sragen hingga rumah angker dijadikan tempat karantina ODP corona yang bandel.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Bekas rumah dinas sinder hingga rumah angker di Sragen dijadikan lokasi karantina untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) virus corona (Covid-19) yang ngeyel alias tak mau menjalani karantina mandiri di rumah.
Diketahui rumah dinas sinder berada di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.
Secara kasat mata, rumah itu kondisinya terlihat menyeramkan, lantaran cat telah mengelupas ditumbuhi lumut.
Adapun di depan rumah tampak kayu-kayu yang juga mengalami pengeroposan.
Kompleks pabrik gula itu diperkirakan sudah berdiri kurang lebih sejak tahun 1831.
Baca: 4 Atlet Pesepak Bola Arsenal Tak Karantina Diri & Langgar Lockdown di Inggris, Dapat Peringatan
Baca: Tiga Hal Penting yang Dilakukan Ismed Sofyan Selama Karantina
Kepala Desa Gondang, Warsito menjelaskan, awalnya penggunaan kompleks pabrik gula sebagai lokasi karantina merupakan ide Camat Gondang, Catur Sarjanto.
Warsito menyebut, ODP yang bandel atau tidak patuh akan di karantina di pabrik gula tersebut sesuai arahan Catur Sarjanto.
"Kemarin pak Camat bilang nanti kalau ada ODP yang bandel, suruh isolasi tidak mau nanti akan ditempatkan di situ," kata Warsito, Kamis (23/4/2020), dikutip dari TribunSolo.com.
Rencananya, kompleks pabrik gula tersebut bakal digunakan setelah ditinjau langsung oleh Bupati Sragen, Jawa Tengah, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
"Ini belum mulai digunakan, rencananya Sabtu besok ada kunjungan Bu Bupati untuk mengecek kelayakan bangunan," tuturnya.
Warsito mengatakan, lokasi karantina ODP itu tidak terlalu jauh dari pemukiman warga dan berada di jantung kota.
"Itu dari pemukiman lumayan, itu di tengah-tengah kota, itu berada di timur kantor dinas kecamatan, kanan-kirinya rumah warga," ujar Warsito.
"Di dekatnya juga ada kantor puskesmas dan Koramil, InsyaAllah keamaan dan kebutuhan kesehatan bisa terjamin," imbuhnya.
Baca: Satu Keluarga di Magetan Kabur ke Kalbar Saat Harus Isolasi Mandiri, Begini Nasibnya Saat Ditemukan
Baca: Perwiranya Positif Covid-19, Belasan Polisi di Deliserdang Lakukan Isolasi Diri
Rumah Angker Dijadikan Lokasi Karantina
Selain itu, Yuni Sukowati juga telah menyiapkan rumah angker yang sudah tidak dihuni puluhan tahun bagi ODP yang tidak mematuhi aturan karantina mandiri selama 14 hari.
Para pemudik yang berstatus ODP itu akan menjalani karantina di rumah angker agar mereka patuh terhadap aturan.
Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Selasa (21/4/2020).
Yuni Sukowati mengatakan, tempat yang dijadikan sebagai karantina itu sudah 10 tahun tidak berpenghuni.
Menurutnya, rumah tersebut angker dan menyeramkan karena sudah sejak lama kosong.
Baca: Pemerintah Imbau Masyarakat Sadar Diri Lakukan Isolasi Mandiri Jika Datang Dari Epicenter Covid-19
Baca: Bersatu Lawan Covid-19, BNI Life Berikan Bantuan Medis ke Puskesmas
"Rumah kosong itu sudah 10 tahun tidak dihuni," ujarnya.
"Jadi pastinya ada hantu-hantu yang berkeliaran di sana dan cukup menyeramkan," sambung Yuni.
Lantaran rumah kosong itu dikenal angker maka digunakan sebagai tempat karantina ODP yang tidak patuh.
Selain itu, ia menyebut, warga sekitar juga enggan untuk melewat di depan rumah kosong tersebut.
"Sementara warga saja enggan untuk melewat di depannya."
"Nah kita manfaatkan itu," kata Yuni.
Hingga Selasa (21/4/2020), Yuni menyampaikan, sudah ada tiga pemudik yang di karantina di rumah kosong itu.
"Semua pemudik yang datang ke desa itu harus dikarantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari," ujarnya.
Baca: Pemprov DKI Siapkan Sekolah Jadi Tempat Isolasi, Ketua DPRD: Pikir Matang Dampaknya
Baca: 21 Tenaga Medis di Cirebon Harus Jalani Isolasi Mandiri Setelah Tangani PDP Tak Jujur
Yuni menjelaskan, sebelumnya para pemudik sudah membuat komitmen dan jika melanggar akan menerima tindakan.
"Mereka sudah tanda tangan komitmen bersedia dan kalau mereka tidak komitmen, bersedia menerima teguran ataupun tindakan yang akan dilakukan pemerintah desa," jelas Yuni.
Ia menambahkan, sebelum menunjuk rumah kosong itu sebagai tempat karantina sudah berkoordinasi dengan kepala desa setempat.
"Pemerintah desa kemarin sempat minta petunjuk kepada saya," ungkapnya.
"Saya sampaikan 'kalau ini ada yang ngeyel seperti ini, golekno omah seng kosong (carikan rumah kosong), masukkan sana, kunci dari luar."
"Tapi jangan lupa dikasih makan, sehari tiga kali'," papar Yuni Sukowati.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin) (TribunSolo.com/Adi Surya Samodra)