Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

3 Pemudik Kapok Dikarantina di Rumah Kosong Berhantu, Bupati Sragen Berharap Bisa Jadi Pelajaran

Pemerintah Kabupaten Sragen menyiapkan rumah angker di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, bagi pemudik yang tak mau karantina mandiri di rumah.

Penulis: Nuryanti
Editor: Ifa Nabila
zoom-in 3 Pemudik Kapok Dikarantina di Rumah Kosong Berhantu, Bupati Sragen Berharap Bisa Jadi Pelajaran
TribunSolo.com/Istimewa
Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen. (TribunSolo.com/Istimewa) 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Kabupaten Sragen menyiapkan rumah kosong yang disebut berhantu di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, bagi pemudik yang tak mau karantina mandiri di rumah.

Sudah ada tiga pemudik yang nekat pulang ke Sragen dan tak mematuhi aturan pemerintah.

Baru dua hari menginap di rumah kosong yang sudah 10 tahun tidak dihuni, dua dari tiga pemudik itu, mengaku jera, dan minta dipulangkan.

Dengan menandatangani surat pernyataan, mereka berjanji akan disiplin menjalani karantina di rumah masing-masing.

Baca: Bupati Sragen Karantina Pemudik Bandel di Rumah Hantu : Kunci dari Luar, Beri Makan 3 Kali Sehari

Baca: Jalani Karantina di Rumah Hantu, 3 Warga Sragen Mengaku Didatangi Bayangan Aneh, Nangis Minta Pulang

Baca: Bandel Tak Jalani Karantina Mandiri, 3 Pemudik Asal Sragen Dijemput untuk Karantina di Rumah Angker

Seorang pemudik bernama Heri Susanto mengaku, dirinya sempat takut saat dikarantina di rumah hantu tersebut.

"Agak takut juga, tapi saya ikhlas aja. Alhamdulillah enggak ada apa-apa."

"Cuma gambar (hantu) aja. Insya Allah enggak ada apa-apa," ujarnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa (28/4/2020).

Bupati Sragen Kusdinar Yuni Untung Sukowati
Bupati Sragen Kusdinar Yuni Untung Sukowati (TRIBUN SOLO/GARUDEA PRABAWATI)
Berita Rekomendasi

Sementara itu, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati berharap, pemudik yang jera tersebut membuat warga Sragen di perantauan tak mudik.

"Ini pembelajaran untuk semuanya. Apabila semua orang manut (patuh) mengikuti aturan pemerintah kan tidak perlu seperti ini," ungkapnya.

"Semoga tiga orang yang sudah kapok ini bisa menggambarkan cerita," lanjut Yuni.

Baca: Cerita 3 Orang yang Dikarantina di Rumah Hantu Sragen: Tak Tahan Sering Diganggu Makhluk Halus

Baca: Tiga Pemudik Bandel Asal Sragen Jalani Karantina di Rumah Angker, Nangis Ketakutan & Minta Pulang

Baca: Hukuman Unik untuk Pelanggar Karantina di Sragen dan India: Diinapkan di Rumah Hantu, Masuk Ambulans

Ia mengimbau agar warga yang sudah mudik ke Sragen, harus disiplin menjalani karantina mandiri selama dua pekan.

"Sehingga semua orang pelaku perjalanan yang masuk Sragen, harus karantina mandiri selama 14 hari, disiplin dan tidak melakukan pelanggaran," imbuhnya.

Diketahui, rumah hantu ini satu dari dua lokasi yang disiapkan pemerintah Kabupaten Sragen sebagai tempat karantina pemudik yang tak patuh peraturan.

Penuturan Kades

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Desa Sepat, Mulyono, mengatakan, tiga pemudik itu sebelumnya pulang dari Jakarta, Kalimantan, dan Lampung.

Mereka sudah diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Namun, karena tidak tertib, mereka dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat dan dikarantina di rumah yang diduga berhantu.

"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).

Baca: Menyelisik Bangunan Tua Menyeramkan yang Akan Jadi Tempat Karantina ODP Bandel di Sragen

Baca: Pabrik Gula Gondang Sragen hingga Rumah Angker Dijadikan Tempat Karantina ODP yang Ngeyel

Baca: BLK Surakarta Bantu Penanganan Covid-19 di Sragen

Setelah kejadian itu, orangtua pemudik memohon kepada kepala desa agar anak mereka bisa dikarantina di rumah.
Mulyono akhirnya mengabulkan permohonan itu dengan syarat orangtua harus mengawasi anaknya dengan ketat.

"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," jelasnya.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Labib Zamani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas