Viral Ayah Gerebek Anak Berduaan di Hotel, Psikolog: Lingkungan Sosial Anak Perlu Diperhatikan
Viral video seorang ayah gerebek anaknya yang berduaan di kamar hotel. Psikolog beri tanggapan.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Daryono

TRIBUNNEWS.COM - Rekaman video yang menunjukkan seorang ayah menggerebek anaknya yang sedang berduaan di kamar hotel viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, sang ayah terlihat meluapkan kemarahannya pada anak perempuannya itu.
"Bapak kurang apa sama kamu? (Kamu) sudah Bapak rawat, Bapak lakukan ini-itu, ternyata mainnya di hotel."
"Percuma kamu Bapak suruh salat," ungkap ayah tersebut dalam video yang dikutip Tribunnews.com pada Minggu (27/6/2020).
Dua bocah yang terlihat mengenakan seragam SMA itu hanya terdiam tanpa perlawanan saat ayah tersebut menemui mereka dan memarahinya.
Sementara, disebut-sebut bahwa kejadian itu berlokasi di Temanggung, Jawa Tengah pada Kamis (25/6/2020) lalu.
Video itu pun mengundang perhatian warganet dan menjadi viral di sejumlah akun media sosial.
Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian kebenaran video tersebut.
Baca: Ingat Pedagang Bakso yang Viral Ludahi Mangkuk Pembeli Ngaku Biar Laris? Begini Nasibnya Sekarang
Menanggapi video yang beredar viral tersebut, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Uun Zulfiana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menilai bahwa orang tua sebenarnya sudah curiga terhadap gelagat yang tak biasa dari anaknya.
Sementara itu, sikap yang diambil sang ayah dalam menggerebek anaknya itu tak lain karena kepanikannya.
"Yang dilakukan orang tua, mungkin yang namanya orang sedang panik, terkadang kan mikirnya nggak panjang, jadi langsung dia mendatangi seperti itu."
"Namanya orang marah, panik, itu biasanya berpikirnya kurang jernih," kata Uun saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (27/6/2020).
Baca: Kucing yang Viral Nge-Freeze Dibawa Awkarin ke Klinik Hewan dan Diinfus, Begini Diagnosa Dokter
Menurut Uun, sang ayah memang tampak begitu marah dan kecewa melihat apa yang dilakukan anaknya.
Namun, ia meyakini, sang ayah tersebut tak menginginkan penggerebekannya itu menjadi viral seperti saat ini.
"Saya melihat dari sisi bapak itu juga marah, kecewa, tapi di sisi lain mungkin dia tidak menginginkan untuk diekspos sampai viral begini."
"Tapi saya memahami, orang yang panik, kecewa, itu pasti akan melakukan hal-hal yang spontanitas dan mikirnya tidak terlalu panjang," tambah dia.

Sementara itu, Uun menilai anak tersebut sebenarnya berada dalam lingkungan keluarga yang peduli terhadapnya.
Menurut Uun, hal itu tampak dalam ucapan sang ayah ketika memarahi anaknya.
"Dari kata-katanya, sebenarnya orang tua ini telah care, secara dukungan, anak ini sebenarnya berada di keluarga yang cukup baik."
"Artinya, secara religi, bapaknya mendoakan, salat, dan sebagainya, sepertinya dia dalam lingkungan keluarga yang bagus," ucap Uun.
Orang Tua Perlu Perhatikan Lingkungan Sosial Anak
Uun menyebutkan, terkadang sejumlah orang tua hanya fokus mendidik anak dengan baik di dalam rumah saja.
Akan tetapi, orang tua melupakan lingkungan sosial anak yang begitu luas.
Ke depannya, menurut Uun, para orang tua perlu memperhatikan lagi lingkungan sosial anak-anak mereka agar kasus serupa tidak terulang.
"Saya agak menggarisbawahi hal lain, orang tua terkadang lupa bahwa ada sisi lingkungan sosial yang luas, inilah yang terkadang orang tua kurang bisa meng-cover."
"Itu juga menjadi PR untuk ke depannya, artinya untuk orang tua yang lain, jangan fokus hanya mendidik anak dengan baik di dalam rumah saja, tetapi kita juga perlu untuk tahu anak kita ini tinggal di lingkungan yang seperti apa, kawan-kawannya seperti apa," sambung Uun.
Baca: Viral Grup Komunitas Pelakor Muncul di Facebook: Ini Hanya untuk Ajang Silaturahmi
Terlebih, Uun menambahkan, ketika anak-anak sudah menginjak usia remaja.
Menurut Uun, orang tua harus lebih memperhatikannya karena anak-anak remaja cenderung lebih mempercayai perkataan teman-temannya dibanding orang tuanya yang mungkin menurut mereka terkesan kolot.
Apalagi, jika sejak awal komunikasi kurang terbangun dengan baik di antara anak dan orang tua.
Uun mengatakan, ketika komunikasi antara orang tua dan anak terlalu dibatasi, hal itu bisa membuat anak tidak berani mengungkapkan apa yang ia rasakan pada orang tuanya.
"Misal orang tuanya ini tidak terlalu terbuka, terkadang di beberapa budaya begitu, ada gap antara anak dan orang tua dengan dalih bahwa anak itu ya secara strata di bawah orang tua."
"Mungkin iya secara etika, tapi perlu ditekankan juga kalau kita terlalu membatasi hubungan atau komunikasi antara orang tua dan anak, ini juga menjadi bumerang tersendiri sehingga anak gak berani mengungkapkan apapun yang dia rasakan ke orang tua," jelas Uun.
"Yang penting adalah komunikasi antara anak dan orang tua itu harus mulai terjalin dengan baik sejak kecil," tambah dia.
Baca: Kucing Nge-Freeze yang Sempat Viral Kini Dibawa Awkarin ke Klinik, Diinfus dan Dirawat Inap
Lebih lanjut, Uun kembali menekankan, orang tua perlu mengerti bahwa anak tidak hanya berada di lingkup keluarga kecil tetapi juga mempunyai lingkungan yang jauh lebih besar.
Untuk itu, ia menyarankan orang tua para remaja untuk lebih waspada pada lingkungan pergaulan anak yang begitu luas.
"Saya rasa orang tua sekarang harus agak aware bahwa lingkungan anak ini sangat luas."
"Apalagi zaman media sosial ya," kata Uun.
Uun menambahkan, ada baiknya orang tua memiliki media sosial untuk memantau anak-anak mereka.
Ia menilai, hal itu bisa mengurangi kemungkinan orang tua kecolongan.
"Saya juga agak salute dengan orang tua yang punya media sosial, jika diperlukan untuk memantau anak biar kecolongannya nggak jauh-jauh," kata Uun.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)