Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

FAKTA Paguyuban Tunggal Rahayu di Garut: Klaim Punya 13.000 Pengikut hingga Ubah Bismillah

Fakta baru Paguyuban Tunggal Rahayu yang berpusat di Kabupaten Garut, Jawa Barat mulai terungkap.

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
zoom-in FAKTA Paguyuban Tunggal Rahayu di Garut: Klaim Punya 13.000 Pengikut hingga Ubah Bismillah
tribun jakarta
Kepala Bakesbangpol Garut menunjukkan dokumen pengajuan izin Paguyuban Tunggal Rahayu yang berlogo burung Garuda, Jumat (4/9). Paguyuban Tunggal Rahayu disebut mirip dengan Sunda Empire dan telah merambah hingga Majalengka. 

Ai Lela, satu di antara pengikut Tunggal Rahayu yang memutuskan untuk mengundurkan diri memberikan penjelasannya tentang paguyuban tersebut.

Tak hanya Ai, para pengikut paguyuban tersebut juga memutuskan mengundurkan diri.

Mereka beralasan, misi organisasi tidak sejalan dengan pemahaman warga yang jadi pengikut.

"Saya dan anggota yang lain hari ini, Rabu (9/9/2020) membuat surat pengunduran diri."

"Sudah banyak hal yang menyimpang dari paguyuban ini," kata Ai seperti dikutip Tribunnews.com dari TribunJabar.id.

Pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu, Prof Dr Ir Cakraningrat alias Sutarman menjalani pemeriksaan di Mapolres Garut, Kamis (10/9/2020).
Pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu, Prof Dr Ir Cakraningrat alias Sutarman menjalani pemeriksaan di Mapolres Garut, Kamis (10/9/2020). (Firman Wijaksana/Tribun Jabar)

Satu di antara yang dinilai meyimpang oleh Ai adalah perubahan ayat Alquran.

Kalimat Bismillah diganti Al-Bismillah oleh pimpinan paguyuban.

Berita Rekomendasi

Mengaku tak ubah lambang negara

Sutarman tak merasa telah mengubah lambang negara, Burung Garuda.

Ia beralibi penggunaan Burung Garuda yang kepalanya menghadap ke depan itu untuk meluruskan lambang negara.

"Saya tidak mengganti, kalau diganti pasti diubah. Pada dasarnya ini untuk meluruskan (Burung Garuda)," kata dia.

Ia mengibaratkan pelurusan Burung Garuda itu seperti baca iftitah saat shalat.

Secara kenegaraan, di masa kritis ini, Sutarman mengambil sikap menelaah dan menghayati.

Hasilnya, ia mengambil sikap untuk meluruskan bagian kepala Burung Garuda.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas