POPULER: Penusuk Syekh Ali Jaber Takut Ceramah | Bocah Tewas Dipukul Ibu | Dokter Kena Razia Masker
Penusuk Syekh Ali Jaber halusinasi takut isi ceramah | Bocah tewas dipukul ibu karena sulit diajari belajar online | Dokter naik mobil tanpa masker
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Tersangka penusuk Syekh Ali Jaber disebut berhalusinasi dan takut terhadap isi ceramah sang ulama.
Sebelum melakukan penusukan itu, pelaku Alpin Andria juga sudah mengintai aktivitas ceramah Syekh Ali Jaber.
Kemudian muncul dugaan bahwa Alpin mengalami gangguan jiwa.
Sementara itu, seorang ibu berinisial LH (26) nekat memukuli anak kandungnya hingga tewas.
Alasannya sepele, yakni ia tidak sabar mengajari bocah umur 8 tahun itu saat belajar online.
Baca: Gara-gara Sulit Diajari Belajar Online, Bocah SD Dipukuli Sapu oleh Orangtua hingga Tewas
Baca: Pukuli Anak Kandung hingga Tewas, Ayah dan Ibu Bikin Video Ucapan Ulang Tahun Sebut Anaknya Hilang
Di Blitar, seorang dokter terjaring razia lantaran tak mengenakan masker.
Dokter tersebut protes kepada petugas lantaran ia mengemudikan mobil pribadi seorang diri.
Berikut berita populer regional selengkapnya:
1. Penusuk Syekh Ali Jaber Takut Isi Ceramah
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengatakan pelaku sudah mengintai aktivitas ceramah Syekh Ali Jaber di media massa.
Sering melihat ceramah, pemuda ini malah mengaku dibayangi oleh sosok Syekh Ali Jaber.
"Jadi pelaku ini sudah mengenal dari media massa terhadap Syekh Ali Jaber. Tetapi di dalam ingatan atau pemikiran dia, dia merasa kayak terbayang bayangi Beliau," kata Pandra, Senin (14/9/2020).
Bahkan rasa dibayangi itu mengarah kepada halusinasi sehingga takut kepada isi ceramah sang ustaz.
"Dia merasa kayak terbayang-bayang, dia merasa kayak merasa takut atau merasa apa dari ceramah-ceramahnya (Ali Jaber-red). Dia berhalusinasi seperti itu," paparnya.
Kemudian, pelaku mendapat informasi bahwa Syekh Ali Jaber akan mengisi pengajian di sekitar rumahnya pada Minggu (13/9/2020).
Lantaran dekat rumah, ia mendatangi lokasi untuk melakukan aksi penikaman itu.
"Karena lokasi rumah pelaku dengan TKP berjarak kurang lebih 500 meter dari lokasi. Ketika mendapatkan informasi itu, tergerak hatinya untuk melakukan pidana penikaman terhadap Syekh Ali Jaber," ujarnya.
Namun, pernyataan gangguan jiwa pelaku Alpin masih menimbulkan tanda tanya.
Baca: Tak Percaya Pelaku Penikaman Syekh Ali Jaber Sakit Jiwa, Mahfud: Kita akan Tahu Setelah Diselidiki
Baca: Insiden Penyerangan Syekh Ali Jaber, Legislator PKS: Indonesia Darurat Perlindungan Tokoh Agama
2. Bocah Tewas Dipukul Ibu
Bocah kelas 1 SD itu menjadi korban amarah ibunya hingga tewas.
Sang ibu awalnya memukuli bocah perempuan itu dengan tangan kosong hingga memakai sapu.
Menurut keterangan dari Polres Lebak, Rangkasbitung, LH menyebut anaknya sulit untuk diberi tahu hingga membuatnya gelap mata.
Ketika bocah itu sudah tak berdaya, LH dan suaminya, IS (27) panik.
IS sempat marah kepada LH ketika mendapati bocah itu tak berdaya.
Ia berinisiatif membawa korban keluar rumah dengan alasan agar bocah itu mendapat udara segar.
Namun lantaran kekerasan yang dialami cukup parah, bocah itu meninggal dalam perjalanan.
Akhirnya pasangan suami istri itu menguburkan anak kandung mereka di TPU Gunung Kendeng, Cijaku, Lebak dengan pakaian lengkap.
Baca: Fakta Bocah Dikubur dengan Pakaian Lengkap, Disiksa Orangtua hingga Tewas dan Warga Kaget Ada Makam
3. Dokter Terjaring Razia Masker
Seorang dokter bernama Bagus Indra terjaring operasi yustisi penegakan hukum pendisiplinan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Dokter tersebut kedapatan tak mengenakan masker saat mengemudikan mobil di Jalan Merdeka, Kota Blitar, Senin (14/9/2020).
Ketika dihentikan oleh petugas, sang dokter sempat menanyakan kepentingan razia yang digelar petugas.
"Tiba-tiba kami dihentikan disuruh menyerahkan identitas, tapi peraturannya tidak pernah diperlihatkan. Sebenarnya itu juga kurang tepat," kata Bagus.
Namun, Bagus akhirnya menyerahkan identitas kepada petugas setelah ditunjukkan aturan razia protokol tersebut.
Adapun razia itu dilaksanakan berdasarkan Perwali No 47 Tahun 2020 tentang penegakan disiplin penerapan protokol kesehatan.
Bagus menyebut razia itu sah-sah saja dilakukan asalkan diawali dengan sosialisasi.
Ia juga merasa heran lantaran ia mengendarai mobil pribadi seorang diri namun harus tetap memakai masker.
"Kalau razianya soal masker seharusnya tetap dilihat dulu. Kalau perjalanan sendirian di mobil pribadi, kenapa harus pakai masker," protesnya.
(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.