VIRAL Kisah Mahasiswi Beragama Hindu Kuliah di Kampus Islam, Merasa Bahagia dan Bersyukur
Kisah seorang mahasiswi bernama Ni Made Ayu Masnathasari viral di media sosial.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, kisah seorang mahasiswi bernama Ni Made Ayu Masnathasari viral di media sosial.
Pasalnya, Ayu menjadi mahasiswi beragama Hindu pertama yang lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Seperti diketahui, UMI yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan ini dikenal sebagai kampus muslim.
Sehingga, selama menempuh pendidikan di UMI, Ayu harus mengenakan jilbab.
Kisah Ayu, mahasiswi beragama Hindu yang kuliah di UMI ini pertama kali dibagikan oleh akun Instagram @zakirsabara_h.wata, yang merupakan Dekan Fakultas Teknik UMI.
Video tersebut kemudian, banyak diunggah ulang oleh beberapa akun Instagram dan menjadi viral.
Kepada Zakir Sahbara, Ayu mengakui tak mudah menyesuaikan diri di lingkungan muslim, sementara dia beragama Hindu.
Baca: Duduk Perkara Viral Chat Seseorang Hendak Tularkan Covid-19 Versi Dinkes Semarang, Sengaja Provokasi
"Tidak mudah, tapi jadinya saya banyak belajar setiap harinya, akhirnya lebih siap diri saja."
"Bahwa setiap hari pasti ada tantangan baru, ada pengalaman baru, apalagi besok," kata Ayu dalam video wawancara dengan Zakir Shabara yang diunggah di akun Instagram @zakirsabara_h.wata.
Selama menempuh pendidikan 5 tahun 8 bulan di UMI, Ayu mengaku tidak merasa dipaksa memakai jilbab.
"Karena tetap mengikuti aturan dari UMI sendiri, semakin lama semakin terbiasa saja," terangnya.
Saat dikonfirmasi, Ayu menceritakan awal mula dirinya bisa menempuh pendidikan di kampus muslim tersebut.
Perempuan kelahiran Takalar ini mengatakan, sebenarnya dulu dirinya ingin kuliah di Bali.
Namun, ia tak lolos seleksi.
Akhirnya ia mencari kampus swasta yang ada di Makassar dan mencoba tes di Fakultas Kedokteran UMI.
"Karena pendaftaran awal dulu pengen di Bali aja, tapi belum rejekinya lulus disana."
"Jadinya yang terbuka hanya kampus swasta yang ada di Makassar, akhirnya saya coba tes di FK UMI dan akhirnya lulus," kata Ayu saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (19/9/2020) malam.
Ayu menjelaskan, saat awal masuk kuliah di UMI terkadang ia merasa sendirian dan tak ada yang mengerti kegelisahannya.
Baca: VIRAL Video Tenaga Medis Sebut Hilangnya Indra Penciuman Termasuk Gejala Covid-19, Ini Penjelasannya
Baca: Viral di Medsos, Canggihnya Rambu Lalu Lintas di Jepang Berubah Otomatis Buat Kagum Warganet
Namun, lambat laun ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus.
"Ternyata tinggal bagaimana cara kita untuk berkomunikasi saja dengan orang-orang disekitar."
"Saya akhirnya belajar terbuka, teman-teman juga akhirnya merangkul saya," jelasnya.
Dibalik duka yang ia alami saat awal kuliah, namun ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan Ayu selama berkuliah di UMI.
"Sukanya karena pada akhirnya saya bisa berjalan beriringan dengan teman-teman walau berbeda," ungkapnya.
Selalu berkomunikasi dengan pihak fakultas setiap ada kegiatan keagamaan
Ayu menuturkan, setiap ada kegaiatan keagamaan di UMI, ia selalu mengomunikasikannya pada pihak fakultas untuk mencari solusi lain.
Bahkan, kata dia, pihak fakultas selalu memberikan solusi yang tak membebani dirinya.
"Saya sangat bersyukur fakultas selalu memberikan solusi terbaik tanpa membebani."
"Poin pentingnya ya komunikasikan saja, pasti bisa dimengerti," terangnya.
Terkait dengan kewajiban mengenakan jilbab, Ayu mengatakan, hal itu adalah aturan yang harus diikuti oleh semua mahasiswi UMI.
Sehingga, ia harus tetap mengikuti aturan tersebut tanpa harus dipaksa.
Baca: VIRAL Sendirian di Dalam Mobil Tak Pakai Masker Didenda Rp 100 Ribu, Ini Kata Dinkes Banjarmasin
"Penggunaan pakaian islami seperti berhijab di UMI itu wajib sebagai kebijakannya."
"Saya orang yang baru masuk, harus paham untuk bisa ikuti aturan yang ada," tuturnya.
Dari pengalamannya berada di lingkungan yang berbeda itu, Ayu berpesan agar semua orang mampu berpikiran terbuka di manapun berada.
Sebab, kata Ayu, dengan begitu akan terjalin hubungan yang saling memahami dan menghargai.
"Di manapun kita berada, cukup jaga hati dan niat awal pada tujuan utama."
"Buka pandangan dan wawasan sebagai bekal untuk bisa saling pahami satu sama lain." tandasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)