Kisah Ibu Tantang Maut Jual Durian di Pantura demi Sesuap Nasi, Kerap Diteriaki Pengemudi
Nur berjualan durian di jalur yang terbilang cukup berbahaya di Pantura Batang.
Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita paruh baya bernama Nur (53) nekat menantang maut demi sesuap nasi.
Nur berjualan durian di jalur yang terbilang cukup berbahaya di Pantura Batang.
Yakni di traffic lights yang ada di tengah pertigaan Jalan Pantura, dan interchange Kandeman Jalan Tol Trans Jawa.
Hilir mudik kendaraan berat pun seolah tak menyurutkan niatnya untuk mencari rezeki, dengan menjual durian ke pengguna jalan.
Nur merupakan satu di antara ibu rumah tangga yang mengadu nasib di Jalan Pantura Batang dengan menjual durian.
Baca juga: Viral Video Dinosaurus Triceratops Diturunkan di Mojosemi Forest Park
Meski jarang ada pengguna jalan yang membeli durian yang ia bawa, tapi semangat Nur tak pupus.
Nur terus menawarkan durian ke pengguna jalan yang berhenti di traffic lights tersebut.
Tak jarang ia menyeberang ke sudut jalan untuk menawarkan barang dagangan.
Bahkan ia bersama ibu-ibu lainya sampai masuk ke jalur interchange Jalan Tol Trans Jawa.
Adanya rambu larangan masuk ke interchange, serta kencangnya laju kendaraan berat pun tak dihiraukan Nur dan penjual durian lainya.
Nur juga acap kali diperingatkan pengguna jalan dengan teriakan atau bunyi klakson dari pengemudi.
Hal itu lantara ia nekat masuk ke jalur interchange atau secara mendadak menyeberang jalan.
Meski berbahaya, namun Nur tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya berharap dagangannya laku dan bisa pulang tanpa tangan kosong.
Baca juga: Viral Video Gadis 17 Tahun Cosplay Waktu Coblosan Pertamanya, Jadi Pusat Perhatian Warga Sekitar
Ia mengaku apa yang dilakoninya syarat akan resiko serta diintai maut, karena berdagang di tengah jalan.
"Saya sadar berdagang di jalanan berbahaya, namun mau apa lagi, karena dengan cara ini kami bisa mendapatkan uang," jelasnya saat ditemui Tribunjateng.com di Jalan Pantura Batang, Selasa (15/12/2020).
Dilanjutkannya, ia tak punya lapak, dan tak punya kebun durian, alhasil harus berusaha keras agar dagangan yang ia ambil dari pedagang pasar laku.
"Durian ini saya beli di pasar haragnya ada yang Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu, paling saya bawa 4, dan saya ambil untung Rp 5 ribu," paparnya.
Meski sudah berjuang keras, namun durian yang ditawarkan Nur tak selalu laku terjual. Tak jarang ia masih membawa pulang 1 hingga 2 durian.
"Tak mengapa yang penting berusaha, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang membuat semua serba sulit," jelasnya.
Sebelum melanjutkan berdagang, Nur menuturkan, durian yang ia jual tak seenak durian yang dijual langsung dari kebun.
"Karena sudah dipilih oleh penjual pasar, saya jujur durian ini kurang enak. Setidaknya kami tidak berbohong dan menjual murah ke pengguna jalan," tambahnya. (TribunJateng.com/bud)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Wanita Paruh Baya Berjualan Durian di Pantura Batang, Tahan Panas Demi Sesuap Nasi