Pengakuan Orang Tua Keluarkan Rp 400 per Bulan untuk Beli Kuota Belajar Daring Anaknya: Saya Tekor
Orang tua siswa sebuah SMP Negeri di Kota Semarang, Naili Anisatur R mengeluh dengan proses pembelajaran secara daring.
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Orang tua siswa sebuah SMP Negeri di Kota Semarang, Naili Anisatur R mengeluh dengan proses pembelajaran secara daring.
Utamanya terkait dengan pengeluaran uang untuk membeli paket internet agar anaknya.
Pasalnya, bantuan kuota internet dari pemerintah pusat hingga kini belum jelas meski sudah ada informasi bantuan tersebut dilanjutkan pada 2021 ini.
Naili mengatakan, kebutuhan kuota internet sangat penting untuk pembelajaran daring.
Sejak awal Januari, dirinya terpaksa harus membeli kuota internet menggunakan uang pribadi.
Dalam satu minggu, ia bisa dua kali melakukan pembelian kuota.
Baca juga: Mendikbud Nadiem Makarim: Pelaporan Penggunaan Dana BOS Lewat Daring
Jika dihitung dalam bentuk rupiah, rata-rata dalam seminggu harus mengeluarkan uang Rp 100 ribu.
Ia pun mengaku tekor untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
"Itu bisa dua kali pengisian Rp 50 ribuan. Semua itu agar anak saya bisa mengikuti pembelajaran daring. Jika tidak, pasti anak ketinggalan pelajaran. Jika seminggu saja Rp 100 ribu, dalam sebulan setidaknya saya habis Rp 400 ribu. Tekor saya," katanya, Jumat (26/2/2021).
Diakuinya, tidak semua kuota dipakai untuk pembelajaran.
Namun dari tugas yang diberikan, mengharuskan anak untuk mencari materi dengan berselancar (browsing) di internet, termasuk juga di aplikasi seperti Youtube.
Hal itulah yang kemudian menguras kuota paket internetnya.
"Kadang dibuat mainan juga. Lha karena sudah disuruh belajar menggunakan handphone, anak jadi terbiasa bermain handphone juga," ujarnya.
Pada 2020 lalu, semua siswa menerima bantuan kuota internet dari pemerintah pusat untuk kebutuhan pembelajaran daring.
Sayangnya, dari total bantuan kuota yang diberikan, ternyata tidak bisa digunakan dengan bebas.
Hanya sebagian kecil sekitar 3 gigabite saja yang bisa dipergunakan untuk membuka sistem browsing.
Sebagian besar, katanya, kuota bantuan itu bisa digunakan untuk aplikasi belajar yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
Meski begitu, ujung-ujungnya juga anak disuruh untuk mencari bahan pelajaran dengan browsing internet di Google atau Yahoo.
Baca juga: Kemendikbud Kucurkan Dana BOS Rp 52 Triliun, Sebagian untuk Biayai Prokes Belajar Tatap Muka
"Itu pakai paket internet reguler dan harus keluar uang juga karena kuota bantuan tidak cukup. Tapi setidaknya jika ada bantuan, pengeluaran saya tidak sebesar sekarang. Makanya saya berharap ada bantuan kuota internet lagi," harapnya.
Senada, orang tua siswa SMP 15 Semarang, Fitriani mengatakan, pengeluarannya menjadi membengkak hanya untuk memfasilitasi anak mengikuti pembelajaran daring.
Pembengkakan tersebut dikarenakan seluruh kebutuhan kuota internet harus menggunakan uang pribadi.
"Waktu masih ada bantuan kuota dari pusat, itu masih lumayan membantu mengurangi beban. Lha dari Januari 2021 sampai sekarang belum ada bantuan lagi. Makanya saya keluar uang lebih banyak," kata Fitri, sapaannya.
Kondisi yang sama juga dialami orang tua siswa SMA di Kabupaten Demak, Nur Solikhin.
Pengeluarannya justru lebih banyak lagi karena anaknya yang sudah beranjak remaja, mengenal game online.
Sehingga, jika tidak ada tugas sekolah, anaknya menggunakan handphone untuk bermain game.
"Sampai kesal rasanya. Sedikit sedikit minta uang buat beli paket data internet. Jika tidak diberi, anak ngancam tidak ikut pembelajaran daring atau tidak mau mengerjakan tugas," tuturnya.
Kata Disdikbud Jawa Tengah
Menanggapi kondisi tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah, Hari Wulyanto mengatakan, bantuan kuota internet kepada siswa pada 2021 ini memang belum cair. Pihaknya pun tidak bisa berbuat banyak karena itu kebijakan dari pemerintah pusat.
Dari informasi yang diterimanya, kebijakan bantuan kuota internet akan dilanjutkan pada 2021 ini. Hanya saja, ia tidak bisa memastikan kapan bantuan akan disalurkan.
"Itu kewenangan pusat. Untuk kebutuhan itu, sekolah dapat memberikan paket data ke siswa untuk PJJ (pembelajaran jarak jauh) dari alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)," kata Hari, saat dihubungi Tribun Jateng.
Baca juga: Mendikbud Nadiem: Belajar Tatap Muka di Sekolah Bisa Dimulai Juli 2021
Ia mengatakan, kuota internet dibutuhkan karena memang proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini mengharuskan dilakukan jarak jauh yaitu secara daring.
Jika nanti pembelajaran sudah dilakukan tatap muka, maka kebutuhan tersebut tidak diperlukan lagi.
"Untuk pelaksanaan tatap muka, kita menunggu izin gubernur. Jika sudah diizinkan, kita mulai secara bertahap," tandasnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Gunawan Saptogiri, pun tak bisa berbuat banyak terkait belum cairnya bantuan kuota internet. Pasalnya bantuan tersebut merupakan kebijakan pusat.
"Ya kita tunggu saja. Jika ada bantuan, itu lebih baik. Apapun kondisinya, pembelajaran harus tetap jalan. Jangan sampai tidak ada pembelajaran sama sekali," tambahnya.
Tunggu Dana BOS
Terkait penggunaan dana BOS untuk bantuan kuota internet siswa, Kepala SMPN 15 Kota Semarang, Setyo Budi mengatakan, hingga saat ini dana BOS 2021 belum ada pencairan. Sehingga, pihak sekolah sendiri mengalami kekosongan anggaran.
Jika dana BOS tersebut sudah dicairkan, Setyo memastikan akan menyalurkan kepada siswa. Sehingga beban orang tua terkait kuota internet bisa terkurangi.
"Gimana mau memberi bantuan internet kalau dana BOS saja belum cair. Kami sendiri juga masih menunggu pencairannya," kata Setyo kepada Tribun Jateng, Jumat (26/2/2021).
Setyo mengatakan, ia mengetahui jika bantuan kuota internet dari pusat pada 2021 ini belum ada.
Kendati demikian, pihaknya juga tidak bisa memberikan bantuan apapun. Selain dana BOS yang belum cair, kas keuangan sekolah juga sedang kosong.
Ia memaparkan, bantuan kuota internet kepada siswa pernah dilakukan di masa awal pandemi. Bantuan dari sekolah dihentikan seiring adanya bantuan kuota dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Baca juga: Menkes Janji Siapkan Fasilitas Kesehatan Jika Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka Dilakukan
"Kemungkinan dana BOS baru turun pada Maret depan. Jika dana BOS turun dan bantuan kuota internet dari pusat belum ada, kami akan langsung alokasikan," jelasnya.
Untuk sementara ini, ia meminta kepada orang tua untuk menggunakan uang pribadi guna membeli kebutuhan kuota paket data internet. Jika ada kendala karena tidak bisa membelinya, ia mempersilakan siswa untuk datang ke sekolahan mengikuti pembelajaran secara luring.
"Kalau kesulitan, kami persilakan datang ke sekolah, asal dengan menerapkan protokol kesehatan. Tapi kami tidak mengundang ya, hanya mempersilakan," sambungnya.
Kepala SMPN 1 Kota Semarang, Nining Sulistyaningsih, mengatakan pihak sekolah tidak bisa memberikan bantuan kepada siswa karena tidak ada dana. Sementara dana BOS dari pusat juga belum diterima.
"Dana di sekolah adanya ya dana bos. Tapi sampai sekarang belum cair," ucapnya singkat.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Orangtua Siswa Tekor Beli Kuota Internet untuk Pembelajaran Daring
(Tribunjateng.com/ m zaenal arifin)