Ganjar Datangi Rumah Mantan Anak Buah Noordin M Top
Ketika didatangi Ganjar, Yusuf terlihat sibuk menata kursi dan membersihkan kolam lele miliknya. Tepat pukul 07.15 WIB Ganjar tiba di lokasi itu.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyambangi kediaman mantan narapidana kasus terorisme di kawasan Semarang Barat, Jawa Tengah. Machmudi Hariono alias Yusuf nama eks narapidana tersebut adalah mantan anak buah Noordin M Top.
Ketika didatangi Ganjar, Yusuf terlihat sibuk menata kursi dan membersihkan kolam lele miliknya. Tepat pukul 07.15 WIB Ganjar tiba di lokasi itu. Sambil gowes pagi, Ganjar menyempatkan mampir ke kediaman Yusuf yang juga Ketua Yayasan Persadani, yayasan yang menaungi eks narapidana kasus terorisme di Jawa Tengah.
Kepada Ganjar, Yusuf yang pernah dihukum 10 tahun itu mengatakan bahwa ternak lele adalah cara untuk memuluskan proses reintegrasi sosial itu. Dengan cara itu, Yusuf dan beberapa rekan eks narapidana kasus terorisme di Semarang bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat.
"Secara kejadian, saya dulu ditangkap di daerah sekitar sini. Saat itu masyarakat juga gempar, sehingga hari ini saya kembali ke sini dan menjadi warga sini sekaligus bertanggung jawab memulihkan rasa was-was di tengah masyarakat. Ini sebagai tanggung jawab moral saya pribadi," kata Yusuf.
Yusuf yang ditangkap karena menyembunyikan bahan peledak hampir 1 ton itu mengatakan, proses reintegrasi sosial dengan cara ternak lele ternyata efektif. Dengan cara itu, ia bisa diterima masyarakat dan bahkan banyak yang menjadikannya sebagai rujukan setiap ada kejadian terorisme.
"Saya juga selalu mengingatkan agar masyarakat tidak terpengaruh pada ajakan-ajakan yang bersifat radikalisme dan terorisme. Apalagi, ajaran itu sekarang banyak di media sosial. Harus ada langkah preventif agar terhindar dari paham-paham radikal itu," jelasnya.
Tak jarang, lanjut Yusuf, masyarakat bertanya tentang pengalamannya menjadi bagian dari gerakan terorisme dan upaya untuk mencegahnya. Melalui obrolan santai, ia menjelaskan dengan pelan dan narasi yang mudah diterima masyarakat.
"Kalau ketemu di warung, sambil lesehan ada yang tanya soal itu, saya jelaskan pelan-pelan. Intinya jangan sampai masyarakat terbawa pada image dan praduga mereka, saya berikan titik terang untuk memahami. Ternak lele ini, salah satu cara saya memudahkan berkomunikasi dengan warga," katanya.
Ia meminta masyarakat berhati-hati dengan masifnya penyebaran paham radikal dan terorisme itu. Sebab, pengaruh paham itu sekarang sangat mudah disebarkan melalui medsos.
"Harus lebih waspada, siapapun dan dimanapun bisa terkena paham ini. Jadi harus memproteksi diri dengan memperbanyak narasi. Saya sendiri akan berusaha menjelaskan hal-hal itu, sehingga pencegahan bisa kita lakukan," tutupnya.
Ganjar sendiri mengacungi jempol langkah reintegrasi sosial yang dilakukan Yusuf dan eks napiter lain di Jawa Tengah. Menurutnya, mereka bisa menjadi rujukan sekaligus duta perdamaian di tempatnya masing-masing.
"Ini keren ya, apalagi caranya bagus, ada kreatifitas yang dibangun. Di Genuk ada ternak lele, di sini juga sama, di Solo ada warung soto. Dengan cara-cara itu, maka penerimaan masyarakat akan jadi baik," ucapnya.
Para eks narapidana kasus terorisme ini lanjut Ganjar bisa menjadi rujukan atau duta perdamaian untuk masyarakat. Sambil ngobrol, mereka bisa menjelaskan tentang bahaya paham radikalisme dan terorisme.
"Sambil guyon mereka bisa menjelaskan, saat ada masyarakat tanya tentang kejadian terorisme yang masih terjadi. Sekarang kalau ada cerita-cerita itu, kawan-kawan ini jadi narasumber. Ini cara bagus, sehingga penerimaan masyarakat juga bagus. Apalagi mereka juga caranya menarik, elegan sekaligus produktif karena mengembangkan bisnis untuk mereka dan warga sekitar," pungkasnya. (*)