Pasca-Gempa Malang, Polisi Siber Polda Jatim Langsung Pantau Penyebaran Informasi di Dunia Maya
Polisi siber patroli di dunia maya untuk mencegah dan menangkal konten tidak benar atau hoaks terkait gempa di Malang dan sekitarnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Pasca-gempa yang mengguncang Malang dan sekitarnya, Sabtu (10/4/2021), Polisi Siber Polda Jatim langsung memantau penyebaran informasi gempa di Malang dan sekitarnya.
Polisi siber patroli di dunia maya untuk mencegah dan menangkal konten tidak benar atau hoaks terkait gempa di Malang dan sekitarnya.
Beberapa saat setelah gempa terjadi, banyak video dan foto yang menggambarkan suasana panik dan kerusakan bangunan tersebar bebas di media sosial dan jejaring WhatsApp (WA).
Baca juga: Penjelasan Ilmiah BMKG Soal Penyebab dan Dampak Gempa di Malang dan Sekitarnya
Akurasi foto atau video kemungkinan bisa membuat cemas warga.
Namun bisa pula ada orang tak bertanggung jawab mengedit kejadian yang tidak berhubungan dengan gempa di Malang agar masyarakat panik atau berharap memperoleh keuntungan.
"Setelah ada informasi gempa di Malang dan sekitarnya, kami langsung patroli siber untuk menelusuri akun-akun yang menyebarkan konten-konten yang tidak benar atau hoaks," kata Kombes Pol Farman, Dirkrimsus Polda Jatim kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu, (10/4/2021).
Baca juga: Terdampak Gempa Malang, Kerugian di Kota Blitar Ditaksir Capai Rp 235 Juta
Farman mengimbau masyarakat mengonfirmasi dahulu ketika menerima atau mendapat foto dan video yang dinarasikan pengirim sebagai gambaran visual gempa di Malang.
Jika konten itu tidak benar, masyarakat diimbau tidak menyebarkan informasi tersebut.
"Gunakan medsos secara bijak. Saring dahulu sebelum sharing," imbuhnya.
Dampak dan korban gempa
Akibat gempa yang berpusat di Selatan Timur itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Minggu (11/4/2021) pukul 08.00 WIB, ada sebanyak 8 orang meninggal dunia.
Selain itu, terdapat 36 orang yang mengalami luka ringan, dan 3 orang mengalami luka sedang hingga berat.
Korban meninggal dunia itu tercatat di wilayah Kabupaten Lumajang 5 orang dan Kabupaten Malang 3 orang.
Sementara itu, banyak laporan mengenai bangunan yang rusak akibat gempa tersebut.
Tercatat ada 1.189 rumah yang dilaporkan mengalami kerusakan, dengan kategori rusak ringan hingga berat.
Rinciannya, rumah rusak berat (RB) 85 unit, rusak sedang (RS) 250 dan rusak ringan (RR) 854.
Baca juga: Temui Korban Gempa Malang, Mensos Risma Terjunkan 700 Personel Tagana
Baca juga: Malang Kembali Diguncang Gempa Susulan 5,5 SR, Warga Masih Trauma dan Tak Berani Masuk Rumah
Jumlah tersebut diterima BNPB dari laporan di 15 Kabupaten dan Kota wilayah Jawa Timur.
"Kerusakan juga dialami fasilitas umum (fasum) dengan total kerusakan sejumlah 150 unit," ungkap BNPB seperti dimuat dalam situs resminya.
Wilayah yang cukup parah akibat gempa tersebut yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar.
BPBD Kabupaten Malang melaporkan rumah rusak ringan 525 unit, rusak sedang 114, dan rusak berat 57.
Sedangkan kerusakan pada fasilitas pendidikan 14 unit, fasilitas kesehatan 8, tempat ibadah 26 dan jembatan 6 titik.
Sementara BPBD Kabupaten Blitar juga melaporkan kerusakan rumah RR 217 unit, RS 85 dan RB 10, sedangkan kerusakan fasum kantor 9 dan balai desa 3.
Gempa bumi di Selatan Malang juga berdampak pada wilayah kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur, meliputi Kabupaten Lumajang, Kota Malang, Kabupaten Tulungagung, Kabuapten Trenggalek, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jember.
Baca juga: Gempa di Malang, Pasutri di Lumajang Meninggal Dunia Tertimpa Reruntuhan Batu Besar
Baca juga: Zona Gempa Selatan Malang M 6,1 Terjadi di Kawasan Aktif
Kawasan Aktif
Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis informasi mengenai gempabumi bermagnitudo 6,1 dengan kedalaman 60 kilometer di wilayah perairan Selatan Malang, atau yang kemudian disebut ‘Gempabumi Selatan Malang’ pada Sabtu (10/4/2021).
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, episentrum Gempabumi Selatan Malang itu berdekatan dengan pusat gempabumi yang merusak Jawa Timur pada masa lalu, yakni pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972. Zona Gempabumi Selatan Malang tersebut memang merupakan kawasan aktif yang sering terjadi dan dirasakan.
"Zona Gempa Selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan,” ujar Daryono dalam konferensi pers virtual BMKG, Sabtu, 10/4/2021).
Menurut Daryono, pengulangan gempa bumi yang terjadi di Selatan Malang tersebut sekaligus menjadi fenomena yang patut diwaspadai.
Di sisi lain, hal itu sekaligus menjadi bukti bahwa apa yang telah disampaikan para ahli gempabumi adalah benar.
“Gempa Selatan Malang yang destruktif merupakan alarm untuk kita semua bahwa ancaman sumber gempabumi subduksi lempeng selatan Jawa yang selama ini didengungkan oleh para ahli gempa adalah benar. Kita patut waspada,” kata Daryono.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, setidaknya telah terjadi tiga kali gempa susulan (aftershock) dari Gempa Selatan Malang dengan kekuatan kecil dan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan.