Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Temuan DMFI di Solo: Anjing Tak Cuma Marak Dikonsumsi, Kulitnya Jadi Bahan Pembuatan Shuttlecock

Hasil investigasi DMFI menyebut belasan ribu anjing disembelih setiap bulannya dan dijajakan setidaknya di 85 warung di Kota Solo.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Temuan DMFI di Solo: Anjing Tak Cuma Marak Dikonsumsi, Kulitnya Jadi Bahan Pembuatan Shuttlecock
Foto Dokumentasi DMFI
Invesigasi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) di Solo menyebut, anjing tidak hanya marak dikonsumsi, bahkan kulitnya dijadikan bahan untuk membuat shuttlecock. 

TRIBUNNEWS.COM - Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Dog Meat Free Indonesia (DMFI) mendesak Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka membuat aturan yang melarang perdagangan kuliner daging anjing di Kota Bengawan.

Co-Founder JAAN sekaligus Koordinator Nasional Koalisi DMFI, Karin Franken, menyebut hasil investigasi, belasan ribu anjing disembelih setiap bulannya dan dijajakan setidaknya di 85 warung di Kota Solo.

Karin mengatakan, DMFI mulai melakukan investigasi perdagangan kuliner anjing di Solo pada 2017.

DMFI mendata warung yang menjual daging anjing dan mencari informasi mengenai cara penyembelihan anjing.

"Lalu di Solo satu-satunya tempat di mana sisa anjing yang telah dipotong, kulitnya dipakai hal lain."

"Misalnya untuk pembuatan shuttlecock untuk badminton," ujar Karin dalam program diskusi Overview Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021).

Karin Franken dalam program Overview Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021)
Karin Franken dalam program Overview Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021) (Overview Tribunnews)

Baca juga: Harga Daging Segar Akan Melonjak Jelang Lebaran, Daging Beku Bisa Jadi Jawaban, Ini Keunggulannya

Baca juga: Menjajal Seblak Citarasa Kuliner Internasional

Karin menyebut setidaknya sudah sembilan tahun melakukan investigasi peredaran perdagangan daging anjing di beberapa daerah di Indonesia.

Berita Rekomendasi

"Tadinya kami tidak menyangka perdagangan anjing ini begitu besar."

"Setelah kami investigasi, kami sangat kaget, wow, perdagangan (anjing) sangat besar," ungkapnya.

Saat itu, sebelum 2017, DMFI sudah melakukan kampanye untuk tidak mengonsumsi daging anjing.

Setelah melakukan investigasi di Solo, Karin mengaku kaget.

"Sampai kami melakukan investigasi (di Solo) dan kami benar-benar kaget sekali, dengan jumlah anjing yang dipotong di sana setiap bulan gitu," ungkapnya.

Baca juga: Bulog Gelar Operasi Pasar Daging Beku di DKI Jakarta

Tak Hanya Soal Kekejaman

Namun, poin Karin dan tim untuk mendesak pemerintah melarang perdagangan kuliner daging anjing berfokus pada kesehatan.

"Bukan soal kekejaman saja, tapi (konsumsi daging anjing) juga menjadi ancaman kesehatan dan keamanan untuk masyarakat luas," ungkapnya.

Karin menyebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah lama mengatakan salah satu faktor penyebaran penyakit rabies perpindahan antardaerah atau melalui transportasi.

"Seperti kebanyakan orang sudah tahu juga, kebanyakan anjing dengan tujuan dikonsumsi berasal dari Jawa Barat, sedangkan Jawa Barat (berstatus) belum bebas rabies, ini sangat riskan," ungkap Karin.

Hasil investigas DMFI juga menyebut 98 persen sumber daging anjing di Solo berasal dari Jawa Barat.

Baca juga: Desak Gibran Larang Perdagangan Kuliner Daging Anjing di Solo, DMFI: Bukan Hanya soal Kekejaman

Dipukul sebelum Dibunuh

Sementara itu Tim koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) Kota Solo, investigasi pada 2019 menyebut, setidaknya satu truk bisa datang tiga kali dalam seminggu ke kawasan Solo Raya.

"Satu truk itu mininal membawa 100 ekor anjing. Bila seminggu 3 kali, maka kurang lebih ada 300 ekor anjing."

"Jadi kalau sebulan bisa kurang lebih 1.200 ekor," ungkap Mustika, Senin (19/4/2021), dikutip dari TribunSolo.com.

Anjing-anjing tersebut kemudian didistribuskan ke pengepul sebelum akhirnya dibunuh untuk jadi santapan.

Investigasi yang didapat DMFI, penyembelihan anjing dilakukan dengan beberapa metode.

Ada yang digelonggong hingga diketok kepalanya menggunakan besi atau kayu. 

"Kalau di kawasan Klaten, dulu itu kebanyakan ditenggelamkan. Kalau di Solo kebanyakan diketok kepalanya," jelas Mustika. 

"Sementara di Wonogiri, mungkin diketok kepalanya dulu kemudian dibakar. Jadi sekarang itu ada daging anjing guling," tambahnya. 

Baca juga: Ibu Mayat Bayi Digigit Anjing Ditangkap, Tersangka Masih 21 Tahun, Pacarnya Berstatus Mahasiswa

Metode diketok kepalanya, dipercaya para penikmat bisa menambah kenikmatan olahan.

"Itu dipercaya mempengaruhi cita rasa, kegurihannya terasa. Daging anjing tidak mengeluarkan darah," kata Mustika. 

"Waktu diketok kepalanya, anjing sebenarnya dalam kondisi setengah hidup atau pingsan. Kemudian langsung digantung, digorok, dan dikelupasi kulitnya. Itu dalam kondisi hidup," tambahnya.

Sementara itu desakan ini sudah mendapatkan respons dari Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Dikutip dari TribunSolo.com, Gibran mengaku sudah menerima masukan dari DMFI. 

"Saya kaji bentar," ucap dia, Rabu (21/4/2021).

"Sarannya sudah masuk. Saran, masukan sudah masuk semua," tambahnya.

Berita regional lainnya

(Tribunnews.com/Gilang Putranto) (TribunSolo.com/Adi Surya Samodra)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas