Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Viral RS Penuh karena Covid-19: Kades di Bandung Keliling Cari RS, Pasien di Semarang Menumpuk

Dua kisah viral penuhnya rumah sakit karena Covid-19, ada kades di Bandung keliling cari RS hingga pasien di Semarang menumpuk.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
zoom-in Kisah Viral RS Penuh karena Covid-19: Kades di Bandung Keliling Cari RS, Pasien di Semarang Menumpuk
Tribunnews.com/Istimewa
Dua kisah viral penuhnya rumah sakit karena Covid-19, ada kades di Bandung keliling cari RS hingga pasien di Semarang menumpuk. 

TRIBUNNEWS.COM - Melonjaknya kasus Covid-19 di beberapa wilayah di Indonesia berimbas pada penuhnya keterisian isi tempat tidur atau bed di rumah sakit.

Beberapa daerah yang menjadi sorotan penuhnya pasien di rumah sakit adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Bahkan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sampai menutup tempat wisata di Bandung Raya untuk menanggulangi tingginya kasus Covid-19.

Video-video yang memperlihatkan penuhnya rumah sakit pun beredar di media sosial.

Satu di antaranya video dari seorang kepala desa di Kabupaten Bandung yang sedang membawa pasien Covid-19 dan berkeliling mencari rumah sakit.

Selain itu, ada juga video yang memperlihatkan penuh sesaknya pasien Covid-19 di rumah sakit dan pusat karantina di Semarang.

Berikut dua kisah viral penuhnya keterisian rumah sakit akibat lonjakan kasus Covid-19 di Jabar dan Jateng:

Berita Rekomendasi

Viral Video Kades Keliling Cari RS karena Penuh

Video seorang kepala desa membawa warganya yang sakit dengan menggunakan ambulans, sempat viral di media sosial.

Dalam video tersebut, terlihat seorang pria menggunakan masker hitam mengaku sebagai Kelapa Desa Sekarwangi.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh, saya atas nama Kepala Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, mengimbau kepada semua pihak di mana pun berada saya bersama Ibu Nina, Puskesos bagian kesehatan membawa pasien," kata pria yang ada dalam video viral tersebut.

Setelah ditelusuri, Kepala Desa Sekarwangi tersebut bernama Dadang Dulloh.

Baca juga: Pemerintah Sebut Tingkat Keterisian Rumah Sakit oleh Pasien Covid Sudah Mengkhawatirkan

Ia pun menceritakan kesulitannya saat mengantar pasien Covid-19 karena penuhnya rumah sakit.

"Pertama saya bawa ke RSUD Soreang penuh, kedua ke RS Santosa penuh, ketiga saya ke RS Imanuel juga penuh. Keempat saya ke RS Hasan Sadikin juga penuh," kata Dadang Dulloh.

"Covid, covid, hati-hati kawan. Sekali lagi jaga kesehatan, saya menuju Al Ihsan, terimakasih ya Bu Nina, mudah- mudahan segera sembuh," katanya.

Setelah video tersebut menjadi viral, Bupati Bandung, Dadang Supriatna, mengucapkan terimakasih pada Kades Sekarwangi.

"Karena ini kerja sama, kita juga dari Presiden sampai RT kita bekerja dan (itu) merupakan penanggung jawab di tingkat desa," kata Dadang Supriatna, dikutip dari Tribun Jabar.

Menurutnya, semua pihak harus bekerja sama untuk menangani setiap kasus Covid-19.

"Ini menjadi kewajiban, persoalan tadi, kades bolak-balik ke rumah sakit karena kondisi rumah sakit penuh, dan kita tidak bisa menghindari," kata Dadang  di rumah dinasnya, yang berada di Soreang, Rabu (16/6/2021).

Pria yang akrab disapa Kang DS ini juga menyampaikan, tenaga kesehatan juga manusia yang tentu harus perlakukan dengan baik karena takut trauma.

Baca juga: Keliling Cari Rumah Sakit yang Kosong, Pasien Covid-19 di Indramayu Meninggal di Dalam Mobil

"Tenaga kesehatan ini kita marahi, malah tidak mau melayani, nah ini yang harus dihindari. Kenapa? Karena mereka sama, tenaga manusia yang punya keterbatasan," ujarnya.

Saat ini, Kabupaten Bandung berstatus zona merah.

Dia mengaku akan menggelar doa bersama atau istigosah secara virtual di seluruh wilayah kabupaten Bandung.

"Tapi dipusatkan di rumdin, kita akan meminta kepada Allah SWT, bahwa kita sudah ikhtiar, syariat sudah kita lakukan dari presiden sampai RT," ucapnya.

Viral Video Pasien Corona Menumpuk Antre di Semarang

Selain itu, video yang memperlihatkan tempat isolasi di Rumah Dinas Wali Kota Semarang juga viral di media sosial.

Dalam video, terlihat pasien Covid-19 menumpuk dan berjejer mengantre memasuki rumah dinas.

Tak hanya para pasien, beberapa ambulans juga ikut berjejer di lokasi tersebut.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi membenarkan video tersebut.

Menurutnya, bed occupancy ratio (BOR) atau angka penggunaan tempat tidur isolasi di Kota Semarang mencapai 82 persen dari total 1.771 tempat tidur.

Baca juga: Kebut Vaksinasi, Hendi Akan Tambah Sentra Vaksin di Semarang

Banyak rumah sakit yang memiliki tingkat BOR hampir 100 persen. Bahkan, sudah 100 persen terutama untuk ICU isolasi.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Semarang berupaya menambah tempat karantina agar pasien yang sudah stabil namun masih dalam kondisi positif Covid-19 bisa dirawat di tempat karantina.

Mengenai isu pasien di rumah dinas harus mengantre mendapatkan penanganan, Hendi menjelaskan, keterisian di rumah dinas memang sangat fluktuatif.

Bisa jadi malam hari penuh, tapi pasien yang sembuh dan pulang ke rumah masing-masing juga tinggi.

Keterisian tempat karantina di Islamic Centre juga tidak berbeda jauh, dari 120 tempat tidur, sudah terisi 90 pasien dalam dua hari.

"Tingkat kesembuan juga cepet. Jadi, tidak perlu ragu dan risau. Isu penuhnya rumah sakit mungkin iya, tapi isu tempat karantina mungkin tidak," tegas Hendi, Selasa (15/6/2021), dikutip dari Tribun Jateng.

Dalam waktu dekat, Pemerintah Kota Semarang berencana menambah empat tempat karantina baru untuk menampung masyarakat yang terpapar Covid-19.

Hendi akan membuka kembali kantor Diklat Pemerintah Kota Semarang di Jalan Ketileng untuk tempat karantina dengan kapasitas 100 tempat tidur.

Pihaknya juga sudah melakukan negosiasi dengan tiga pihak untuk membuka tempat karantina baru.

"Teman-teman sedang membersihkan lokasi. Target minggu depan," ucapnya.

Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19. Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19. Tribun Jateng/Hermawan Handaka (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)

Kemudian, pihaknya juga bernegosiasi dengan pemilik rumah sakit baru di Kota Semarang.

Pembangunan rumah sakit tersebut hampir selesai, tapi belum dikeluarkan perizinannya.

Rencananya, rumah sakit itu akan digunakan untuk tempat karantina dengan kapasitas 100 tempat tidur.

Sebuah gereja di Marina juga akan menjadi tempat isolasi dengan kapasitas 50 tempat tidur.

Baca juga: Pemkot Semarang Siap Sewa Hotel untuk Tempat Karantina Pasien Covid-19

"Dari 1.771, nanti kami ada tambahan 450 kamar. Dengan adanya tambahan itu, BOR kami akan turun meski sudah banyak RS yang BORnya hampir 100 persen."

"Terutama ICU banyak yang 100 persen. Kalau kita punya tempat tidur ruang karantina di luar RS, pasien yang hampir sembuh bisa dimasukan ke karantina," ujar Hendi.

Lebih lanjut, dia menegaskan, Pemkot Semarang tidak membedakan pasien baik dari luar kota maupun dalam kota.

Dia meminta kepada Dinas Kesehatan maupun rumah sakit untuk melayani seluruh pasien yang ada.

Tim satgas Covid-19 Kota Semarang tentu akan berupaya secara maksimal mencari tempat isolasi apabila pasien dari luar kota masuk ke Semarang.

(Tribunnews.com/Maliana, Tribunjabar.com/Lutfi Ahmad Mauludin, Tribunjateng.com/Eka Yulianti Fajlin)

Simak berita lain terkait Rumah Sakit Penuh

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas