KSP Sebut PPKM Bantu Turunkan Jumlah Pasien Covid-19 Di Semarang
Para Tenaga Kesehatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, melaporkan bahwa kebijakan Pemberlakukan Pembatasan
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Para Tenaga Kesehatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, melaporkan bahwa kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 3 Juli telah memberikan dampak positif terhadap penurunan jumlah pasien Covid-19.
Baik yang melakukan rawat inap di Rumah Sakit dan Puskesmas maupun isolasi mandiri.
Laporan tersebut dihimpun secara langsung oleh tim Kantor Staf Presiden (KSP) yang melakukan verifikasi lapangan ke sejumlah lokasi di Semarang, pada Jumat (30/7/2021).
Setelah melakukan verifikasi lapangan di beberapa lokasi di provinsi Banten pada Senin (26/7/2021), tim ini juga akan melakukan serangkaian proses verifikasi lapangan dalam periode 7 hari di beberapa provinsi lain di Pulau Jawa.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Tokyo Jepang 3.865 Orang Per Hari, Lampu Penyeberangan di Hachiko Sempat Dimatikan
“Hasil pemantauan lapangan kami di Semarang menunjukkan keberhasilan PPKM dalam menekan kasus Covid-19. Harapannya kurva pandemi bisa terus menurun, sehingga aktivitas ekonomi secara bertahap akan bisa berjalan kembali,” kata Tenaga Ahli Utama KSP Abraham Wirotomo dalam keterangannnya, Jumat (30/7/2021).
Namun, Ia juga menambahkan bahwa disiplin protokol kesehatan tetap wajib dilakukan sekalipun ada penurun level PPKM di Semarang dan wilayah lainnya.
Baca juga: Bantu Penanganan Covid-19, Hyundai Bakal Bangun Fasilitas Produksi Oksigen Medis
“Bagi yang bergejala sedang, sekarang jangan ragu ke rumah sakit karena ketersediaan tempat tidur masih memadai. Ini menjaga agar tidak ada kejadian pasien yang terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan,” Abraham.
Ia juga menghimbau agar masyarakat tidak menimbun obat ataupun oksigen medis untuk kepentingan pribadi.
“Lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan, karena ikhtiar melawan Covid-19 adalah perjuangan bersama-sama seluruh elemen masyarakat,” imbuhnya.
Nur Dian Rakhmawati selaku Kepala Puskesmas Pandanaran, Semarang, mengatakan kepada tim KSP bahwa mobilitas masyarakat yang dibatasi oleh PPKM sangat berpengaruh dalam penurunan arus penularan Covid-19.
Baca juga: Asrama Haji Donohudan Boyolali Disulap Jadi RS Darurat Covid-19, Alokasi Anggaran Rp 30 M
Sebelum PPKM, pihak puskesmas mengatakan setidaknya terdapat 300 pasien isolasi mandiri yang didampingi oleh pihak Puskesmas tersebut.
Namun angka ini menurun menjadi sekitar 60 orang setelah PPKM diberlakukan oleh pemerintah di Jawa dan Bali.
Dian menambahkan bahwa Puskesmas tempatnya bekerja tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk merawat pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Oleh karenanya merujuk pasien Covid-19 ke Rumah Sakit terdekat menjadi satu-satunya pilihan.
Baca juga: Tutup Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19, Bamsoet Ajak Masyarakat Sukseskan Vaksinasi Covid-19
Ia juga mengaku sempat dilanda stress akibat jumlah pasien Covid-19 yang terus berdatangan namun kapasitas fasilitas kesehatan sangat terbatas dan tidak mampu menyelamatkan semua nyawa.
“Prinsip saya adalah jangan sampai ada pasien isolasi mandiri (yang dipantau Puskesmas) meninggal. Namun jika kondisinya memburuk, hanya Rumah Sakit yang bisa merawat. Padahal saat itu semua Rumah Sakit sudah penuh.” tutur Dian.
Rumah Sakit tidak memiliki tempat tidur yang tersedia, pasien membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif, sedangkan pihak Puskesmas tidak mampu menangani pasien, maka tidak jarang pihak puskesmas pun mengirim sang pasien ke Rumah Sakit terdekat beserta dengan tempat tidur dan tabung oksigen.
Situasi serupa juga dialami oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KRMT Wongsonegoro (RSWN) di Semarang sebelum pemerintah menerapkan kebijakan PPKM.
Namun saat berkunjung ke RSWN, tim KSP tidak menemukan adanya antrian pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan situasi di Rumah Sakit cenderung kondusif.
“PPKM darurat menolong kami dalam memberikan perawatan. Jumlah pasien berangsur menurun. Sekarang ada 182 pasien covid, dari 528 di awal Juli,” kata dr. Susi Herawati, Direktur RSWN.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa pada saat kasus Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan yang cukup tinggi pada pertengahan Juni hingga awal Juli lalu, pihak Rumah Sakit ini mengkonversi hampir 80 persen tempat tidurnya untuk penanganan pasien Covid-19, yakni 528 kasur di ruang inap dan 45 kasur di ruang ICU.
IGD yang mampu menampung sebanyak 60 pasien pun, sempat mengalami kelebihan kapasitas hingga tidak ada ruang tersisa.
“Pada waktu itu, kami segera mengubah bangsal umum menjadi tempat penanganan Covid-19, sehingga pasien IGD bisa segera dipindahkan ke bangsal untuk perawatan lebih lanjut,” lanjut Susi.