Penyelam yang Lakukan Evakuasi Siswa yang Tenggelam di Leuwi Ili Beri Kesaksian Mengejutkan
Penyelam alam yang ikut mencari mayat korban sampai ke dasar Leuwi mengaku susah makan susah tidur karena terbayang terus wajah korban
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Tribunjabar.id, Andri M Dani
TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS – Tewasnya 11 orang siswa MTs Harapan Baru Cijantung saat mengikuti kegiatan susur sungai di Leuwi Ili Sungai Cileueur di Dusun Wetan Rt 01 RW 01 Desa Utama Ciamis, Jumat (15/10) sore masih bikin warga penasaran.
Hingga Selasa (19/10) siang masih banyak warga yang berdatangan ke lokasi kejadian, meski hanya sekadar melihat-lihat.
Dan juga masih banyak masih banyak cerita yang berseliweran.
Misalnya tentang warga setempat, penyelam alam yang ikut mencari mayat korban sampai ke dasar Leuwi yang susah makan susah tidur karena terbayang terus wajah korban yang ditemukan dan diangkatnya ke permukaan air.
Seperti yang dialami Sandi Supriadi (33) warga Dusun Wetan Rt 04 RW 02.
Sandi yang akrab dipanggil Kaslaw tersebut adalah salah seorang dari 12 warga setempat yang secara sukarela Jumat (15/10) malam, selepas magrib terjun ke dalam Leuwi Ili.
Menyelam ke dalam air leuwi yang dingin untuk membantu tim SAR Gabungan, mencari sejumlah siswa yang dikabarkan hilang tenggelam di Leuwi Ili saat mengikuti kegiatan susur sungai siang harinya.
Baca juga: Mandi di Kolam Bekas Galian Timbunan Masjid, Dua Pelajar SD di Jambi Tewas Tenggelam
Kaslaw bersama warga lainnya (penyelam alam) nekat menyelam mencari sejumlah siswa yang dikabarkan hilang tersebut dengan cara “ngobeng” (seperti menangkap ikan pakai tangan kosong sembari menyelam).
Dari 11 siswa korban meninggal dalam tragedi Leuwi Ili Jumat (15/10) sore tersebut, Kaslaw menemukan tiga orang siswa yang sudah tidak bernyawa.
“Saya baru tahu sekarang kalau di Leuwi Ili ada lorong yang cukup dalam mungkin sampai 5 meter.
Saya temukan ada tiga orang di situ, semuanya laki-laki.
Seorang terpisah, sementara dua lainnya masih berangkulan.
Mungkin saling berupaya menyelamatkan diri,” ujar Kaslaw kepada Tribun Selasa (19/10).
Baca juga: Warga Jasinga Curigai Bungkusan Kain Ungu, saat Dicek Berisi Mayat Bayi, Diduga Baru Dilahirkan
Mayat ketiga siswa yang sudah bernyawa tersebut, satu persatu diangkat Kaslaw dari dasar leuwi ke permukaan air.
Kemudian diangkat ke perahu karet tim SAR.
“Semuanya saya melihat wajahnya.
Saya ingat terus.
Kalau mau tidur terbayang-bayang terus.
Sejak kejadian itu sampai hari ini saya susah tidur. Terbayang terus.
Waktu makan juga begitu, jadi susah makan.
Sudah empat hari nih susah tidur sudah makan,” ujarnya.
Hal lain yang dirasakan aneh menurut Kaslaw, adalah kondisi perut jasad korban saat diangkat ke permukaan air dan ketika dievakuasi ke darat.
“Kondisi perut korban masih kempes.
Semuanya begitu, ke-11 korban.
Jasadnya dengan perut tidak kembung tapi kempes.
Padahal berjam-jam tenggelam dalam air leuwi,” ujar Kalwas.
Menurut Kalwas, kejadian pukul 14.00, jenazah pertama ditemukan pukul 17.30, menjelang magrib muncul ke permukaan dengan sendirinya.
Setelah itu warga setempat, penyelam alam suka rela terjun ke leuwi menyelam mencari 11 siswa yang dilaporkan belum juga pulang ke kobong (asrama) setelah mengikuti kegiatan susur sungai Jumat siang tersebut.
Setelah satu jasad muncul ke permukaan air, secara beruntun 10 jasad lainnya ditemukan tenggelam di dasar leuwi.
Dan jasad terakhir ditemukan pukul 20.20 WIB malam.
Dari 11 jasad siswa korban tragedi Leuwi Ili tersebut menurut Kalwas, perutnya dalam kondisi normal, kempes.
Tidak kembung, padahal berjam-jam berada dalam air.
“Kondisi tersebut seperti ada yang aneh,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Abah Suryana (65), warga Dusun Wetan Rt 01 RW 01, yang Selasa (19/10) tengah berada di pelataran tanggul Leuwi Ili, sedang memperbaiki tiang tempat garis polisi (police line) di pasang di sekeliling Leuwi Ili tersebut.
“Memang masih kepikiran bagi warga, semua korban perutnya masih kempes.
Tidak menggembung meski berjam-jam berada dalam air,” ujar Abah Suryana kepada Tribun Selasa (19/10).
Selain itu menurut Abah Suryana, pada hari Senin (18/1) siang ada warga yang melihat seekor kuya (bulus, kura-kura air tawar) berenang di sisi leuwi.
“Kuyanya sebesar nyiru atau tempayan,” katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Penyelam yang Evakuasi Korban Ceritakan Ada Lorong Besar di Leuwi Ili, Posisi Korban Berangkulan