Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Balai Bahasa Jawa Barat Sosialisasi Model Pembelajaran Sastra Sunda di Sekolah

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat melakukan diseminasi atau menyebarkan model-model pembelajaran bahasa dan sastra sunda di sekolah.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Balai Bahasa Jawa Barat Sosialisasi Model Pembelajaran Sastra Sunda di Sekolah
TRIBUN JABAR/ZELPHI
Sejumlah anak usia sekolah menampilkan Seni Reak berkeliling jalan antar rumah di Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (18/03/2021). Dibawah asuhan Grup Kesenian Reak Satria Muda, anak anak ini mengisi waktu luang dengan berlatih seni helaran yang merupakan salah satu kesenian rakyat yang dipercaya lahir dan populer di kawasan Bandung Timur hingga Sumedang. Seni Reak merupakan salah satu kesenian rakyat Sunda yang berkembang di Jawa Barat dan biasanya menggunakan penutup karung goni. Reak sering ditampilkan dalam acara helaran dan syukuran seperti khitanan, panen pertanian hingga pernikahan. Dalam pagelarannya reak menyertakan instrumen etnik sunda seperti dogdog, kendang, calung, suling dan tetabuhan lainnya sehingga menciptakan komposisi irama yang ritmis juga mistis. TRIBUN JABAR/ZELPHI 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat melakukan diseminasi atau menyebarkan model-model pembelajaran bahasa dan sastra sunda di sekolah.

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek.

"Kegiatan menyebarkan gagasan dan wawasan untuk meningkatan model-model pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah, khususnya di Provinsi Jawa Barat," ujar Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Syarifuddin melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/10/2021).

Menurut Syarifuddin, kegiatan ini dilakukan dengan menyamakan persepsi dan strategi yang dilakukan secara virtual dengan perwakilan dinas pendidikan kabupaten kota, ketua MGMP bahasa Sunda, dan guru-guru Bahasa Sunda.

Tiga kali pertemuan virtual dilaksanakan, yaitu pada bulan Maret, April, dan Mei untuk membahas strategi tersebut.

"Akhirnya, disepakati bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan dalam tiga tahapan," ungkap Syarifuddin.

Baca juga: Kemendikbudristek Membina Kemahiran Bahasa Indonesia Warga Perguruan Tinggi Jabodetabek

Baca juga: Kemendikbudristek: Berbahasa yang Sehat akan Dukung Indonesia Tangguh

Berita Rekomendasi

Tahapan pertama adalah membahas konsep atau kerangka berpikir dengan pakar bahasa Sunda, dinas pendidikan kabupaten kota, calon pengajar untuk melakukannya dalam bentuk pencerahan pemikiran.

Pada tahapan ini menghasilkan Pedoman Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah di Provinsi Jawa Barat dengan tujuh komponen.

Ketujuh komponen tersebut adalah borangan (stand up comedy), bicara (biantara), menulis cerpen (menulis carpon), mendongeng (ngadongeng), tembang pupuh (bijil, sinom, asmandana dll), membaca puisi Sunda, dan menulis karakter Sunda.

Tahapan kedua diwujudkan dalam bentuk pelatihan atau praktik baik dengan program aksinya adalah “Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah di Provinsi Jawa Barat”.

"Tahapan ketiga adalah melaksanakan lomba atau pasanggiri yang dilakukan di tiap-tiap dinas pendidikan kabupaten kota yang selanjutnya adalah pasanggiri tingkat provinsi dengan tujuh komponen mata lomba," kata Syarifuddin.

Baca juga: Cegah Kepunahan, Kantor Bahasa NTB Konservasi Karya Sastra Suku Sasak

Baca juga: Cegah Kepunahan, Balai Bahasa Sumatera Selatan Revitalisasi Sastra Komering

Bahasa daerah, menurut Syarifuddin, memiliki kedudukan penting untuk memperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.

Syarifuddin mengatakan pembelajaran bahasa daerah sebagai gerbang untuk menanamkan dan mempertajam nilai-nilai karakter bangsa.

Serta melatih kepekaan berpikir, olah rasa, olah karsa, serta sarana menyalurkan gagasan dan imajinasi secara kreatif.

"Selain itu, siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta pengalaman apresiasi dan ekspresi bahasa dan sastra, di samping meningkatkan kecerdasan logika dan retorika," ucap Syarifuddin.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat sikap, memperluas pengetahuan, serta melatih dan mengembangkan sikap positif bagi siswa SD dan SMP terhadap budaya Sunda.

"Melihat sekaligus bahan evaluasi awal dari hasil pembelajaran bahasa, sastra, aksara, Sunda pada jenjang SD dan SMP," pungkas Syarifuddin. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas