Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Potret Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali, Goresan Batik Tulis Jadi Tumpuan untuk Merajut Asa

Sejumlah penyandang disabilitas di Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi) Patra Boyolali membuat karya batik tulis bernilai ekonomi.

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Miftah
zoom-in Potret Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali, Goresan Batik Tulis Jadi Tumpuan untuk Merajut Asa
Tribunnews.com/Suci Bangun DS
Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali yang sedang melakukan kegiatan membatik, Jumat (29/10/2021). 

TRIBUNNEWS.COM - Meski memiliki keterbatasan fisik, para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi) Patra Boyolali tak patah semangat dalam meraih impiannya.

Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali ini mampu membuat batik tulis dan menghasilkan karya yang bernilai ekonomi.

Mulai dari selendang, tote bag, dompet hingga kain batik untuk pakaian.

Berbekal lilin atau malam yang dicairkan untuk membuat goresan batik tulis, para difabelpreneur pun membuat karya untuk dipasarkan.

Baca juga: Jerry Sambuaga Sebut Pengembangan UMKM oleh Gibran Sejalan dengan Kemendag

Seperti yang dilakukan Darmawan Fadli Abdul Syukur, remaja berusia 18 tahun.

Kain putih yang berpola bunga diletakkan di atas kakinya, Jumat (29/10/2021).

Sementara tangan kanan memegang kuas untuk membatik.

Berita Rekomendasi

Wawan, panggilan akrabnya ini menggunakan kuas ketika membatik, lantaran tangannya gemetaran bila menggunakan canting.

Darmawan Fadli Abdul Syukur, Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali.
Darmawan Fadli Abdul Syukur, Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali yang sedang melakukan kegiatan membatik, Jumat (29/10/2021). (Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

Awalnya Wawan mengaku sempat ragu mengikuti Workshop Sriekandi Patra yang terletak di Dukuh Penjalinan, Desa Tawangsari, KecamatanTeras, Kabupaten Boyolali.

Meski demikian, Wawan senang karena keluarganya mendukung.

Sehingga, ia tak ragu lagi untuk bergabung di Sriekandi Patra Boyolali.

"Awalnya ragu-ragu untuk ikut sanggar, namun keluarga mendukung. Kemudian, diberikan pengertian untuk mengikuti program ini," tutur Wawan kepada Tribunnews.com, Jumat (29/10/2021).

Wawan merupakan satu di antara empat difabelpreneur yang bergabung di Sriekandi Patra Boyolali.

Difabelpreneur Sriekandi Patra merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Pertamina Terminal BBM Boyolali.

Melalui Sriekandi Patra ini, Wawan dapat terfasilitasi dalam melakukan aktivitas membatik.

Kini, ia merasa senang karena dapat membatik dan memiliki pengalaman bersama rekannya di Sriekandi Putra.

"Senang dapat pengalaman banyak ketemu teman-teman."

"Dulu belum bisa membatik, sekarang tahu karena pernah mendapatkan pelatihan membatik, terus mengerti tekniknya," tutur warga Dusun Kongklangan, Desa Tawangsari, Kecataman Teras, Kabupaten Boyolali ini.

Setelah mengetahui bagaimana cara membatik, khususnya batik tulis, Wawan pun jatuh hati.

Cita-cita yang semula ingin menjadi pemain bulu tangkis mulai berubah.

"Cita-citanya dulu pemain badminton, tetapi sekarang ingin fokus membatik saja. Saya sudah senang dan ada pengalaman juga," katanya.

Kini, Wawan bisa membatik secara mandiri dan menghasilkan karya yang tak hanya berguna bagi dirinya, namun juga kelompoknya.

Di sela-sela membatiknya, Wawan mengungkapkan harapannya terhadap Sriekandi Boyolali.

"Dia ingin agar dirinya bisa bermanfaat bagi orang lain dan bisa membawa nama Sriekandi Patra ke kancah yang lebih luas," ucapnya.

Baca juga: Kemenperin Berencana Kembangkan Sentra Olahan Porang

Tak hanya Wawan, ada juga Lestari yang juga penyandang disabilitas.

Lestari atau yang sering dipanggil Tari memiliki keterbatasan berjalan seperti orang pada umumnya.

Meski demikian, perempuan berusia 53 ini tetap semangat menjalankan hidupnya.

Ia bergabung di Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi) Patra Boyolali.

Tari merupakan warga Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

Dia mengikuti workshop membatik di Sriekandi Patra karena keinginannya sendiri.

Sehingga, bisa mengisi kegiatannya dan menghasilkan pundi-pundi rupiah dari membatik.

"Kemauan saya sendiri dan keluarga juga mendukung. Senang juga, dapat teman-teman baru sekaligus uang untuk digunakannya," tutur Tari.

Tari bergabung di Sriekandi Patra pada tahun 2018.

Setelah mengikuti pelatihan, Tari mengaku bisa tahu caranya membatik.

Anak kelima dari enam bersaudara ini berharap agar Sriekandi Patra dapat lebih maju.

Para Relawan Workshop Sriekandi Patra Boyolali.
Para Relawan Workshop Sriekandi Patra Boyolali. (Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

Adapun para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Sriekandi Patra sudah memiliki gedung untuk membuat karya di Desa Tawangsari, Kecamatan Kabupaten Boyolali.

Lokasinya strategis di tepi jalan desa Tawangsari.

Para disabilitas mengikuti workshop Sriekandi Patra setiap hari Senin-Jumat, pukul 09.00-12.00 WIB.

Sebelumnya, para disabilitas Sriekandi Patra membatik di salah satu warga Desa Tawangsari.

Menurut Koordinator Workshop Sriekandi Patra Boyolali, Siti Fatimah, kondisi para penyandang disabilitas saat ini.

Para disabilitas, kata Siti, kini sudah mandiri dan bisa membatik sendiri.

"Jadi, tema-teman di sini bisa membatik sendiri dan meghasilkan karya dari membatik itu," katanya di sela-sela kegiatannya, Jumat (29/10/2021).

Sembari melihat para disabilitas yang sedang membatik, Siti mengungkapkan tujuannya ikut tergerak hatinya membantu di Sriekandi Patra.

"Selain memberdayakan para disabilitas, juga ingin membuka mata hati masyarakat bahwa mereka(para disabilitas) bisa," tutur ibu dari tiga anak ini.

Selain itu, mereka juga tidak tega melepaskan para disabilitas di Sriekandi Patra yang telah terbentuk pada 9 April 2018 .

Kemudian, dikukuhkan dan berpindah ke gedung workshop Sriekandi Patra pada 18 oktober 2019.

Untuk itu, sejumlah ibu rumah tangga tergerak hatinya untuk menjadi relawan dan mengurus keperluan di Sriekandi Patra.

"Relawan dulunya empat orang, satunya sudah minta resign. Kini tinggal tiga orang yang masih ikut membantu di Sriekandi Patra," kata Siti.

Warga asli Musuk, Boyolali ini mengaku senang bisa melihat para disabilitas di Sriekandi Patra berkarya dan menghasilkan pundi-pundi ekonomi dari kerja kerasnya.

Lebih lanjut, Siti menjelaskan beberapa karya yang dihasilkan para disabilitas.

Mulai dari selendang yang dijual Rp 125 ribu dan Rp 200 ribu, tote bag yang dibanderol Rp 40 ribu, sarung bantal yang dijual Rp 125 ribu hingga dompet seharga Rp 30 ribu.

Nantinya, sebagian dari hasil penjualan batik juga digunakan untuk kesejahteraan anggota Sriekandi Patra.

Menurut Siti, Workshop Sriekandi Patra juga sudah menghasilkan motif kain batik bernama Lembu Patra.

Kain batik motif Motif batik namanya Lembu Patra juga sudah dipatenkan.

Rasa senang dan haru pun disampaikan Siti Fatimah yang saat itu sedang bersama dua relawan lainnya, yakni Sri Maryatun dan Sri Suwarni.

"Rasanya bahagia seneng, mereka tidak dipandang sebelah mata," ungkap Siti.

Ia dan relawan lainnya berharap para disabilitas di Desa Tawangsari bisa terus diberdayakan dan tetap didukung.

Selain itu, bagi penyandang disabilitas dari wilayah desa luar pun juga diperbolehkan mengikuti workshop Sriekandi Patra.

Gedung Workshop Sriekandi Patra, Desa Tawangsari, KecamatanTeras, Kabupaten Boyolali.
Gedung Workshop Sriekandi Patra, Desa Tawangsari, KecamatanTeras, Kabupaten Boyolali. (Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

Diketahui, Sriekandi Patra merupakan nama kelompok difablepreneur yang dirintis oleh CSR TBBM Boyolali sejak April 2018 di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

Perintisan program pemberdayaan itu, awalnya dilatarbelakangi adanya rasa keprihatinan melihat para difabel di Desa Tawangsari yang belum memiliki kegiatan. 

Selain itu, juga masih ada warga desa yang kurang terbuka memiliki anak penyandang disabilitas.

Untuk itu, tim CSR TBBM Boyolali dibantu oleh beberapa warga desa lainnya bekerja sama  membantu memberdayakan para difabel.

Sehingga, para difabel dapat berkarya melalui batik tulis.

Awalnya, program difableprenur diberikan kepada seorang difabel bernama Yuni dengan pendampingan dan pemberian keterampilan.

Baca juga: Tingkatkan Omzet, Pemerintah Dorong Pelaku UMKM Manfaatkan Teknologi Digital

Unit Manager Communication, Relations dan CSR Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho, menjelaskan pihak Pertamina tak hanya memberikan bantuan barupa materi. 

Namun, juga pendampingan dan peningkatan keterampilan.

"Bantuan juga dalam bentuk pendampingan dan peningkatan ketrampilan, jaringan kerjasama dan publikasi."

"Pemantauan dan pendampingan Sriekandi Patra dilakukan secara periodik oleh Community Development Officer Fuel Terminal Boyolali," ucap Brasto kepada Tribunnews.com, Minggu (31/10/2021).

Lebih lanjut, Brasto mengatakan perkembangan Workshop Sriekandi Patra yang semakin membaik.

"Perkembangan Sriekandi Patra sangat bagus."

"Anggota Sriekandi Patra antusias dalam melakukan pekerjaan mengrajin batik meski dalam keterbatasan," ucap Brasto.

Ia juga mengapresiasi upaya Sriekandi Patra untuk maju.

"Apresiasi bagi Sriekandi Patra."

"Terus giat berusaha dan tularkan ilmu kepada yang lain," imbuhnya.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas