Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Made Janur Yasa Satu-satunya Kandidat CNN Hero of The Year 2021 Berkat Plastic Exchange

CNN Hero of The Year ajang penghargaan tahunan sepesial dari televisi internasional CNN dalam rangka menghormati orang-orang yang berjasa.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Made Janur Yasa Satu-satunya Kandidat CNN Hero of The Year 2021 Berkat Plastic Exchange
Istimewa
Made Janur Yasa 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASARI - Made Janur Yasa merupakan satu-satunya kandidat dari Indonesia dalam pemilihan CNN Hero of The Year 2021, yang akan diumumkan akhir tahun ini.

CNN Hero of The Year adalah ajang penghargaan tahunan sepesial dari televisi internasional CNN dalam rangka menghormati orang-orang yang telah memberi kontribusi luar biasa untuk membantu sesama.

Untuk mengetahui kiprah Janur Yasa, Tribun Bali mewawancarai pria plontos kelahiran Tabanan ini, Minggu (21/11), tentang gerakan yang digagasnya, yakni plastic exchange. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana tanggapan Bli masuk sebagai kandidat CNN Hero of The Year 2021 dengan kegiatan plastic exchange?

Saya melihat ini adalah kemenangan untuk kita semua. Lingkungan, kesejahteraan, dan jati diri kita sebagai manusia di muka bumi.

Kita bisa membersihkan Bali kalau kita bersatu. Semua bersatu, tidak bisa sendiri sendiri. Saya sangat bangga bisa masuk dalam nominasi CNN Hero of The Year.

Mudah-mudahan ini suatu inspirasi buat kita semua. Utamanya banjar-banjar, desa-desa yang ada di Bali bisa mengadopsi plastic exchange. Plastic exchange itu adalah sebuah aksi untuk semua.

Berita Rekomendasi

Awalnya plastic exchange ini untuk lingkungan atau membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi?

Dua-duanya. Saya pengin membantu masyarakat yang kesulitan ekonomi karena Covid. Istilahnya tidak hanya memberi, tapi harus ada timbal balik.

Plastic exchange ini mengambil konsep tat twam asi (aku adalah kamu). Yang menerima menjadi pemberi, yang memberi menjadi penerima. Kita bantu dengan beras, kita juga membantu membersihkan lingkungan dari bahaya sampah plastik.

Dari mana datangnya inspirasi dari plastic exchange ini?

Sebenarnya ide ini tidak baru sekali. Cuma, saya pikir begini, di dalam kesulitan pasti ada jalan keluar.

Saat gerakan plastic exchange ini lahir Mei 2020, saat itu ada tiga kesulitan atau masalah yang saya lihat.

Pertama, pada waktu itu adalah ekonomi, akibat bandara ditutup, orang tidak bisa datang ke Bali untuk berwisata.

Padahal kita hidup 80 persen dari pariwisata. Dampaknya, krisis ekonomi dahsyat melanda Bali. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak masyarakat yang susah.

Kedua, masalah lingkungan, terutama masalah plastik. Selalu setiap tahun, setiap bulan, apalagi musim hujan, plastik menjadi persoalan, menjadi banjir.

Masalah plastik bukan hanya di Bali. Tapi di seluruh dunia.

Masalah ketiga adalah jati diri. Moral kita turun karena lingkungan dan karena ekonomi.

Ketiga persoalan tersebut kami lihat ini adalah persoalan Tri Hita Karana. Keharmonisan hubungan manusia ke Tuhan adalah jati diri kita.

Hubungan manusia dengan manusia, itu adalah kesejahteraan. Kemudian, hubungan manusia dengan lingkungan. Ini semuanya harus harmonis.

Dengan adanya plastic exchange ini, tiga masalah itu pun kena. Yang datang bawa plastik senang, karena dia dapat beras untuk meringankan beban ekonomi. Dan lingkungan pun bersih.

Filosofi Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi menjadi dasar gerakan ini.

Sejak kapan berkecimpung dalam kebersihan lingkungan?

Menangani persoalan plastik itu sudah saya lakoni sejak dulu. Cuma, saat itu gerakan tidak massal. Kalau hanya mungut sendiri, bersama teman-teman, sering kita lakukan.

Kalau plastic exchange ini kan kita mengubah kebiasaan masyarakat untuk menanggulangi sampah dari sumbernya. Ini untuk mengubah kebiasaan orang yang biasa membuang sampah sembarangan.

Kebiasaan itu hanya bisa diubah dengan melakukan aksi. Bukan dengan wacana, bukan slogan. Memang, slogan dan wacana itu penting. Tetapi juga harus ada aksi.

Bagaimana perkembangan gerakan plastic exchange?

Plastic exchange kita mulai Mei 2020. Sekarang sudah merambah hampir di 200 banjar/desa di Bali.

Kita sudah mengumpulkan lebih dari 500 ton sampah plastik dari gerakan itu. Jika lingkungan kita bersih dari sampah plastik, vibrasinya sangat luas, yakni, air menjadi bersih, tanah subur, tidak ada banjir.

Karena perlu diketahui bahwa kebersihan itu adalah aset. Sama pentingnya dengan aset kebudayaan, seperti tarian dan gamelan. Kalau itu saja yang bagus, sementara lingkungan kotor kan tidak bagus.

Sumber beras dari mana?

Ini kita masih mengandalkan dari sumbangsih orang. Jadi dari donatur, berupa perorangan, perusahaan, pemerintah, siapapun yang peduli.

Siapapun yang peduli pada gerakan ini, silakan bergabung. Tidak hanya melalui uang. Seperti sekarang ini, kita wawancara seperti ini, di-posting ke media sosial, kita naikkan ke pemberitaan, sehingga banyak orang yang tahu.

Apa tidak ada rencana agar beras yang digunakan menukar plastik, dibeli dari petani?

Ini sudah kita lakukan. Kita sudah ajak banjar/desa yang menggelar kegiatan plastic exchange agar beras itu dibeli langsung di desa itu. Tidak dibeli di supermarket atau pabrikan.

Kami sudah kasi tahu ke semua pihak yang menggelar kegiatan plastic exchange agar, yang pertama, beli beras dari petani kalau ada. Kalau tidak ada, beli di selep. Kalau tidak ada, beli di koperasi atau BUMDes.

Kalau tidak ada, beli dari warung-warung. Ini bertujuan supaya mikro sirkular ekonomi itu terjadi. Dan syukurnya, semua itu telah dilakukan saat ini. (i wayan eri gunarta)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas