Erupsi Semeru, Jembatan Gladak Perak Putus, 1.000 Warga Dusun Curah Kobo'an Lumajang Terisolasi
dua dusun yang ada di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, mengalami kondisi paling parah dari peristiwa Gunung Semeru meletus.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Sebanyak dua dusun yang ada di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, mengalami kondisi paling parah dari peristiwa Gunung Semeru meletus.
"Ada dua dusun yang kondisinya parah itu adalah Dusun Sumbersari dan Dusun Curah Kobo'an. Untuk Dusun Sumbersari, 20 rumah rusak berat. Sedangkan untuk Dusun Curah Kobo'an, warganya terisolir," ujar Sekretaris Desa Supiturang, Ahmad Muliyanto (28) kepada TribunJatim.com (grup SURYA.co.id), Minggu (5/12/2021).
Baca juga: Presiden Perintahkan Pelayanan Kesehatan dan Kebutuhan Pengungsi Erupsi Semeru Secepat Mungkin
Dirinya menjelaskan di Dusun Curah Kobo'an, terdapat sekitar 1.000 orang warga.
"Mereka terisolir, karena tidak ada akses. Jembatan Gladak Perak putus dan tidak ada jalan alternatif," terangnya.
Dirinya juga mengaku, belum tahu kondisi dari warga Curah Kobo'an.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Senin, 6 Desember 2021: Surabaya dan Tarakan Berpotensi Alami Hujan Petir
Pasalnya, layanan komunikasi di wilayah Desa Supiturang tidak ada sama sekali.
"Di sini (Desa Supiturang), listriknya padam dan tidak ada sinyal komunikasi sama sekali. Sehingga, kami kesulitan untuk berkomunikasi," ungkapnya.
Dirinya berharap, tim SAR yang bergerak dari arah Lumajang, bisa segera mengakses Dusun Curah Kobo'an.
"Untuk mengakses ke Dusun Curah Kobo'an, tim SAR nya bergerak langsung dari Kabupaten Lumajang, karena itu satu-satunya cara. Sedangkan untuk tiga Dusun lainnya, ditangani oleh tim SAR dari Malang," pungkasnya, seperti dilansir dari Surya dalam artikel "Jembatan Gladak Perak Putus, 1000 Warga Dusun Curah Kobo'an Lumajang Diduga Terisolasi".
Mitigasi Bencana di Desa Supiturang Terkendala Sinyal Telekomunikasi
Tim SAR kesulitan melakukan upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur. Hal itu dipicu sulitnya Tim SAR mendapatkan sinyal telekomunikasi.
Pantauan di lokasi pada Minggu (5/12/2021) handphone serasa tak berguna karena memang tidak ada sinyal di Desa Supiturang.
"Sinyal tidak ada di Desa Supiturang susah sekali sinyal di sini. Sementara ini listrik juga masih padam. Sehingga kami kesulitan untuk melakukan pendataan serta koordinasi dengan Kepala Dusun (Kasun) dan Ketua RT/RW setempat untuk melakukan evakuasi warga," ujar Sekretaris Desa Supiturang Ahmad Muliyanto ketika dikonfirmasi.
Baca juga: Ibu dan Anak Meninggal Tertimpa Reruntuhan Akibat Erupsi Gunung Semeru, Ditemukan Berpelukan
Desa Supiturang merupakan salah satu wilayah paling terdampak erupsi Gunung Semeru.
Desa tersebut berada di lereng gunung tertinggi di Jawa Timur tersebut.
Desa Supiturang dihuni sekitar 6.598 warga.
Baca juga: Perintah Presiden Jokowi dalam Penanganan Erupsi Gunung Semeru
Ribuan warga tersebut kini sedang terkatung-katung nasibnya karena erupsi yang menerjang Sabtu kemarin.
Kendati tidak ada sinyal, Ahmad mengaku pihaknya melakukan mitigasi bencana dengan segala cara.
"Alhasil kami datangi satu per satu dusun untuk memastikan dan menjemput warga ke pengungsian," sebut Ahmad, seperti dilansir dari Surya dalam artikel "Diduga Sinyal Nihil, Upaya Mitigasi Bencana Gunung Semeru Meletus di Desa Supiturang Lumajang Sulit."
Ahmad menerangkan jika tempat pengungsian di Desa Supiturang dipusatkan ke 2 tempat, yakni SDN Supiturang 4 dan Masjid Nurul Jadid.
"Data pasti mengenai berapa orang yang mengungsi juga belum bisa kami pastikan. Karena warga ini keluar masuk pengungsian. Ya mungkin sekitar 1.000 orang yang berada di pengungsian," papar Ahmad.
Kendala-kendala yang menyertai juga menyulitkan Pemerintah Desa Supiturang dalam menghitung korban akibat erupsi.
"Data mengenai korban juga masih belum ada. Kami masih fokus menyelamatkan warga untuk ke pengungsian," tandasnya.
Sementara itu, Ahmad menyatakan bantuan yang paling mendesak dibutuhkan warga saat ini adalah pakaian, makanan dan air bersih.
Erupsi Gunung Semeru nyarih meluluntahkan sebagian rumah warga.
Bahkan ada warga yang pergi menyelamatkan diri ke pengungsian tidak membawa harta apapun selain baju yang melekat di badannya.
"Kami masih menanti bantuan tersebut. Informasinya masih perjalanan. Tapi tadi pagi sudah ada sebagian bantuan dari Kemensos," paparnya.
Terakhir, Ahmad meminta para warga agar menyelamatkan diri ke pengungsian mengingat hujan abu vulkanik masih menyelimuti wilayah tersebut.
BNPB: 13 Warga Meninggal Dunia, 41 Orang Mengalami Luka-luka
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari PhD, menyatakan pencarian korban akibat Gunung Semeru meletus terus dilakukan.
"Data terakhir, sebanyak 13 warga dilaporkan meninggal dunia. Adapun yang baru teridentifikasi dua orang berasal dari Curah Kobokan dan Kubuan,” katanya, dalam keterangan pers, Minggu (5/12/2021),.
Selain itu, kata Abdul Muhari, sebanyak 41 orang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar, telah mendapatkan penanganan awal di Puskesmas Penanggal.
Baca juga: PMI Kirim Bantuan Untuk Korban Bencana Erupsi Semeru
Selanjutnya mereka dirujuk menuju RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara.
Lebih lanjut ia menerangkan, warga luka lainnya ditangani pada beberapa fasilitas kesehatan, yaitu 40 orang dirawat di Puskesmas Pasirian, 7 orang di Puskesmas Candipuro, serta 10 orang lain di Puskesmas Penanggal di antaranya terdapat dua orang ibu hamil.
“Tim gabungan juga berhasil melakukan evakuasi warga yang tadi malam dilaporkan Wakil Bupati Lumajang terjebak di kantor pemilik tambang,”imbuhnya, seperti dilansir dari Surya dalam artikel
"UPDATE Terbaru Korban Gunung Semeru Meletus, BNPB: 13 Warga Meninggal, 2 Orang Sudah Teridentifikasi".
Saat ini para warga telah ditempatkan di Pos Curah Kobokan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Kronologi erupsi Gunung Semeru
Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB.
Dikutip dari laman website bnpb.go.id, kronologi kejadian yang diamati dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.
Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Pimpinan DPR Minta Warga Tenang dan Tetap Waspada
Baca juga: Erupsi Tak Terpantau Karena Tertutup Kabut, Tak Ada Alat Deteksi Dini di Lereng Gunung Semeru
Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik.
Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Sebagai respon cepat dari adanya kejadian guguran awan panas tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan para penambang untuk tidak beraktivitas di sepajang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan.
Penulis: Danendra Kusuma
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul BREAKING NEWS - Hujan Abu Mengguyur Tanda Gunung Semeru Kembali Erupsi: Warga Panik & Semburat Lari