Kapolres Bantul Bantah Tagar Yogya Tidak Aman karena Kasus Klitih, Ungkap Bukti Malioboro Ramai
Fenomena klitih atau aksi kejahatan jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta tengah ramai diperbincangkan publik, ini tanggapan Kapolres Bantul.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Fenomena klitih atau aksi kejahatan jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta tengah ramai diperbincangkan publik.
Bahkan fenomena klitih sampai menjadi trending topik di Twitter dalam beberapa hari terakhir.
Tagar #SriSultanYogyaDaruratKlitih dan #YogyaTidakAman pun diusung sebagai bentuk protes warga terhadap aksi klitih yang semakin marak terjadi.
Menanggapi hal tersebut, Kapolres Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, AKBP Ihsan ikut buka suara.
Baca juga: Ini Pengakuan Tersangka Klitih di Yogyakarta Mengenai Senjata Tajam yang Digunakan
Menurutnya, tagar Yogya tidak aman dari kejahatan jalanan atau klitih tidaklah benar.
Ihsan menilai Yogyakarta tetap aman.
Pihaknya bahkan siap memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Hal ini disampaikan Ihsan setelah menggelar konferensi pers pengungkapan kasus laporan palsu terkait kejahatan jalanan di Bantul, Rabu (29/12/2021).
"Jogja ini tetap aman, anggota kami selalu hadir di lapangan untuk memberikan rasa aman."
"Jadi apa yang ada di medsos bahwa sekarang Jogja tidak aman itu tidak benar," kata AKBP Ihsan, Rabu (29/12/2021), dikutip dari Kompas TV.
Ihsan menegaskan, tagar soal Yogyakarta yang viral karena tidak aman merupakan kondisi yang tidak benar.
Ihsan pun mengungkapkan bukti Yogyakarta tetap aman dari fenomena klitih.
Baca juga: 17 Kasus Klitih Terjadi di Kota Yogyakarta Sepanjang Januari 2021 hingga Hari Ini
Yakni, dalam beberapa hari terakhir tempat wisata di Bantul dan Yogyakarta tidak ada kejadian yang meresahkan wisatawan.
"Buktinya di Pantai Parangtritis Bantul dalam beberapa hari ini sangat ramai."
"Di Malioboro juga sangat ramai, itu menandakan bahwa Jogja tetap aman, tetap berhati nyaman," kata Ihsan.
"Apalagi di Bantul, kami jamin untuk kasus-kasus seperti ini Insyaallah sudah kami antisipasi," sambungnya.
Dia mengatakan, antisipasi terhadap kejahatan jalanan di Bantul selama ini sudah dilakukan anggota Polri dengan mengedepankan langkah-langkah preemtif, preventif, dan represif.
"Kami punya 'blue light patrol' yang selalu patroli setiap malam, bahkan saya pimpin sendiri."
"Kami juga ada tim ke sekolah-sekolah untuk razia kendaraan bagi pelajar maupun razia barang bawaan dan tas bersama dengan guru," katanya.
Lebih lanjut, Kapolres Bantul juga mengatakan, institusinya telah membentuk tim pemburu kejahatan atau crime hunter.
Hal ini dalam rangka menghadapi Tahun Baru 2022 guna memberikan jaminan bahwa Bantul tetap aman dan kondusif.
"Kami juga ada tim Kasatreskrim. Dalam satu bulan ini sudah mengungkap pelaku kejahatan jalanan 25 orang yang sudah kami rilis sebelumnya, jadi tidak perlu takut, kami berikan jaminan bahwa Bantul aman dan kondusif," katanya.
Baca juga: Dulunya Pelaku Klitih Hanya Serang Sekolah, Kini Dipakai untuk Tindak Kriminal
Pengertian Klitih
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, di media sosial Twitter tengah ramai tagar #SriSultanYogyaDaruratKlitih dan #YogyaTidakAman karena adanya fenomena klitih.
Kedua tagar tersebut ramai dibicarakan oleh warganet dikarenakan adanya aksi kejahatan jalanan atau klitih di Yogyakarta.
Lantas, apa itu sebenarnya klitih?
Dilansir TribunnewsWiki.com pada 30 Januari 2020 lalu, terdapat pengakuan remaja pelaku aksi klitih yang terjadi di Yogyakarta pada saat itu.
Menurut pengakuan remaja tersebut, aksi klitih ini tidak ada motif lain selain untuk bersenang-senang.
Kepala Lembaga Permasyarakat Khusus Anak (LPKA) Yogyakarta, Teguh Suroso mengungkapkan, ada dua tipe klitih yang sering dilakukan di Yogyakarta.
Pertama adalah individu, yang kedua adalah kelompok.
Mereka rata-rata berusia SMA.
Baca juga: Polisi: Keributan di Jalan Kaliurang Sabtu Dini Hari Bukan Klitih, Hanya Tawuran Remaja
Baca juga: Pelaku Klitih Masuk Yogya Bakal Ditembak
"Individu itu biasanya hanya berdua dan yang kami tangani terpengaruh minuman keras, kalau kelompok seperti yang terjadi di Karangkajen itu mereka suporter futsal bertemu di jalan dan terjadi gesekan," ucap Teguh
"Pelaku klitih ini memang berbeda jika dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan di tempat lain yang membawa senjata api yang ingin merampok, di sini tidak," lanjutnya.
Diakuinya, penyesalan yang dilakukan anak-anak ini sudah terjadi setelah mereka melukai korbannya.
Ia mencontohkan satu di antara pelaku pembacokan, setelah melakukan aksinya pelaku langsung memijit orang tua.
"Ada satu orang yang setelah melakukan pembacokan langsung pulang dan memijat orangtua karena merasa bersalah."
"Esok paginya, dia dijemput polisi," kata Teguh.
(Tribunnews.com/Maliana/Whiesa, TribunnewsWiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas TV/Tito Dirhantoro)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.