Mengenal Distrik Beoga yang Rawan Diserang KKB, Tak Ada Lagi Guru SD Sejak Penembakan Oktovianus
Distrik Beoga memiliki luas wilayah mencakup 809.008 kilometer persegi. Di Beoga tidak terdapat satu pun kendaraan roda empat, hanya ada ambulans.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Delapan karyawan Palapa Timur Telematika (PTT) tewas ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, Rabu (2/3/2022).
Delapan karyawan PTT tersebut tewas dibunuh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) saat melakukan perbaikan Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal mengatakan penyerangan tersebut diketahui ketika salah satu karyawan PTT menghubungi aparat via telepon pada Kamis (3/3/2022).
"Penyerangan yang dilakukan oleh KKB terhadap karyawan Palaparing Timur Telematika (PTT) terjadi pada Rabu 2 Maret 2022 di Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel "CO 53M 756085 9585257" di Wilayah Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, namun baru diketahui hari ini (Kamis, 3/3/2022)," kata Kamal, Kamis.
Kemudian pada Kamis (4/3/2022), 12 personel Pos Koramil Dambet sedang melaksanakan patroli sekaligus memperbaiki saluran air dengan jarak dari Pos Koramil sekitar 50 meter.
Saat memperbaiki saluran air itulah tiba-tiba KKB menyerang dan menembaki anggota TNI yang sedang berpatroli.
"Dari laporan Satgas ada sekitar 15 orang KKB dan ada yang membawa senjata laras panjang sebanyak 3 pucuk," tambahnya.
Kontak senjata sempat terjadi beberapa saat dan personel Pos Koramil Dambet berhasil mengusir dan menghalau KKB mundur menuju ke arah Kampung Ogamki, Distrik Beoga.
Aqsha menyebut, akibat kontak senjata tersebut, satu personel TNI atas nama Pratu Herianto mengalami luka terkena tembakan pada bagian leher bawah telinga.
Pada Jumat (4/3/2022), Pratu Herianto dievakuasi menggunakan pesawat kecil ke Kabupaten Mimika dan kini telah dirawat di RSUD Mimika.
Gangguan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ini membuat warga Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, terusik.
Distri Beoga terletak pada ketinggian 2.435 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Wilayah yang berbatasan dengan Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya itu tergolong terisolasi karena pesawat berbadan kecil menjadi satu-satunya moda transportasi yang bisa masuk ke Beoga.
Kapolsek Beoga Ipda Ali Akbar yang telah bertugas selama 19 bulan di daerah tersebut mengatakan, masyarakat harus merogoh kocek cukup dalam untuk masuk atau ke luar Beoga.
"Di Beoga kalau lagi aman, penerbangan masuk bisa sampai empat kali dalam sehari. Harga tiket (pesawat) untuk orang tanpa barang Rp 1,8 juta, kalau bawa barang ditimbang lagi tarifnya Rp 20.000 per kg," ujar Ipda Ali Akbar saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (4/3/2022).
Ali Akbar mengatakan, sejak 23 Februari 2022 dirinya telah menerima Surat Telegram mutasi ke Polda Papua.
Namun serah terima jabatannya baru akan dilakukan pada akhir minggu ini.
Baca juga: Aparat Gabungan Siapkan Sejumlah Skenario untuk Proses Evakuasi 8 Jenazah Korban Penembakan KKB
Terkait listrik, Ali Akbar menyebutkan, seluruh rumah di Beoga telah memiliki panel surya dengan kapasitas terbatas.
"Kalau malam itu kita pakai listrik hanya untuk lampu (penerangan) saja, itu bisa bertahan sampai pagi. Pagi sampai sore kita pakai untuk keperluan lain, kaya cas HP itu biasanya siang," tuturnya.
Tidak ada mobil
Di Beoga terdapat delapan kampung dengan luas wilayah mencakup 809.008 kilometer persegi.
Dengan luas wilayah tersebut, di Beoga tidak terdapat satu pun kendaraan roda empat.
Menurut Ali Akbar, satu-satunya kendaraan roda empat adalah ambulans milik Puskesmas Beoga.
"Mobil itu cuma ada satu ambulans yang sekarang taduduk (rusak). Kalau motor cukup banyak," kata dia.
Ali menambahkan, warga Beoga yang ingin memiliki motor harus membelinya di Kabupaten Mimika lalu mengirimnya menggunakan pesawat.
Biaya pengirimannya pun tidak murah karena mencapai jutaan rupiah.
"Mereka beli motor di Timika terus kirim pakai pesawat, ongkosnya Rp 6 juta per motor," ungkap Ali.
Untuk bahan bakar minyak (BBM), Ali Akbar menyebutkan, ada tiga toko yang menjual dengan harga sama.
"Yang jual BBM ada tiga, harganya Rp 50.000 per liter," ujarnya.
Akses antarkampung, hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki karena hanya tersedia jalan setapak.
Sekolah tak aktif
Sejak 8 April 2021, aktivitas di Distrik Beoga berubah akibat akibat aksi penembakan KKB yang menewaskan Oktovianus Rayo (43).
Korban merupakan seorang guru di sekolah dasar setempat.
Setelah kejadian tersebut, sudah tidak ada guru yang berada di Beoga dan sebagian proses pembelajaran pindah ke Timika.
"Sekarang SD sudah tidak ada gurunya, kalau SMP dan SMA sepertinya mereka sewa tempat di Timika dan sekolahnya di sana, sudah banyak anak-anak di sini berangkat ke Timika," kata Ali Akbar.
Untuk mengatasi kekosongan sekolah, Ali mengaku dirinya bersama Danramil Beoga telah mengusulkan ke Dinas Pendidikan Puncak agar aparat TNI dan polisi diberdayakan sebagai guru.
Hanya saja usulan tersebut belum dikabulkan sehingga hingga kini aktivitas sekolah di Beoga sama sekali tidak berjalan.
Adapun mata pencaharian penduduk setempat, mayoritas dari hasil bercocok tanam.
Baca juga: Polisi Sebut Nau Waker Jadi Otak di Balik Serangan KKB yang Tewaskan 8 Pekerja PT PTT di Beoga Papua
Di lokasi tersebut tidak terlalu banyak terdapat masyarakat pendatang.
"Masyarakat pendatang itu tidak sampai 20 orang, mereka biasanya yang buka warung, lalu tenaga kesehatan," kata Ali Akbar.
Minim akses telekomunikasi
Terletak di wilayah Pegunungan Tengah Papua, akses telekomunikasi di Distrik Beoga sudah tersedia namun dengan kapasitas terbatas.
Ali Akbar menjelaskan, akses telekomunikasi di Beoga sudah mencapai sinyal 4G, namun penggunaannya masih sangat terbatas.
"Kalau siang itu susah karena kapasitas jaringannya hanya kecil. Namun kalau malam masyarakat sudah banyak yang tidur baru jaringan lancar sampai pagi," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Mengenal Distrik Beoga: Rawan KKB Papua, Tak Ada Guru dan Mobil hingga Fasilitas Superminim