Fenomena Pergerakan Tanah di Manggarai Barat Pulau Flores, Dua Rumah Warga Rusak
Hujan dengan intensitas tinggi pada Jumat (1/4/2022) pekan lalu mengakibatkan dua bangunan rumah mengalami retak.
Editor: Dewi Agustina

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Gecio Viana
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Fenomena pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Pulau Flores makin meluas.
Hujan dengan intensitas tinggi pada Jumat (1/4/2022) pekan lalu mengakibatkan dua bangunan rumah mengalami retak.
"Lantai rumah saya pecah, satu warga lainnya juga sama," kata Viktor Bitrudis (50), tokoh masyarakat Kampung Wae Munting, Sabtu (2/4/2022).
Viktor menjelaskan, rumah yang dihuni selama beberapa tahun terakhir terdampak pergerakan tanah, saat hujan atau gempa.
Lantai rumahnya semakin rusak.
Ia berharap agar pemerintah daerah segera menetapkan fenomena pergerakan tanah sebagai bencana.
Penetapan status bencana tersebut, semakin mempermudah kerja sama antar instansi pemerintah dan distribusi bentuan.
"Memang ada rasa khawatir tinggal di rumah, tapi masih layak dihuni. Kami tetap waspada, kalau perkembangannya tidak bisa dihuni maka kami akan mengungsi," katanya.
Ia juga berharap agar semua janji pemerintah terkait penanganan bencana segera terealisasi.
"Kami tetap menanti sambil waspada," ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) menunggu Bupati Edi Endi untuk meneken surat status bencana fenomena pergerakan tanah, Sabtu 2 April 2022.
Hal tersebut disampaikan Kepala BPBD Mabar, Ovan Adu usai kunjungan ke lokasi bencana pergerakan tanah di Kampung Wae Munting Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang.
"Dalam proses, pak bupati masih di Kupang, surat sudah di bagian hukum," katanya.