Ngurah Senglad Garap Pementasan Monster Sampah
Tokoh utama yang diperankan langsung oleh Ngurah Senglad itu, merupakan manusia yang mencintai alam dan berbakti pada Tuhan.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - I Gusti Ngurah Tri Arya Swastana alias Ngurah Senglad, seorang mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menjadi sorotan masyarakat berkat pementasan monster sampah di jalanan Kabupaten Gianyar.
Pria asal Banjar Gua, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar tersebut mengatakan, monster sampah tersebut merupakan bagian dari ujian penciptaan dalam tesisnya. Judul tesisnya adalah, 'Wayang Sampah Bumi Suda'.
Dalam tesis ini, terdapat ujian yang bersifat pementasan, yang direalisasikannya dalam bentuk film sinema.
Saat ditemui, Rabu (11/5), dia menjelaskan, Wayang Sampah Bumi Suda ini menceritakan seorang bernama Anumana.
Tokoh utama yang diperankan langsung oleh Ngurah Senglad itu, merupakan manusia yang mencintai alam dan berbakti pada Tuhan.
Diceritakan, ia selalu berusaha mengajak masyarakat sekitarnya menjaga lingkungan. Namun respon yang didapatkan justru cemohan.
"Hal itu menggambarkan fenomena saat ini. Dari 10 orang, paling-paling hanya satu atau dua orang saja yang peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut menyebabkan menjaga lingkungan menjadi sangat sulit," ujar Ngurah.
Ngurah Senglad mengatakan, dirinya sendiri kerap merasakan. Dia yang tergabung dalam komunitas Satu Jam Saja (SJS) yang bergerak di bidang kebersihan lingkungan di Desa Bedulu, kerap melihat tempat yang sebelumnya dibersihkan, keesokan harinya kembali dijejali sampah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa menjaga kebersihan lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian, dibutuhkan kesadaran semua orang.
Ngurah Senglad mengatakan, karena ajakan Anumana tak mendapatkan dukungan banyak orang, menyebabkan dia merasa bersalah terhadap lingkungan dan Ida Sang Hyang Widhi. Setelah itu, muncul Ibu Pertiwi yang dalam pertunjukan ini ditarikan oleh wanita.
"Ibu pertiwi menangis. Sebab jika diibaratkan sebagai manusia, tubuhnya selalu dikotori oleh sampah. Hal itulah yang saya lihat terjadi saat ini. Bumi selalu dijejali sampah. Banyak yang begitu melihat sampah sangat terganggu. Namun kita tak sadar bahwa kita adalah bagian dari yang menyebabkan timbulan sampah tersebut," bebernya.
Dalam fragmen ini, garapan yang bekerjasama dengan seniman Desa Bedulu ini, pihaknya menyajikan adegan bagaimana saat sampah tersebut hidup menjadi monster.
"Monster sampah tersebut marah, karena dia dilahirkan oleh manusia, namun manusia selalu menyalahkannya jika lingkungan kotor dan menimbulkan masalah," ujarnya.
Pesan yang ingin disampaikan dalam pementasan tersebut adalah untuk menyadarkan masyarakat. Hal tersebutlah yang terjadi ketika kesadaran semua masyarakat tentang sampah belum tumbuh. Dia juga ingin menyampaikan, sampah yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, merupakan hasil dari keacuhan sebagian besar masyarakat akan kebersihan lingkungan.
"Memerangi persoalan sampah tidak bisa dilakukan satu atau dua orang. Butuh kesadaran semua orang," tandasnya. (i wayan eri gunarta)
Baca juga: Ditabrak Dump Truk, Mobil Tangki BBM Hantam Pohon Perindang di Klungkung