Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil Kota Ende, Tempat Peringatan Harlah Pancasila yang jadi Lokasi Pengasingan Ir. Soekarno

Profil kota Ende, Tempat Peringatan Harlah Pancasila yang jadi Lokasi Pengasingan Ir. Soekarno pada masa penjajahan Kolonial Belanda pada 1933.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Profil Kota Ende, Tempat Peringatan Harlah Pancasila yang jadi Lokasi Pengasingan Ir. Soekarno
kemdikbud
Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Kota Ende - Berikut in Profil Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. 

TRIBUNNEWS.COM - Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal sebagai tempat pengasingan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pada masa penjajahan Belanda.

Selain itu, Kota Ende juga menjadi tempat lahirnya Pancasila yang dirumuskan oleh Bung Karno selama masa pengasingan.

Menurut BPK Nusa Tenggara Timur, Kota Ende memiliki luas wilayah 2.046,60 kilometer persegi.

Letak geografisnya di wilayah utara berbatasan dengan Laut Flores, arah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sikka, arah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ngada, dan arah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu.

Wilayah Administrasi Kota Ende terdiri dari 16 kecamatan, dan 211 desa.

Prasarana Transportasi Kota Ende terdapat Bandara H. Hasan Aroeboesman.

Untuk transportasi laut, Kota Ende mempunyai Dermaga/Pelabuhan Laut Ippi Ende dan Pelabuhan Ende.

Berita Rekomendasi

Pemerintah Kabupaten Ende beribukota di Kota Ende, dipimpin oleh Bupati Don Bosco M. Wangge. 

Terkait dengan julukannya, berikut ini sejarah mengapa Kota Ende disebut sebagai Kota Pancasila.

Baca juga: Puan: Pancasila Selalu Relevan bagi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan dan Perkembangan

Sejarah Pengasingan Ir Soekarno

Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Kota Ende
Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Kota Ende (kemdikbud)

Pengasingan Ir. Soekarno diawali dengan pertemuan politik di rumah Muhammad Husni Thamrin di Jakarta, pada tanggal 1 Agustus 1933.

Ir. Soekarno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin.

Menurut Cagar Budaya Kemdikbud, beliau kemudian dipenjarakan selama delapan bulan tanpa proses pengadilan.

Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Ir. Soekarno (saat itu berusia 32 tahun) ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Ir. Soekarno diasingkan ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Beliau dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck.

Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende dan langsung melaporkan kedatangannya ke kantor polisi.

Mereka lalu dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja.

Di rumah pengasingan inilah Ir. Soekarno berserta istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi; dan kedua anak angkatnya, Ratna Juami dan Kartika menghabiskan waktu mereka selama empat tahun.

Ir. Soekarno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.

Selama di Ende dari tahun 1934-1938, satu dari hal yang paling penting adalah ketika Ir. Soekarno di tengah keterasingannya di sebuah taman, di bawah pohon sukun.

Itulah tempat beliau menggali pemikiran tentang dasar Negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila pada tahun 1945.

Baca juga: Hari Lahir Pancasila, Ketua PP Muhammadiyah Beri Pandangan soal Nilai Agama dan Cita-cita Bangsa

Taman Renungan Pancasila

Di Taman Renungan Pancasila yang berlokasi di Kelurahan Rukun Lima ini, terdapat patung Bung Karno sedang duduk merenung di bawah pohon sukun sambil memandang ke arah laut.

Menurut Kemenparekraf, pohon sukun itu bukan pohon asli yang selalu menemani Soekarno merenung selama masa pengasingan.

Pohon yang dikenal sebagai “Pohon Pancasila” tersebut merupakan pohon sukun yang baru ditanam pada 1981, karena pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960.

Tidak jauh dari Taman Renungan Pancasila, terdapat Rumah Pengasingan Bung Karno.

Rumah itu berlokasi di Jalan Perwira, Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende.

Kondisi rumah yang menjadi tempat tinggal Ir Soekarno selama masa pengasingan masih terawat dengan baik.

Baca juga: Jokowi Pakai Baju Adat Ende saat Kunjungi Taman Renungan Bung Karno, Tempat Lahirnya Pancasila

Ir. Soekarno Dipindah dari Ende ke Bengkulu

Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Kota Ende
Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Kota Ende saat ini (Kemdikbud.go.id)

Pada tanggal 18 Oktober 1938 (tepat empat tahun, sembilan bulan dan empat hari), Ir. Soekarno dipindah dari Ende ke Bengkulu.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951, Ir. Soekarno (yang saat itu sudah menjadi Presiden Republik Indonesia) mengunjungi Ende untuk pertama kalinya.

Beliau bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyatakan keinginannya agar rumah tersebut dijadikan museum.

Pada kesempatan kunjungan kedua tahun 1954, Ir. Soekarno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum” pada tanggal 16 Mei 1954.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Kota Ende

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas