Nasib Siswi SD yang Dipaksa Pulang saat Ujian karena Tak Punya Ponsel, Wali Kota Turun Tangan
Nasib dua siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Samarinda, Kalimantan Timur yang diduga diusir oleh gurunya viral di media sosial.
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Nasib dua siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Samarinda, Kalimantan Timur yang diduga diusir oleh gurunya viral di media sosial.
Pasalnya, kedua siswi tersebut dipaksa pulang saat waktu ujian berlangsung karena tak punya ponsel.
Momen tersebut heboh pada akhir Mei 2022.
Murid tersebut bernama Musdalifah (10) dengan sang adik.
Bagaimana nasib Musdalifah sekarang?
Sebelumnya, heboh pada Selasa (31/5/2022) pagi, murid SD Negeri 002 Samarinda sedang melangsungkan ujian kenaikan kelas tatap muka di sekolah.
Baca juga: Kajati Kaltim Pakai Uang Pribadi Bantu Musdalifah Siswi SD yang Tak Bisa Sekolah karena Tak Punya HP
Baca juga: Lapas Narkotika Samarinda Gagalkan Penyelundupan Sabu dalam Perut Ikan Nila
Musdalifah datang ke SD itu untuk ujian. Dia masuk di ruang kelas III. Tak selang lama, wali kelas masuk.
Rupanya, baru kali ini Musdalifah ke sekolah setelah dibukanya pembelajaran tatap muka.
Sebelumnya, saat belajar online, dia jarang ikut pelajaran karena tak punya ponsel. Ada ponsel bekas yang digunakan, tetapi sering rusak, sehingga tak efektif belajar.
"Karena anak itu baru turun (ikut ujian), jadi diteriaki teman-temannya. Tapi ada guru yang emosional minta anak itu pulang panggil orangtua/wali," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Samarida Asli Nuryadin menceritakan kronologi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/6/2022).
Karena diminta pulang, Musdalifah keluar kelas dan tak ikut ujian. Saat keluar kelas, ia di-bully oleh murid lain dengan teriakan.
Murid itu berjalan menuju pinggir jalan depan sekolah, lalu menangis sambil memeluk tasnya.
Tak punya ponsel dan seragam sesak
Musdalifah dan adiknya Merlin (9) merupakan anak piatu. Keduanya ditinggal ibunya sejak tiga tahun lalu. Sementara ayahnya dipenjara karena terjerat kasus pidana.
Akhirnya, dia dan adiknya tinggal bersama tantenya Siti Manuwatah (37) di sebuah rumah kayu sederhana di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02 Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang.
Siti punya empat anak. Ditambah dua Musdalifah dan adiknya, sehingga dia merawat enam anak di rumah tersebut bersama suaminya. Pekerjaan suaminya hanya serabutan.
Saat belajar online, Musdalifah awalnya menggunakan sebuah ponsel bekas. Karena sering error, dia selalu ketinggalan pelajaran.
"Dia punya HP. Tapi sering error. Mati hidup mati hidup saat belajar online sampai rusak, enggak bisa pakai lagi," kata Siti.
Selama itu pula, keponakannya tak bisa belajar online karena tak ada ponsel. Siti mengaku tak punya uang untuk membeli yang baru.
Lebih kurang setahun berjalan, saat pembelajaran tatap muka dibuka, giliran seragam sekolah Musdalifah yang kekecilan. Badannya makin besar sehingga seragamnya sesak. Harus diganti, tapi Siti tak punya uang.
Karena tak ada seragam, Musdalifah tak ke sekolah. Siti berusaha mencari seragam bekas tetangga, tapi tak ada.
Akhirnya informasi itu tersebar hingga murid itu mendapat bantuan seragam dari para relawan sosial di Samarinda.
Senin (30/5/2022), hari pertama ujian kenaikan kelas dimulai. Namun, tim relawan baru membawa Musdalifah membeli seragam.
Setelah dibeli, keesokan harinya, dia masuk sekolah diantar oleh seorang relawan. Namun, setelah masuk ruang kelas, dia diminta pulang oleh guru.
Baca juga: Bantuan Kajati Kaltim untuk Musdalifah Bukti Jaksa Hadir untuk Masyarakat
Baca juga: Hubungan Terlarang Dua Kakek dengan Siswi SMP yang Berakhir Tragis
Sempat ikut ujian, tapi tidak naik kelas
Saat diusir pulang, seorang relawan bernama Mamat datang ke SDN itu dan memediasi agar Musdalifah tetap ikut ujian.
Dengan kondisi menangis, Musdalifah digiring masuk lagi ke dalam kelas menemui wali kelasnya.
Saat itu, Mamat meminta agar wali kelasnya mengizinkan Musdalifah tetap ikut ujian. Permintaan itu diterima, tapi dengan catatan Musdalifah tak naik.
"Wali kelasnya bilang begitu. Jadi saya tanyalah Musda (Musdalifah) maukah dek sekolah, tapi tidak naik kelas. Anak ini mau kok, asal dia sekolah," kata Mamat.
Akhirnya, hari itu, Musdalifah diizinkan ikut ujian. Namun, setelah kelar ujian, pulang ke rumah dia sedih lagi.
Wali Kota sebut salah paham
Setelah ramai, Wali Kota Samarinda Andi Harun turut mengunjungi kediaman murid SD pada Senin (6/6/2022). Dia menyebut kasus tersebut hanya salah paham.
"Tidak seperti yang ramai di medsos," kata Andi Harun.
Andi Harun mengatakan, niat guru itu mendisiplinkan murid karena lama tak muncul.
"Karena memang pihak sekolah juga pernah mencari tahu anak itu, tapi informasinya terputus," sambung dia.
Sejak itu, sekolah tidak mengetahui keberadaannya.
Andi membantah murid tersebut diusir. Dia hanya diminta guru pulang membawa orangtua/wali menghadap.
"Tapi diterjemahkan diusir. Tapi, ngapain juga guru itu minta dia pulang, harusnya biarkan saja dia ikut ujian," kata Asli.
Beasiswa, rehab rumah, dan ponsel baru
Dalam kunjungan tersebut, Andi Harun turut memberikan beasiswa untuk Musdalifah dan anak Siti.
"Pak Wali menjamin anak itu sampai SMA," kata Asli.
Andi Harun juga bakal merehab rumah Siti karena dianggap tak layak.
Tak hanya Wali Kota, Kapolresta Samarinda Kombes Ary Fadli juga membantu peralatan sekolah dan ponsel baru untuk Musdalifah saat berkunjung, Selasa (7/6/2022).
Sejumlah uang tunai dari donatur juga disumbangkan untuk Musdalifah dan keluarga Siti. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com, https://regional.kompas.com/read/2022/06/08/072131978/siswi-sd-piatu-di-samarinda-diusir-guru-dari-kelas-karena-tak-punya-ponsel?page=all#page2