Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sempat Tidak Transparan Terkait Kematian Santri AM, Pondok Gontor Akhirnya Minta Maaf

Pondok Gontor sempat tidak transparan terkait penyebab kematian AM, santri asal Palembang

Editor: Erik S
zoom-in Sempat Tidak Transparan Terkait Kematian Santri AM, Pondok Gontor Akhirnya Minta Maaf
Tangkapan Layar akun Instagram @hotmanparisofficial
Seorang wanita bernama Soimah mengaku pada Hotman Paris bahwa anaknya yang merupakan santri di pondok pesantren di Ponorogo, Jawa Timur, diduga meninggal karena kekerasan 

TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO- Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) sempat tidak transparan terkait penyebab kematian AM, santri asal Palembang, Sumatera Selatan.

AM sempat disebutkan Gontor meninggal karena mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Baca juga: Ponpes Gontor Minta Maaf Terkait Meninggalnya Santri Asal Palembang, Berikut Pernyataan Resminya

Pondok Gontor kemudian mengeluarkan klarifikasi terkait kematian AM karena tindakan penganiayaan.

Pernyatan ini respon dari viralnya video di media sosial, Soimah ibu dari santri berinisial AM yang meninggal dunia diduga karena dianiaya, setelah mengadukan kisahnya kepada Hotman Paris.

Santri di Pondok Gontor 1 Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tersebut dipulangkan sudah terbungkus dalam peti jenazah, Senin (23/8/2022).

Penjelasan Pondok Gontor

Setelah berita tersebut viral di media sosial, pihak PMDG Ponorogo memberikan pernyataan resmi terkait kematian santri AM asal Palembang tersebut.

BERITA TERKAIT

Juru bicara PMDG Ponorogo, Jawa Timur, Noor Syahid menyampaikan tiga hal penting setelah salah satu santrinya meninggal dunia diduga akibat penganiayaan.

Baca juga: SPBU Gontor Akan Beroperasi Mulai Awal Oktober

“Atas nama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, saya selaku juru bicara pondok, dengan ini menyampaikan beberapa hal terkait wafatnya Almarhum Ananda AM, santri Gontor asal Palembang,” kata Noor Syahid, melalui pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Pihaknya meminta maaf dan berduka cita atas wafatnya santri tersebut.

PMDG juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga korban karena tidak jelas dan terbuka dalam proses pengantaran jenazah.

Tim pengasuhan santri juga mengakui bahwa menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya korban.

Baca juga: Hasil Autopsi Kedua Brigadir J Disangsikan, Dokter Forensik Jelaskan soal Statement Penganiayaan

“Menyikapi hal ini kami langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut,” jelas Noor Syahid.

Sanksi itu berupa dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari Pondok Modern Darussalam Gontor secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orangtua mereka masing-masing.

“Pada prinsipnya kami, Pondok Modem Darussalam Gontor, tidak memberikan toleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini,” jelas Noor Syahid.

Poin terakhir, PMDG Ponorogo siap mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.

Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan, Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum AM untuk mendapatkan solusi demi kebaikan bersama.

Sebelum diberitakan, Soimah menjelaskan kondisi anaknya yang sehat namun tiba-tiba dikabarkan meninggal dari pengasuh Gontor 1 pada Senin, (22/8/2022).

Saat itu, jenazah AM diantar oleh perwakilan dari pondok Gontor bernama ustad Agus.

Dia mendapatkan laporan penyebab meninggalnya AM akibat kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

“Apalagi anak saya dipercaya sebagai Ketua Perkajum. Mungkin alasan itu bisa kami terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anak saya,” ujar Soimah.

Baca juga: Tiga Mahasiswa Jadi Tersangka Penganiayaan, Paksa Korban Minum Air dari Kloset, Ini Motifnya

Namun, Soimah mendapatkan laporan dari wali santri lain yang menyebutkan bahwa korban AM meninggal bukan karena kelelahan.

Keluarga akhirnya meminta peti jenazah anaknya dibuka, ternyata kondisi korban bukan karena jatuh, melainkan diduga akibat kekerasan.

“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga. Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi,” jelasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi, Kontributor Palembang, Aji YK Putra | Editor Pythag Kurniati, David Oliver Purba)

Berita ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas