Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah: Penjelasan Dinas Kesehatan dan RSSA Malang Berbeda

Helen meninggal dunia saat masih menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan.

Editor: Erik S
zoom-in Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Bertambah: Penjelasan Dinas Kesehatan dan RSSA Malang Berbeda
AFP/STR
Sekelompok orang menggendong seorang pria usai pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. - Sedikitnya 127 orang tewas di sebuah stadion sepak bola di Indonesia pada akhir 1 Oktober ketika para penggemar menyerbu lapangan dan polisi merespons dengan gas air mata, yang memicu penyerbuan. Seorang suporter Arema Malang, Helen Pricela (20) meninggal pada Selasa (11/10/2022) di RSSA Malang. 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG- Korban meninggal dunia tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Seorang suporter Arema Malang, Helen Pricela (20) meninggal pada Selasa (11/10/2022) di RSSA Malang.

Baca juga: Bukti Penting Video yang Tunjukkan Penyebab Tragedi Kanjuruhan Diamankan Komnas HAM

Belum diketahui secara pasti penyebab Helen meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo mengatakan Helen meninggal dunia saat masih menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan.

Menurutnya, Helen mengalami patah tulang pada bagian tangan kiri serta didiagnosa mengalami muntah-muntah dan pusing.

Sementara menurut Spesialis Anastesi Konsultan ICU RSSA Malang, Arie Zainul Fatoni, Helen meninggal dunia pada pukul 14.25 WIB setelah menjalani perawatan selama 10 hari.

Berbeda dengan Wiyanto, Arie mengatakan Helen mengalami patah tulang kanan dan bukan tangan kiri.

Berita Rekomendasi

Selain itu, katanya, Helen juga alami cedera di dada atau menderita gagal nafas akut.

Baca juga: Komnas HAM Lakukan Uji Selongsong Gas Air Mata yang Didapat Usai Tragedi Kanjuruhan ke Laboratorium 

"Penyebabnya oleh cedera di paru-paru. Ada trauma yang menyebabkan cedera," jelas Arie, dilansir TribunJatim.com dari Surya.

Menurutnya, sejak dirawat, Helen telah dalam keadaan kritis dan mengalami pendarahan organ dalam.

Akibatnya, Helen diharuskan menjalani operasi.

Kemudian, Wakil Direktur Pelayanan RSSA, Malang, Syaifullah Asmiragani juga angkat bicara soal wafatnya Helen Prisela.

Helen disebut menghembuskan napas terakhir pada Selasa (11/10/2022), pukul 14.25 WIB di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang karena mengalami gagal napas akut (Acute Respiratory Distress Syndrome).

Baca juga: Temuan Komnas HAM Soal Tragedi Kanjuruhan: Kapasitas Stadion 38 Ribu, Tapi Dicetak 43 Ribu Tiket

Syaifullah lantas bicara perihal kemungkinan gas air mata sebagai penyebab kematian korban.

Ia menjelaskan, sampai saat ini, pihak tim dokter RSSA Malang masih belum bisa memastikan gas air mata secara langsung berpengaruh pada kondisi korban.

"Kalau hipoksia bisa karena gasnya, bisa karena berimpitan. Tapi secara langsung (mengenai) disebabkan gas air mata (atau tidak), saya juga tidak bisa memastikan itu," kata Syaifullah pada Selasa (11/10/2022) malam dilansir Kompas.com.

Menurutnya, korban Helen mengalami trauma tubuh pada bagian area wajah, kemudian patah tulang tangan, dan pendarahan perut serta dada.

Kondisi tersebut disebabkan karena Helen mengalami desakan, terjatuh dan terinjak sehingga memperburuk keadaan.

Baca juga: Temuan Komnas HAM: Tembakan Gas Air Mata Pertama Kanjuruhan Pukul 22.08 WIB ke Arah Tribune Selatan

"Soalnya gini orang dalam posisi tanpa gas air mata pun, kita kalau tertekan dadanya, terdesak karena darah atau apa, itu tetap akan mengakibatkan hipoksia di otak," katanya, dikutip TribunJatim.com dari kompas.tv.

"Bisa saja (gas air mata memengaruhi), bisa enggak, tapi karena kalau dia single trauma mungkin kita bisa ngomong, tapi masalahnya ini ada pendarahan di perut, di dadanya, jadi semua ini saling berkontribusi," ujarnya.

Syaifullah mengatakan bahwa trauma dalam tubuh pasien merupakan proses yang dinamis. Memang sesak yang dialami almarhumah bisa saja dipengaruhi oleh asap gas air mata.

Namun, kondisi organ dalam Helen yang mengalami perburukan, kata dia, akan mengakibatkan kebutuhan peningkatan oksigen.

"Sementara paru-parunya tidak mampu mensuplai, sehingga menimbulkan hipoksia, jadi banyak hal, untuk menarik kesimpulan disebabkan oleh gas terlalu dini," katanya.

Baca juga: HNW Desak Kemensos Juga Salurkan Santunan Bagi Ratusan Korban Luka Tragedi Kanjuruhan

Pihaknya juga akan melakukan analisis lebih lanjut terkait pengaruh gas air mata terhadap pasien-pasien tergolong berat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan.

Pengumpulan data-data melalui rekam medis pasien akan dilakukan. Seperti hasil dari X-Ray, hasil laboratorium dan lainnya.

"Nanti kita telaah, sehingga ke depan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kita berdasarkan data-data yang ada. Sehingga bisa menemukan satu kesimpulan, tapi sekarang belum, karena kita fokus penanganan pasien untuk pelayanan terbaik," katanya.

Penulis: Ani Susanti

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Beda Penjelasan soal Kematian Helen Pricela, Korban Kanjuruhan yang Baru Meninggal, Siapa Benar?

Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas