Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Semangat Mitra Gojek, Berawal dari Pekerjaan Sampingan, Kini Jadi Penopang Ekonomi Keluarga

Inilah kisah dan semangat para mitra Gojek yang semula menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan sampingan, kini menjadi penopang ekonomi keluarga.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Semangat Mitra Gojek, Berawal dari Pekerjaan Sampingan, Kini Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
ISTIMEWA
Friono (37), seorang mitra Gojek bersiap-siap menjalani rutinitasnya sebagai driver ojek online di Klaten, Jawa Tengah. Inilah kisah dan semangat para mitra Gojek yang semula menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan sampingan, kini menjadi penopang ekonomi keluarga. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sri Juliati

TRIBUNNEWS.COM - Jarum jam tepat berada di angka 8 saat Friono selesai memanaskan mesin sepeda motornya.

Ia pun bergegas untuk berpamitan dengan sang istri, Ika Suprihatin dan buah hatinya.

Restu keluarga sudah didapat, Friono siap menjalani rutinitasnya sebagai driver ojek online.

Friono lantas memacu sepeda motor bebeknya, menuju ke arah Kota Klaten, Jawa Tengah.

Butuh waktu sekira 15 hingga 20 menit bagi Friono sampai di Kota Klaten dari rumahnya yang berada di Jalan Kalikotes Kulon, Kecamatan Kalikotes, Klaten.

Begitu sampai di tempat biasa ia menunggu orderan, ponselnya berdering, tanda ada notifikasi.

Baca juga: We Got You: 3 Jurus Gojek Perkuat Layanan Mobilitas Terbaik bagi Konsumen

Berita Rekomendasi

Ternyata itu adalah notifikasi di akun Gojek yang merupakan orderan pertamanya.

Ia mendapat orderan GoFood di Rumah Makan Padang Murah Gayamprit, Klaten Tengah.

Segera Friono mengarahkan kendaraan menuju rumah makan tersebut lalu mengantarnya kepada customer.

Selesai menyelesaikan pesanan pertamanya, orderan kembali datang.

Masih orderan GoFood, kali ini Friono mengambil pesanan di Ayam dan Bebek Gongso Bu Lily, Klaten Selatan.

Begitu seterusnya hingga tak terasa matahari sudah berada di atas kepala, tanda beristirahat.

Beginilah gambaran aktivitas yang dijalani Friono sehari-hari selama tujuh tahun menjadi mitra Gojek.

Pukul 08.00 WIB, ia sudah harus on bid atau mengaktifkan aplikasi Gojek untuk mencari orderan.

Begitu on bid, Friono tak selalu segera mendapatkan orderan. Ia perlu menunggu beberapa saat untuk mendapatkan orderan pertamanya.

"Tergantung permintaan order dari pelanggan di area itu," ujarnya kepada Tribunnews.com, Kamis (27/10/2022).

Selama itu pula, Friono telah bersahabat dengan jalanan, menyusuri gang-gang sempit, berkendara di bawah cuaca panas dan hujan, hingga bergumul dengan kemacetan.

Beberapa kali terlibat kecelakaan lalu lintas hingga terkena orderan fiktif atau orderan tidak jelas, pernah ia alami.

Namun itu tak membuatnya patah arang. Semua dilakukan Friono agar selalu bisa menjadi pejuang keluarga kecilnya.

Friono tak pernah menyangka, keisengannya mencari pekerjaan sampingan justru kini berubah menjadi pekerjaan utama, penopang ekonomi keluarga.

Ingatan Friono terlempar ke tahun 2015, saat ia bekerja di sebuah biro perjalanan atau travel agent di Jakarta.

Saat itu, ia bertemu dengan seorang driver Gojek yang hendak mengambil paket di tempat kerjanya.

"Saya tanya waktu itu, 'Bapak darimana dan ada keperluan apa?' Terus bapaknya nunjukin logo Gojek di jaketnya. Dikasih tahu, dia ojek online mau ambil paketan," tutur Friono.

Menurut Friono, kala itu, alat komunikasi untuk menikmati layanan Gojek adalah Blackberry Messenger (BBM) dan melalui telepon.

Friono lantas mencoba layanan di Gojek dan sesekali memakai jasanya. Berawal dari keisengan tersebut, muncul keinginan untuk menjadi mitra Gojek.

"Kemudian saya cari info dari teman-teman di kerjaan karena saat itu Gojek masih sering cari mitra baru khususnya di Jakarta," ujar dia.

"Saya coba daftar sebagai mitra di tempat yang mana Gojek nggak diterima masuk di kawasan itu, yaitu di Kalibata, Jakata Selatan karena sering ada perselisihan dengan ojek pangkalan," ungkapnya.

Tepat pada 28 Oktober 2015, Friono resmi menjadi bagian mitra Gojek.

Friono boleh berbangga sebab ia bergabung di tahun kedua setelah layanan Gojek mulai naik daun di ibu kota.

"Jadi mitra yang dianggap militan oleh Gojek itu ya angkatan 2013, 2014, dan 2015. Aku salah satunya," ungkap Friono.

Lantaran masih menjadi pekerjaan sampingan, area mencari orderan Friono masih terbatas wilayah Sunter dan Senayan, yang merupakan rute indekos dan kantornya.

Di awal menjadi driver, pria 37 tahun itu pernah berselisih dengan tukang ojek konvensional saat menunggu orderan di area parkiran Jakarta Convention Center (JCC), kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

"Tapi saya ngalah saja, daripada ribut-ribut," kata dia.

Pada 2019, Friono memutuskan memboyong keluarga kecilnya pulang ke kampung halaman di Klaten.

Sejak saat itulah, ia menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan utama hingga sekarang.

Suka duka dirasakan Friono selama menjadi mitra Gojek.

Mulai dari mengenal banyak orang baru, seperti orang biasa, karyawan kantor, hingga selebritas.

Ia juga pernah mendapat tip dengan jumlah tak terkira dari pelanggan.

Jam kerja yang fleksibel dan punya banyak teman sesama driver juga menjadi alasan Friono mempertahan pekerjaannya ini.

"Mulai on bid pukul 08.00 WIB, pulangnya kadang nggak tentu. Normalnya pukul 20.00 atau 21.00 WIB sudah di rumah, kalau pas sepi ya bisa sampai jam 23.00-an," kata dia.

Saat ini, Friono fokus mengejar target pendapatan di angka Rp 200 ribu atau sekira 20 trip.

Ia mengaku tak ambil pusing dengan poin dan insentif yang didapat.

Apalagi sejak pihak aplikator membagi skema level driver berdasarkan jumlah trip dan poin, mulai dari basic, silver, gold, dan platinum.

Friono mengaku hasil yang didapat selama menjai driver Gojek cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

"Selebihnya ya bisa nabung sedikit-sedikit," ujar dia.

Tambahan Mas Kawin

Cerita serupa juga diurai seorang mitra Gojek lainnya, Ali Mustofa.

Atas keinginannya sendiri, Ali bergabung menjadi driver Gojek pada 2018 saat bekerja di Bogor, Jawa Barat.

Saat itu, ia juga iseng mencari pekerjaan sampingan di sela pekerjaan utamanya sebagai karyawan swasta.

Apalagi, Ali memiliki rencana untuk mempersunting pujaan hatinya.

"Alhamdulilllah, hasil Gojek saat itu bisa buat tambahan mas kawin," kenang pria asal Pati, Jawa Tengah ini.

Setelah menikah, kemudian memiliki anak, dan kini pindah ke Semarang, Jawa Tengah, Ali tetap menjadi mitra Gojek.

Ali terbiasa on bid mulai pukul 14.00 WIB dan pulang pada pukul 21.00 WIB.

"Kadang langsung dapat, kadang harus nunggu, tapi setiap hujan orderan GoFood pasti ramai," ujar dia.

Bagi suami Rosmawati ini, menjadi driver adalah caranya traveling sekalian bekerja. Sebab ia senang 'blusukan' sehingga memudahkannya menghafal jalan.

"Dukanya kadang membutuhkan kesabaran kita menghadapi pelanggan bayarnya yang kurang, nggak sabaran, dan menunggu lama datangnya," kata dia.

Jaga Perfoma agar Bisa Menjadi Penopang Ekonomi Keluarga

Di tengah semakin banyaknya jumlah mitra, baik Friono maupun Ali memiliki tips untuk menjaga performa akun mereka.

Friono, misalnya yang tidak pernah memilih orderan atau meng-cancel pesanan yang diberikan kepadanya.

Sementara Ali terus berusaha konsisten menjalankan pesanan.

"Selain itu, pahami akun sendiri dan sistem orderan, InshaAllah akunnya gacor," paparnya.

Hal ini sudah dibuktikannya sendiri saat ia mendapatkan penghasilan sebesar Rp 300 ribu dalam sehari untuk level akun basic.

Bagi Ali, driver Gojek bisa menjadi penopang ekonomi asal dilakoni dengan tekun dan rajin.

Bahkan penghasilan yang didapat bisa melebihi karyawan swasta umumnya.

Begitu juga dengan Friono yang merasakan betul pengaruh platform Gojek bagi keluarga.

Menurutnya, sebelum 2017, driver Gojek bisa menjadi penopang ekonomi keluarga.

Namun setelah 2017 ke sini, ada pergeseran baik dari skema tarif maupun insentif yang diberikan aplikator.

"Masih bisa jadi penopang buat keluarga, cuma agak 'memaksa' mitra untuk lebih giat lagi dalam pelayanan entah itu dengan penalti performa, rating dan jam kerja si driver itu," ujarnya.

Pengaruh Gojek sebagai penopang ekonomi juga dirasakan Friono saat pandemi.

Ia tak perlu khawatir apalagi kepikiran saat kabar PHK massal akibat pandemi menyeruak.

Justru saat pandemi, hampir setiap hari, orderan yang didapat Friono didominasi layanan GoSend.

"Contohnya mengirim makanan dan barang di rumah orang yang sedang isolasi mandiri," kata dia.

Menurut Friono, platform yang paling survive mempertahankan pendapatan mitranya adalah Gojek.

"Dia menang dalam program-program kemitraannya lewat swadaya driver Gojek dan bonus insentif atau jaminan pendapatan," tambahnya.

Oleh karena itu, Friono berharap, pihak aplikator selalu mempertahankan pendapatan mitra driver-nya. Baik melalui program kemitraan maupun lainnya.

Tak lain agar platform Gojek bisa menjadi andalan ekonomi keluarga. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas