“Kami sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Kecamatan Cakung untuk mengatur waktunya,” ujar dia.

Terkait perawatan Ibu Eny dalam jangka panjang, Pemkot Jakarta Timur telah menawarkan kepada Tiko agar sang ibu dirawat di Panti Werdha yang berada di bawah Dinas Sosial DKI Jakarta. 

“Kami siapkan semua, gratis. Anaknya boleh datang berkunjung setiap hari. Enggak ada masalah,” kata Kepala Sudin Sosial Jakarta Timur, Purwono. 

2. Kehidupan Ibu Eny sebelum depresi dan sebelum dibawa ke RSJ

Ibu Eny mulai mengalami kesulitan ekonomi saat ditinggal suaminya pada tahun 2010. 

Hal itu dikatakan Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin berdasarkan keterangan dari Tiko. 

Ayah Tiko pergi meninggalkan Ibu Eny dan pulang ke kampungnya di Jawa Timur.

Setelah itu, Tiko tidak pernah lagi ada komunikasi dengan sang ayah. 

“Jadi gini, kalau menurut Tiko sendiri, bapaknya itu pulang kampung ke Jawa Timur. Semenjak bapaknya pergi itu, sekitar 2010, sudah lost contact,” ujar Slamet di Kompleks PLN di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/1/2023), dikutip dari Kompas.com. 

Setelah ditinggal sang ayah, kehidupan ekonomi Tiko dan ibunya mulai menurun. 

Tiko juga akhirnya putus sekolah dan sang ibu mengalami depresi. 

Tetangga Ibu Eny, Fadli (45) mengatakan sebelum depresi, Ibu Eny sempat menjual beberapa perabot rumah tangganya ke tetangga.

“Jadi gini, Tiko bawa surat dari ibunya. Nulis noted. ‘Assalamualaikum Ibu haji. Ini saya butuh beras. Saya mau jual pot,’. Terus ya sudah dibantu,” ujar Fadly.

 “Jadi Tiko bawa pot ke rumah, bawa gorden di rumah dijual. Barang-barang dari rumahnya. Saat itu mungkin Tiko masih SMP,” sambung dia.

Baca juga: Sosok Suami Ibu Eny, Herman Moedji Susanto, Mirip Soeharto hingga Tak Terdaftar di Dispendukcapil