Perlu Keterlibatan Perusahaan Agar Target Pemerintah Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai Berhasil
5 produsen penyumbang terbesar pencemaran sampah plastik didominasi perusahaan multinasional.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Sampah plastik atau sachet kecil produknya menjadi menyumbang sampah plastik di Kampung Siba, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Gresik, Jawa Timur.
Hasil audit merek sampah oleh pegiat lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) berkolaborasi dengan beberapa komunitas menunjukkan adanya ada 5 produsen penyumbang terbesar pencemaran sampah plastik di daerah ini yang didominasi perusahaan multinasional.
Baca juga: Daur Ulang Sampah Plastik PET Masih Rendah, Ambisi Genjot Ekonomi Sirkular Terganjal
Tonis Afrianto, pegiat Zero Waste Ecoton mengatakan, produksi plastik sekali pakai yang begitu masif tanpa adanya tanggung jawab perusahaan justru akan mempersulit capaian dari target pemerintah untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai.
“Sampah plastik yang berada di Kampung Siba ini tidak lepas dari peran produsen dalam membuat kemasan-kemasan plastik atau sachet kecil untuk produknya," kata Tonis dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/1/2023).
Dikatakannya, produsen yang memproduksi, produsen jugalah yang seharusnya bertanggung jawab atas produksinya.
"Dengan begitu, sampah plastik ini tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah sehingga produsen pun harus terlibat,” katanya.
Menurut dia, untuk menekan sampah plastik di lingkungan, produsen perlu mengambil peran dalam pengelolaan sampah, dengan mengambil kembali sampah produknya yang ada di lingkungan.
Baca juga: Olah Sampah Plastik, Kolaborasi Sektor Kesehatan dan Pendidikan Ciptakan Kebaikan untuk Lingkungan
“Ini menunjukkan bahwa peta jalan pengurangan sampah yang diserahkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu belum menggambarkan adanya kesediaan dari para produsen itu untuk bertanggung jawab atas sampah plastik yang ditimbulkan supaya kembali lagi ke mereka,” ujarnya.
Sorotan terhadap kehadiran sampah sachet plastik di daerah Gresik Ini juga datang dari pegiat lingkungan cilik asal Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Aeshnina Azzahra Aqilani (15).
Dia mengatakan hingga kini perusahaan terus membanjiri masyarakat dengan produk-produk kemasan plastik sekali pakai yang sudah jelas-jelas akan membebani pemerintah dalam penanganan sampahnya serta mewariskan pencemaran sampah kepada generasi yang akan datang.
Baca juga: Bali Bersihkan Sampah Plastik di Laut untuk Dukung Industri Pariwisata Berkelanjutan
"Saya sering melakukan audit sampah plastik di sungai dan pantai, menemukan sebagian besar sampah yang tercecer adalah produk dan kemasan plastik sekali pakai seperti tas kresek, kemasan saset, popok, styrofoam, sedotan dan botol plastik," ungkapnya.
Perusahaan harus berhenti menjual produk dalam kemasan saset multilayer dan styrofoam yang tidak dapat didaur ulang, dan mengganti dengan penjualan kemasan pakai ulang dapat diisi ulang untuk produk makanan minuman dan keperluan rumah tangga di semua kawasan pendidikan, bisnis, permukiman, perkantoran dan wisata.
Dia pun untuk kedua kalinya telah mengirimkan surat kepada Presiden RI Joko Widodo untuk lebih mendorong pemerintah dalam penanganan sampah.
Baca juga: Bali Bersihkan Sampah Plastik di Laut untuk Dukung Industri Pariwisata Berkelanjutan
Sebelumnya, dia juga pernah mengirim surat kepada Presiden pada bulan Februari Tahun 2022 lalu, terkait sampah impor yang menumpuk dan tercecer serta dibakar di lingkungan sekitar pabrik daur ulang kertas dan plastik di Mojokerto, Sidoarjo, dan Gresik, yang dekat dengan rumahnya.
Sayangnya, surat tersebut belum mendapat jawaban dari Jokowi hingga sekarang.