Peran 5 Pembunuh Mantan Anggota DPRD Langkat dan Sosok Eksekutor yang Ternyata Seorang Residivis
Selain meringkus lima pelaku pembunuhan, polisi juga mengungkap motif di balik aksi penembakan tersebut.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kasus penembakan yang menewaskan mantan anggota DPRD Langkat, Paino beberapa waktu lalu akhirnya terkuak.
Selain meringkus lima pelaku pembunuhan, polisi juga mengungkap motif di balik aksi penembakan tersebut.
Diketahui, Paino, mantan anggota DPRD Langkat periode 2014-2019 tewas ditembak orang tak dikenal (OTK), Kamis (26/1/2023) sekitar pukul 23.20 WIB.
Otak pelaku kasus pembunuhan ini adalah Tosa Ginting alias Luhur Sentosa Ginting.
Baca juga: Pelaku Penembakan Anggota DPRD Langkat Ditangkap, Identitas Otak Pembunuhan hingga Motif Terungkap
Empat pelaku lainnya adalah Dedi Bangun, Persadanta Sembiring, Heriska Wantenero alias Tio dan Sulhanda Yahya alias Tato.
Tosa Ginting tega membunuh Paino karena sakit hati, dia merasa bisnisnya tersaingi.
Lima pelaku pembunuhan ini memiliki peran yang berbeda-beda.
Apa saja peran kelima pelaku pembunuhan ini?
Dalam melakukan aksinya, Tosa Ginting meminta Dedi Bangun sebagai eksekutor penembakan.
Untuk tugasnya ini, Dedi Bangun mendapat upah sebesar Rp 10 juta.
Kemudian Persadanta Sembiring sebagai informan Tosa di lokasi Paino duduk di warung kopi sebelum tewas.
Lalu Heriska Wantenero alias Tio dan Sulhanda Yahya alias Tato sebagai driver Teso Ginting dan Dedi Bangun.
Baca juga: Tosa Bayar Dedi Rp 10 Juta Tembak Mati Mantan Anggota DPRD Langkat, Sakit Hati Bisnisnya Tersaingi
Saat kejadian, mereka berbagi tugas. Ketika Paino beranjak dari warung kopi, Persadanta Sembiring yang mengintai menghubungi Teso.
Setelah itu Teso menghubungi Dedi menggunakan Handy Talky (HT) yang sudah bersiap untuk mencegat korban.
Setelah menerima informasi dari Teso inilah, Dedi membentangkan sepeda motornya agar Paino berhenti lalu kemudian ditembak bagian dadanya dari jarak kurang lebih 30 sentimeter.
"Jadi ditunggu. Begitu nampak sepeda motornya dipalang motornya lalu berhenti korban langsung dihantam. Gak sampai 30 sentimeter," kata Kapolres Langkat AKBP Faisal Rahmat Husein Simatupang.
Motif pembunuhan ini diduga karena persaingan bisnis antara Teso Ginting dan Paino.
Selama ini petani sawit menjual hasil panennya ke Teso Ginting namun sebagian beralih ke Paino, sehingga ia merasa bisnisnya terganggu dan akhirnya merencanakan pembunuhan.
Baca juga: Jenazah Paino Mantan Anggota DPRD Langkat Dimakamkan, Keluarga Desak Polisi Ungkap Pelaku Penembakan
Eksekutor Seorang Residivis
Dedi Bangun (38), eksekutor pelaku penembakan terhadap mantan anggota DPRD Langkat, Paino ternyata seorang residivis kasus pembunuhan.
Menurut keterangan Kapolres Langkat, AKBP Faisal Rahmat Husein Simatupang, Dedi Bangun pernah membunuh preman pasar di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada tahun 1999.
Padahal saat itu Dedi Bangun masih berusia 14 tahun dan duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Saat kejadian, Dedi menusuk preman pasar dengan pisau sebanyak 27 kali tusukan hingga korban tewas.
"Iya waktu kelas 2 SMP dia pernah membunuh salah satu penjaga pasar di daerah Kuala dengan 27 liang tikaman. Pengakuannya seperti itu, dipalak atau apa," kata AKBP Faisal Rahmat, Senin (13/2/2023).
Namun saat itu Dedi tidak ditahan karena statusnya anak di bawah umur.
Tapi tak demikian halnya kali ini.
Dedi terpaksa meringkuk di jeruji besi setelah menembak mati Paino.
Pria berusia 38 tahun ini juga terancam hukuman mati atau seumur hidup karena turut serta membunuh dan merencanakan pembunuhan terhadap mantan anggota DPRD Langkat pada 26 Januari 2023 lalu.
AKBP Faisal menuturkan, Dedi dibayar Rp 10 juta oleh Tosa Ginting untuk mengeksekusi Paino.
Motif pembunuhan ini diduga karena persaingan bisnis antara Teso Ginting dan Paino.
Selama ini petani sawit menjual hasil panennya ke Teso Ginting namun sebagian beralih ke Paino, sehingga ia merasa bisnisnya terganggu dan akhirnya merencanakan pembunuhan.
Kronologis Kejadian
Sebelumnya Paino, mantan anggota DPRD Langkat periode 2014-2019 tewas ditembak orang tak dikenal (OTK), Kamis (26/1/2023) sekitar pukul 23.20 WIB.
Informasi yang dihimpun Tribun, anggota dewan dari Fraksi Golkar ini, pada Kamis sekitar pukul 21.00 WIB, bersama temannya, Amin sedang duduk santai di rumah Miran di Dusun I, Desa Besilam BL, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.
Mereka duduk-duduk sembari menunggu rekan lain yakni seorang personel kepolisian diketahui bernama Aipda Salomo, yang datang bersama teman-teman di warung dan ngobrol bareng hingga pukul 22.45 WIB.
Selesai duduk santai dan berbincang, sekitar pukul 23.00 WIB, mereka membubarkan diri ke rumah masing-masing.
Paino pulang dengan mengendarai sepeda motor jenis trail.
Saat kejadian, seorang saksi mata bernama Arif, warga sekitar mendengar suara letusan senjata api.
"Saya mendekati lokasi dan sudah melihat korban tergeletak di tengah jalan," ujar Arif.
Merasa takut, Arif memanggil rekan yang juga warga sekitar bernama Hendra, untuk sama-sama melihat.
"Kami membalikkan tubuh korban dan ditemukan ada luka tembak di dada," ujar Arif.
Arif dan Hendra, mencoba memberikan pertolongan dengan menghubungi pihak rumah sakit.
Sekitar pukul 00.50 WIB, dengan mengendarai mobil ambulans korban berhasil dibawa ke rumah sakit Putri Bidadari di Jalan Jalinsum Medan - Sumut, Desa Jentera, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Tubuh korban langsung dibawa ke UGD dan setelah dilakukan pemeriksaan awal terhadap tubuh Paino oleh dokter jaga.
Korban dinyatakan sudah meninggal dunia dan nyawanya tidak tertolong.
Pada dada sebelah kanan paino ditemukan lubang bekas luka tembakan.
Kasus penembakan ini tengah ditangani personel gabungan Polsek Stabat dan Polres Langkat.
Sedangkan jasad korban sudah dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk dilakukan autopsi.
diolah dari artikel yang telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Eksekutor Pembunuh Mantan Anggota DPRD Langkat Ternyata Pernah Bunuh Preman Pasar Saat Kelas 2 SMP