Gunung Merapi Erupsi, Ini Daftar Wilayah di Magelang-Boyolali yang Terdampak Hujan Abu Vulkanik
Inilah daftar wilayah di Magelang dan Boyolali yang terdampak hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi pada Sabtu (11/3/2023) siang ini.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Gunung Merapi erupsi dengan memuntahkan awan panas guguran (APG) pada Sabtu (11/3/2023) siang ini.
Erupsi itu berlangsung mulai pukul 12.21 WIB hingga pukul 12.31 WIB.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY melaporkan, awan panas guguran itu meluncur ke arah Kali Bebeng/Krasak.
Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Magelang awan panas guguran memicu abu vulkanik yang mengarah ke barat laut-utara.
Petugas Pos Babadan, Yulianto mengatakan, Pos Babadan mulai terdampak abu vulkanik cukup tebal.
Baca juga: Gunung Merapi Erupsi Siang Ini, Luncurkan Awan Panas Guguran, Warga Diimbau Waspada Hujan Abu
"Kalau APG-nya mengarah ke barat daya, ke Kali Bebeng dan Krasak. Kalau abu vulkanik ke arah barat laut-utara karena faktor angin," kata Yulianto melalui rilis yang dirilis BNPB.
"Pos Babadan saat ini sudah pasti terdampak APG. Ini cukup tebal," imbuh Yulianto.
Lebih lanjut Yulianto juga telah menerima laporan di wilayah Magelang dan Boyolali yang juga terdampak abu vulkanik.
Berikut daftar wilayah yang terdampak hujan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi:
1. Kabupaten Magelang
a. Kecamatan Dukun
- Desa Mangunsuko
- Desa Dukun
- Desa Paten
- Desa Sengi
b. Kecamatan Sawangan
- Desa Wonolelo
- Desa Krogowanan
2. Kabupaten Boyolali
a. Kecamatan Selo
- Desa Klakah
- Desa Tlogolele
Sementara untuk wilayah Sleman, DIY belum ada indikasi hujan abu vulkanik akibat awan panas guguran erupsi Gunung Merapi.
"Hujan abu belum termonitor di Sleman," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Bambang Kuntoro dikutip dari Tribun Jogja.
Bambang juga mengatakan, awan panas guguran Gunung Merapi terpantau mengarah ke barat daya.
"Ke arah Kali Krasak dan Kali Bebeng, Boyong," ucapnya saat dikonfirmasi
Disinggung mengenai laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan, pihaknya mengaku masih belum menerima informasi tersebut.
"Belum ada laporan rilis resminya, ini masih ada luncuran dikit-dikit, dimonitor," urainya.
Baca juga: Gunung Merapi Erupsi, Ini Update Status Gunung Api di Indonesia, 4 Siaga dan 17 Waspada
Catatan BPPTKG Soal Erupsi Gunung Merapi
Sementara itu, dalam rekaman visual BPPTKG, gunung yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah ikut teramati dengan jelas hingga kabut 0-II.
Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50-100 meter di atas puncak kawah.
Teramati juga 1 kali guyuran lava dengan jarak luncur 1500 meter ke barat daya suara guguran 2 kali dengan intensitas sedang dari Pos Babadan.
BPPTKG mengamati status kegempaan meliputi jumlah guguran terpantau 9, amplitudo 4-11 mm dan durasi 43.9-96.6 detik.
Berikutnya hybrid/fase banyak 1, amplitudo 5 mm, S-P 0.4 detik dan durasi 7.4 detik.
Untuk rekaman vulkanik kedalaman berjumlah 19, amplitudo 9-12 mm, S-P 0.5-1 detik dan durasi 9.3-11.2 detik.
Lebih lanjut, BPPTKG menyebut , potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km dan Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sementara lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat diminta agar selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
BBPTKG juga menyebut apabila terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
Saat ini, status Gunung Merapi masih dalam level III atau 'siaga' sejak November 2020.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (TribunJogja.com/Ahmad Syarifudin)