Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jemaah Islam Aboge di Wonosobo Rayakan Idulfitri pada Minggu 23 April 2023

Umat Islam penganut penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge) di Wonosobo merayakan Hari Raya Idulfitri pada Minggu (23/4/2023)

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Jemaah Islam Aboge di Wonosobo Rayakan Idulfitri pada Minggu 23 April 2023
Tribun Banyumas/Permata Putra Sejati
Jemaah Islam Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, bersiap melaksanakan Salat Idul Fitri tahun 2021 lalu di Masjid Sayid Kuning desa setempat, Jumat (14/5/2021). Umat Islam penganut penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge) di Wonosobo merayakan Hari Raya Idulfitri pada Minggu (23/4/2023) 

TRIBUNNEWS.COM, WONOSOBO - Umat Islam penganut penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge) di Wonosobo merayakan Hari Raya Idulfitri pada Minggu (23/4/2023).

Di Dusun Binangun, Kelurahan Mudal, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo, sekitar 40 persen masyarakatnya Islam penganut Aboge

Menurut Sarno Kusnandar selaku sesepuh penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun Wonosobo mengatakan, 1 Syawal tahun ini jatuh pada Minggu Wage sesuai dengan perhitungan penanggalan Jawa.

Sarno menjelaskan, dalam sejarahnya penanggalan Jawa diciptakan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam.

Pada waktu itu di tanah Jawa sudah masuk masa islamisasi sehingga sudah banyak masyarakat yang beragama islam. 

Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat masih menggunakan penanggalan lama yang menganut peredaran matahari. 

Sehingga untuk mensinkronkan kebudayaan Jawa dengan hari-hari besar agama Islam dibuatlah penanggalan Jawa. 

Berita Rekomendasi

"Jadi penganut penanggalan Aboge ada rumusnya sendiri berdasarkan tahun Jawa. Aboge ini berasal dari kata tahun Alif, tanggal 1 Suro, hari Rebo Wage."

"Tahun Alif tanggal 1 Suro ini menjadi tahun baru Aboge, perhitungan awal puasa maupun 1 Syawal dihitung dari situ," jelasnya, Rabu (19/04/2023). 

Baca juga: Jemaah Aolia di Gunungkidul Rayakan Lebaran Hari ini, Pagi Tadi Gelar Salat Id 

Sarno mengungkapkan perhitungan ini terbilang cukup rumit sehingga tidak semua orang bisa.

Di Wonosobo saja hanya ada beberapa orang yang paham mengenai perhitungan ini. 

Meskipun Hari Raya Idulfitri tidak selalu bersama dengan yang lain, hal ini tidaklah menjadi permasalahan dan sudah menjadi hal biasa setiap tahunnya, karena mereka memiliki cara perhitungannya masing-masing.

Umat Islam penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun Wonosobo akan merayakan Hari Raya Idulfitri dengan tradisi Selametan Tedun Bada setelah shalat Idulfitri. 

"Orang sini menyebutnya Selametan Tedun Bada atau selamatan hari raya. Ya istilahnya syukuran setelah menjalankan puasa ramadan sebulan," jelasnya. 

Dalam tradisi ini masyarakat akan membawa nasi setengah lingkaran atau disebut golong separo atau kenong lengkap dengan berbagai lauk pauk. 

Setelah makan bersama akan dilanjutkan dengan halalbihalal atau bersalaman saling maaf-maafan antar warga

Artikel ini telah tayang di Tribun-Pantura.com dengan judul Berbeda dari Muhammadiyah dan NU, Umat Islam Aboge di Wonosobo Tetapkan 1 Syawal Jatuh 23 April

 
 

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas