Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penjual Tahu Gejrot di Kendari yang Mampu Kuliahkan 3 Buah Hatinya: Anak Harus Melebihi Orang Tuanya

Salimin merupakan penjual tahu gejrot yang kesehariannya mangkal di depan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Catur Sakti

Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Penjual Tahu Gejrot di Kendari yang Mampu Kuliahkan 3 Buah Hatinya: Anak Harus Melebihi Orang Tuanya
TRIBUNNEWSULTRA.COM/ANAUFAL FAJRIN JN
Salimin, penjual tahu gejrot di Kendari yang bisa kuliahkan 3 anaknya 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria bernama Salimin mempunyai kisah hidup yang mungkin bisa menginspirasi banyak orang.

Pasalnya, pedagang tahu gejrot tersebut mampu menguliahkan tiga dari lima anaknya.

Salimin juga tak ingat berapa usianya sekarang.

Ia hanya mengingat, usianya telah lebih dari kepala enam.

"Alhamdulillah masih kuat," kata Salimin.

Salimin merupakan penjual tahu gejrot yang kesehariannya mangkal di depan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Catur Sakti, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Baca juga: Kisah Serma Riadi Ditangisi Warga Desa Hote karena Pindah Tugas: Om Tentara, Kenapa Tinggalkan Kami?

"6 bulan. Sebelumnya (berjualan) di sekitar rumah sakit provinsi yang sekarang itu sudah jadi rumah sakit jantung," terangnya.

Berita Rekomendasi

Saat ini, Salimin terhitung telah menghabiskan waktu selama hampir 5 tahun berdagang tahu gejrot di Kota Kendari.

Tangannya ulet mencampur bawang, cabai, dan beberapa rempah lainnya.

Kemampuan yang ia bawa dari tanah kelahirannya yakni Jawa Tengah ternyata menjadi modal untuk bertahan hidup.

"Kalau sudah 30 sampai 40 tahun ke atas itu tidak mengharap kaya lagi. Yang penting ada untuk makan besok," katanya.

Tetapi, usaha yang ia tekuni itu, ternyata membuahkan hasil.

Tak hanya bertahan hidup saja, ia juga mampu memberi kesempatan kuliah bagi 3 dari 5 orang anaknya, hingga menyelesaikan pendidikan sarjana.

Bahkan, anak-anak yang ia fasilitasi pendidikan itu kini telah mandiri.

"Ada di Bahteramas, bagian obat," ungkapnya.

Di usia senja seperti saat ini, Salimin memang dapat merasakan pencapaiannya.

Kendati demikian, ia tak mengharap pundi-pundi rupiah dari gaji anak-anaknya.

"Kan mereka punya masa depan juga, jadi sebisa mungkin disimpan apalagi mereka juga bakal berkeluarga," kata Alimin.

"Anak saya juga sebenarnya pernah suruh saya berhenti jualan. Tapi ya saya tetap mau, lagian biar ada aktivitas. Kalau di rumah kan paling nonton tv terus tidur," sambungnya.

Terlepas dari itu, semangat Salimin tak pernah surut.

Ia sendiri mengaku berjualan setiap hari tanpa hari libur.

Sedangkan sang istri, telah lama meninggal dunia sehingga segala kebutuhan keluarga ia semua yang penuhi.

Kisah Salimin setidaknya memberi gambaran tentang hasil dari kegigihan kerja keras.

Dengan kemauannya yang tinggi untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya, Salimin rela bekerja saban hari.

"Kalau bapak SMA, minimal anak harus sarjana. Prinsipnya anak harus melebihi bapaknya," pungkasnya.

Cerita Salimin seketika terhenti ketika hujan tiba-tiba mengguyur deras.

Payung yang semula meneduhkannya dari terik matahari kini telah siap melindunginya dari tetesan hujan.

(TribunnewsSultra.com/Naufal Fajrin JN)

Sumber: Tribun Sultra
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas