Update Jalan Ditutup Tembok di Ponorogo: Pemilik Lahan Tak Mau Bongkar, Warga Memilih Bungkam
Tembok yang menutup akses jalan di Ponorogo tidak akan dibongkar oleh pemilik lahan. Warga yang terisolasi hanya bisa pasrah dan memilih bungkam.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Konflik penutupan akses jalan di Ponorogo, Jawa Timur belum selesai meski mediasi sudah dilakukan berulang kali.
Akses jalan yang terletak di Kelurahan Bangunsari ditutup tembok oleh pemilik lahan dan mengakibatkan 13 kk terisolasi.
Pemilik lahan, Bagus Robyanto mengaku tindakannya tidak melanggar hukum lantaran tembok didirikan di lahan milik keluarganya.
Ia juga telah dua kali memenangkan gugatan di Pengadilan Negeri Ponorogo.
Baca juga: Kisah Warga Bekasi Terpaksa Lewat Got Selama 3 Tahun akibat Akses Rumahnya Terkepung Tembok Hotel
Setelah polemik ini viral, Bagus Robyanto memutuskan untuk tidak membongkar tembok yang menutup akses jalan.
Bagus Robyanto tidak menghiraukan komentar negatif terkait aksi penutupan jalan lantaran warga yang melewati lahan tersebut mengucilkannya.
Setelah memutuskan untuk tidak membongkar tembok, warga yang terisolasi mengaku pasrah dan memilih bungkam.
"Mohon maaf kami tidak bisa menyampaikan apa-apa lagi," ungkap salah satu warga, Sabtu (8/7/2023), dikutip dari TribunJatim.com.
Agus M, Ketua RT setempat juga sudah menyerah melakukan mediasi kedua pihak dan menyerahkan polemik ini ke pemerintah daerah.
Sempat Ajukan Sejumlah Syarat
Bagus Robyanto sempat mengajukan sejumlah syarat ke warga usai bertemu dengan lurah setempat, Andrea Perdana.
Jika ingin tembok dibongkar, Bagus Robyanto meminta agar warga bersikap sopan ketika melewati jalan yang masuk tanah pekarangannya.
“Bisa saat melintas menyapa monggo, misalnya begitu. Itu yang mungkin hilang. Mungkin tidak terjadi sebegitu,” ungkap Andrea, Rabu (5/7/2023).
Baca juga: Pengakuan Warga di Ponorogo Tembok Jalan: Kesal karena Sering Dikucilkan hingga Tolak Mediasi
Menurut Andrea, Bagus Robyanto tidak bisa langsung melakukan pembongkaran tembok.
Alasannya, lantaran Bagus ingin memberi pelajaran kepada para warga yang setiap hari melewati tanah milik keluarganya.
Jika para warga sudah dapat memenuhi syarat yang diajukan Bagus Robyanto, Andrea mengatakan masalah ini akan dirundingkan lagi.
“Ketika itu terjadi mungkin ada kesepakatan baru dirundingkan,” jelas Andrea.
Ia menambahkan polemik penutupan jalan hanya bisa diselesaikan dari hati ke hati antara warga dan pemilik lahan.
Polemik ini tidak dapat diselesaikan secara kekerasan karena konflik antara kedua belah pihak sudah berlangsung cukup lama.
Baca juga: Viral Pria di Ponorogo Tutup Jalan dengan Tembok, Akui Dikucilkan Warga, Kini 13 KK Tak Bisa Lewat
“Jika tembok dibuka dengan paksa, ya susah. Kalau dengan hati, ndak mungkin kan ingin bermusuhan selamanya. Mudah-mudahan segera sadar,” beber Andrea.
Selain menemui Bagus Robyanto, Andrea Perdana juga menemui 13 kepala keluarga (KK) yang terisolasi secara door to door.
Lantaran tensi kedua belah pihak masih tinggi, Andrea Perdana yang menjabat sebagai lurah turun tangan menyelesaikan polemik ini.
“Kuncinya di komunikasi. Yang depan (Bagus Robyanto) saya ajak komunikasi. Belakang juga saya ajak komunikasi,” pungkasnya.
Para warga ikut terbantu setelah polemik penutupan jalan ini viral di media sosial.
Namun, polemik ini hanya viral tanpa ada tindak lanjut pembongkaran tembok.
Baca juga: Kontroversi Warga di Ponorogo Tembok Akses Jalan, Dikucilkan 3 Tahun hingga Bawa-bawa Nama Jokowi
Kata Bupati Ponorogo
Sebelumnya, Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, telah mendatangi lokasi jalan yang ditutup tembok dan meminta kedua pihak untuk mencari solusi bersama.
“Maka hari ini jangan ada yang bermain-main di sana. Ini biarkan lerem (diam) sejenak. Kami sedang negosiasi,” paparnya, Selasa (4/7/2023), dikutip dari Kompas.com.
Sugiri Sancoko telah menemui kedua pihak secara terpisah dan menemukan fakta jika hubungan kedua pihak tidak harmonis.
“Memang saya datang tidak mencari benarnya. Saya hanya mencari titik tengahnya. Memang problemnya sudah mengarah lama. Dan kayaknya hubungannya tidak harmonis sudah lama,” katanya.
Meski para warga tidak sepenuhnya terisolasi karena masih ada jalan lain, namun kondisi jalannya rusak.
“Di belakang sesungguhnya ada jalan lain menuju Dieng, tapi pasti kurang sempurna,” ungkapnya.
Ia berharap polemik ini dapat segera diselesaikan agar tidak ada lagi ketengangan antar kedua pihak.
“Untuk itu akan saya cari jalan tengahnya. Mudah-mudahan. Pasti ada jalan tengahnya."
"arena ini hidup dalam negara. Maka negara harus hadir,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (Kompas.com/Muhlis Al Alawi) (TribunJatim.com/Ignatia)