Siswa SMP di Sukabumi Tewas saat Kegiatan Sekolah, Disdik Sukabumi Sebut Kegiatan Tak Berizin
Kasus tewasnya siswa SMP di Sukabumi masih dalam penyelidikan polisi. Disdik Sukabumi sebut korban meninggal saat kegiatan lintas alam.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Siswa SMPN 1 Ciambar, Sukabumi, Jawa Barat, berinisial MA (13) tewas tenggelam saat mengikuti kegiatan sekolah, Sabtu (22/7/2023) siang.
Ia dikabarkan meninggal saat kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Namun, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi membantah korban meninggal saat MPLS.
Menurutnya saat kejadian, kegiatan MPLS sudah berakhir dan korban meninggal saat mengikuti kegiatan hiking atau lintas alam.
Kepala Disdik Sukabumi, Jujun Juaeni menyatakan kegiatan MPLS hanya berlangsung hingga Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Soal Siswa Meninggal saat MPLS di Sukabumi: Kepsek Minta Maaf hingga Keterangan Dokter Forensik
Sedangkan kegitan lintas alam yang diikuti korban merupakan kegiatan yang tidak berizin.
"Sebenarnya iya betul (tak ada izin), tetapi sekolah itu melakukan kegiatan rutin mereka, karena kan tidak semua kegiatan mungkin dianggap harus meminta izin."
"Tetapi mereka karena sudah melaksanakan hal itu bertahun-tahun, sehingga mereka melakukan dan terjadi peristiwa seperti ini," ungkapnya, Senin (24/7/2023) malam, dikutip dari TribunJabar.id.
Pihak Disdik Sukabumi masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan petugas kepolisian.
Hasil penyelidikan akan menjadi pertimbangan untuk memberikan sanksi kepada pihak sekolah.
"Itu betul, tetapi kami akan melakukan komunikasi dengan temen-temen yang ada di sekolah, sekali lagi berkaitan dengan materi pemeriksaan sebab sampai saat ini belum bisa mengomentari," tuturnya.
Kepala Sekolah Berpotensi jadi Tersangka
Polisi masih melakukan penyelidikan kasus tewasnya seorang siswa SMPN 1 Ciambar, Sukabumi berinisial MA.
Sejumlah saksi telah diperiksa mulai dari pihak sekolah hingga keluarga korban.
Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede mengungkapkan, Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Ciambar telah menjalani pemeriksaan di Satreskrim Polres Sukabumi.
Baca juga: Makam MA Akan Dibongkar, Selidiki Kematian Siswa SMP Saat MPLS di Sukabumi
"Penyidik sudah melakukan pemeriksaan terhadap 15 orang, baik itu dari pihak keluarga korban, kemudian saksi-saksi, baik yang ada di sekitar TKP, termasuk pihak sekolah dan juga panitianya," ungkapnya, Rabu (26/7/2023), dikutip dari TribunJabar.id.
Menurutnya, Kepsek SMPN 1 Ciambar berpotensi menjadi tersangka dalam kasus tewasnya MA.
"Semua kemungkinan bisa terjadi, nanti kita tunggu saja hasil proses gelar perkaranya ya dari penyidik," tuturnya.
Petugas kepolisian akan melanjutkan proses pemeriksaan agar kasus ini dilanjutkan ke proses gelar perkara.
"Apakah perkara ini bisa naik ke proses penyidikan, termasuk nanti pemeriksaan saksi-saksi lain yang akan menguatkan."
"Apakah nanti hasil gelar perkara penentuan naik proses penyidikan ke siapa yang akan layak hasil gelar perkara untuk ditetapkan tersangka," kata dia.
Jasad MA Diautopsi
AKBP Maruly Pardede juga menyatakan orang tua korban melaporkan MA meninggal saat mengikuti kegiatan masa MPLS.
Pihak keluarga korban telah menyetujui untuk melakukan pembongkaran makam dan jasad korban akan diautopsi.
"Hari ini autopsi yang dilakukan terhadap MA, siswa SMP korban dampak dari kegiatan MPLS," paparnya, Selasa (25/7/2023), dikutip dari TribunJabar.id.
Baca juga: Soal Tewasnya Siwa SMPN 1 Ciambar Sukabumi, Bupati: Kepsek Bisa Dipecat
Sejumlah tim dilibatkan dalam proses penyelidikan ini, mulai dari tim forensik dari RSUD Sekarwangi, Satreskrim Polres Sukabumi dan Polsek Nagrak.
Dokter forensik akan memeriksa paru-paru korban di laboratorium dan memeriksa dugaan kasus kekerasan.
Korban Tenggelam di Sungai
Sebelumnya, proses penyelidikan awal telah dilakukan Polsek Nagrak dan kini dilimpahkan ke Polres Sukabumi.
"Data awal yang didapatkan dari polsek akan kita kembangkan," sambung Maruly Pardede.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, para siswa SMPN 1 Ciambar tengah mandi di sungai pada Sabtu (22/7/2023) dari pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB.
"Pada pukul 14.30 WIB ditemukan oleh warga, salah satu siswa MOS SMPN 1 Ciambar telah tenggelam di sungai, keadaannya sudah meninggal dunia," bebernya.
Baca juga: Diduga Bawa Kabur Tabungan Siswa, Mantan Kepsek SD di Tasikmalaya Minta Maaf & Janji Kembalikan Uang
Proses pemeriksaan awal telah dilakukan dengan mengumpulkan keterangan sejumlah saksi.
"Total tiga saksi, dua yang sudah dimintai keterangan, baik dari saksi yang ada di lokasi saat kejadian maupun dari pihak sekolah," lanjutnya.
Keluarga Tempuh Jalur Hukum
Sementara itu, Wawan Kuswandi sebagai perwakilan keluarga korban mengungkapkan, Kepala SMPN 1 Ciambar sempat mendatangi rumah duka.
"Jadi pihak sekolah datang meminta maaf dan mengakui ada kelalaian," jelasnya.
Kepala SMPN 1 Ciambar menangis di depan orang tua korban dan mengucapkan permohonan maaf.
Meski pihak sekolah sudah meminta maaf, tapi keluarga korban tetap memproses kasus ini secara hukum.
"Kami sudah maafkan. Tapi prosedur hukum tetap kita jalankan sesuai instruksi penyidik," ucapnya.
Wawan menambahkan, keluarga kecewa dengan sikap sekolah yang tidak melakukan pengawasan sehingga MA meninggal.
Baca juga: Kepsek SMA Negeri di Tulungagung Dinonaktifkan, Jual Paket Seragam Sekolah Seharga Rp2,3 Juta
Proses penyelidikan dilakukan untuk mengungkap kasus kematian MA.
"Ini masih simpang siur. Padahal kegiatan anak ini dalam rangkaian keiatan sekolah. Itu alasan keluarga yang membolehkan autopsi," pungkasnya.
Kata Ayah Korban
Ayah korban, Iman (39) meminta petugas kepolisian mengusut kasus tewasnya MA saat mengikuti MPLS di sungai.
"Nyawa enggak bisa dibeli. Kami meminta keadilan," ucapnya.
Adapun kegiatan MPLS di sungai diikuti ratusan siswa dan pihak sekolah diduga tidak melakukan pengawasan.
Bahkan, pihak sekolah tidak mengetahui anaknya tenggelam di sungai.
Baca juga: Kepala SD di Tasikmalaya Bawa Kabur Uang Tabungan Murid Rp750 Juta, Ini Kronologisnya
"Saat istri saya datang ke sekolah bertanya tentang keberadaan anak kami, pihak sekolah tidak ada yang menjawab."
"Karena tak kunjung ada kabar, istri saya akhirnya kembali datang ke sekolah bersama warga sampai tiga kali. Baru setelah itu kepala sekolahnya ikut mencari keberadaan anak saya," paparnya.
Menurutnya, pihak sekolah harus bertanggung jawab atas kejadian yang menewaskan anaknya.
“Kalau saja istrinya enggak datang ke sekolah dan tanya anak kami di mana, mungkin keberadaan anak kami belum diketahui hingga kini."
"Pihak sekolah enggak ada yang datang pas hari pertama anak kami hilang. Enggak ada yang ngasih kabar ke sini," tandasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJabar.id/Dian Herdiansyah/Rizal Jalaludin)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.